14. Khawatir.

538 81 11
                                    

Happy reading!
Semoga suka
Ig: gitagustir_
💎💎

SMA Jupiter dibuat heboh dengan kabar bahwa Bara si pelindung sekolah kecelakaan. Banyak di antara mereka yang masih belum percaya dan kaget akan perihal tersebut. Dua hari pria itu tidak datang ke sekolah sudah membuat seantero sekolah bingung, dan sekarang kabar tentang Bara dirawat di rumah sakit menggempar di seluruh penjuru SMA Jupiter.

Banyaknya pasang kaki anggota geng Antariksa berlarian menuju parkir. Mereka melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ketua mereka, si penguasa itu tengah terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit.

Di persimpangan segerombolan motor itu membagi menjadi dua kubu, separuhnya mereka akan menuju rumah sakit, separuhnya lagi di mana yang dipimpin Bintang berbelok menuju markas geng Lion untuk membalas dendam atas kelicikannya dalam pertandingan.

Sementara di lain tempat, terlihat empat orang lelaki berseragam sekolah tengah menunggu di depan sebuah ruangan dalam perasaan khawatir, kacau.

Gavin berjalan mondar-mandir, sesekali pria itu memukul dinding rumah sakit.

Gavin menggusar kepalanya frustasi, "Bodoh lo Gav, seharusnya kita gak nerima tantangan si Gerald kalo akhirnya kayak gini."

"Gak ada yang perlu disalahin Gav, ini semua emang udah takdirnya, kita juga gak tahu akhirnya akan seperti apa dan siapa yang udah buat." lirih Galen.

Gavin kembali menggusar rambutnya. Menatap nanar pintu itu berharap seorang dokter keluar dengan memberikan kabar baik.

Sementara Dara, dengan tertatih gadis itu berjalan melewati lorong-lorong, derap langkah yang begitu tergesa-gesa Dara kekeuh untuk cepat sampai tanpa mengkhawatirkan perutnya yang masih terasa sakit.

"Mana Bara?" tanya Dara membuat ketiga laki-laki itu sama-sama mendongak.

Galen menunjuk ruangan Bara dengan dagunya. Tanpa berpikir panjang Dara langsung membukanya.

"Lo mau ngapain?" tanya Gavin ketika menyadari apa yang gadis itu lakukan.

"Gue mau ketemu Bara." ucap Dara.

"Dokter lagi tanganin Bara, lo diem dulu di sini, " ujar Gavin.

Dara membungkam, kepalanya melayang dengan pikiran tak tenang. Berharap semoga Bara baik-baik saja. Sekarang Dara tak tahu harus menyalahkan siapa. Bara yang keras kepala, atau perihal yang ia lihat semalam sekarang benar-benar membuat Bara celaka.

Flashback.

Satu jam penuh dirinya hanya dibuat bosan dengan benda pipih itu. Sedari jam 9 tadi Dara hanya menarik ulur beranda sosial medianya saja. Buka WhatsApp, isinya cuman grup gak jelas bersama temannya doang.

Sumpah, hari ini, malam ini Dara benar-benar bosan.

"Tidur aja apa susahnya sih kak," ujar Risa tanpa menoleh ke arah Dara. Ia masih terfokus dengan novel yang ia baca.

"Gak bisa tidur Ris, kamu aja yang tidur besok kan sekolah." ujar Dara.

Dara mendelik, ia menaruh ponselnya di atas nakas. Matanya kini beralih menatap jendela yang menembus pancaran rembulan di langit malam. Dara menatapnya, setidaknya langit malam nan indah itu mampu menghilangkan rasa bosan Dara.

"Oke, tapi apa lo yakin rencana ini akan berhasil?" ucap seseorang.

Suara percakapan itu, Dara mendengarnya dengan jelas. Ia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan jendela. Matanya meneliti tiap-tiap sudut.

Aldebaran [END]Where stories live. Discover now