6. RUMAH

142 106 3
                                    

🎶Pernahkah kau bertanya
Seperti apa bentuk air tanpa wadah?
Pernahkah kau mengira
Seperti apa bentuk cinta?
Rambut warna warni bagai gulali
Imut lucu walau tak terlalu tinggi
Pipi chubby dan kulit putih
Senyum manis gigi kelinci
Membuatku tersadar
Bentuk cinta itu
Ya kamu🎶

Lagu bentuk cinta milik Eclat itu, mengalun lembut mengisi mobil milik Rey.

"Loh, kok dikecilin kak?" tanya Vella saat sedang asyik bersenandung kecil dengan lagu tersebut, tiba-tiba Rey mengecilkan volume radio sepihak

"Loh, kok lo bawel?" beo Rey

"Abis, Aku suka sama lagunya"

'Sialan! Ini lagu kenapa nongol sih? Gue jadi keinget Deby lagi kan. Deb, lo kok cepet banget pergi ninggalin gue? Gue punya dosa apa sama lo?' batin Rey

"Argh!" Rey mengacak rambutnya frustasi

Ya, dulu saat Deby masih ada, selalu lagu itu yang ia putar di dalam mobil. Karena suara indah Deby mampu membuat Rey tersenyum saat mendengarnya. Namun, sekarang Deby sudah pergi meninggalkannya karena ulah Ares yang membunuh tunangannya itu tanpa sebab.

"Kenapa, Kak?" Vella melihat Rey takut takut karena mendengar suara geraman Rey

"Lo diem" ucap Rey

Vella menurut saja. Daripada nanti, Ia yang kena amukannya, lebih baik cari aman saja.

"Kak" panggil Vella lagi

"Bilangin juga diem. Ngeyel amat" kesal Rey, sambil membelokkan setirnya ke kanan

"Aku mau minta--"

"Apaan?"

"Gaji Aku. Aku lagi but--"

"Ambil amplop di laci. Gaji lo gue potong, buat beli bayam tadi"

'Dasar garong pelit! Baik hati dikit gitu, kek. Nggak ada sedekah sedekahnya' dengus Vella

"Apa? Mau protes?" Rey melirik sekilas pada Vella yang duduk disampingnya

"Iya" jawab Vella sekenanya sambil membuka laci dashboard mobil

"Berani lo sekarang sama gue?!"

"Enggak, kak. Maaf" Vella mengambil amplop coklat yang berada di dalam laci dashboard mobil tersebut.

"Segini, Kak? Beneran?" mata Vella membulat ketika membuka isi amplop coklat tersebut yang berisi lembaran uang merah

"Mau gue potong lagi?"

"Eh, jangan kak. Makasih hehe. Ini udah cukup banget" Vella memasukkan amplop coklat tersebut ke dalam ransel nya

"Jangan lupa, pakaian gue, lo cuci. Awas aja ampe lupa"

"Iya, kak. Aku nggak bakalan lupa"

🍀🍀🍀

BUK!
Vella menutup pintu mobil Rey setelah mengucapkan terimakasih karena sudah diantar. Ia berjalan masuk ke dalam rumah sederhananya itu sambil membawa keranjang berisi pakaian kotor di tangan kirinya, dan 3 kresek besar berisi sayuran dan bumbu dapur.

"Assalamu'alaikum" ucap Vella ketika masuk ke dalam rumahnya

"Wa'alaikumsalam" balas Vani, Ibu Vella yang sedang tiduran di ruang tamu

"Bu, kok nggak dikamar?" Vella meletakkan keranjang berisi pakaian kotor milik Rey di samping pintu, dan kresek berisi sayuran diatas meja kayu ruang tamu

"Enggak, Vel. Di kamar sumpek. Enak disini. Itu apa? Kok ada baju kotor?" pandangan Vani menuju ke arah pintu utama

"Oh. Itu Aku disuruh cuci sama majikan Aku, Bu. Oh iya," Vella membuka ransel bagian depan dan mengeluarkan amplop coklat berisi uang gajinya tadi

"Ini bu, gaji Aku" Vella mengulurkan amplop coklat itu pada Vani, dan diterima bingung oleh Vani.

"Gaji kamu?"

Vella mengangguk, "Itu kayanya cukup buat bayar listrik rumah, Bu. Kemarin petugas dateng kan, nagih ke Ibu. Ibu bayar aja"

"Wah, Alhamdulillah kalo gitu. Makasih ya, Vel. Ibu seneng, kamu udah bisa cari uang gini"

"Iya. Mau Aku bantu masak, Bu?"

"Nanti malem aja ya. Kamu mandi sama makan dulu. Oke?"

Vella mengangguk, dan menuju kamarnya untuk mengambil handuk. Tak lupa keranjang berisi pakaian kotor, Ia bawa juga untuk di cuci di belakang kamar mandi nantinya.

🍀🍀🍀
T.B.C🙂

REYLA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang