[1]

44 18 42
                                    

Pagi yang cerah, di SMA Bangsa Jaya.

Di sepanjang koridor terlihat siswa-siswi yang tidak berhenti menyapa Felicia dan ketiga sahabatnya yang baru datang. Felicia membalas setiap sapaan dengan sangat sopan dan ramah, membuat semua orang semakin kagum.

Sesampainya di kelas, mata Felicia langsung tertuju kepada camilan-camilan yang tersusun rapi di atas mejanya. Tidak hanya itu, beberapa surat cinta juga terlihat menumpuk di samping camilan. Hal seperti ini tidak aneh lagi karena sudah ada sejak hari pertama Felicia masuk sekolah.

"Pagi Felicia!" sapa teman-teman sekelasnya ramah.

"Pagi juga semuanya," balas Felicia tersenyum lebar.

"Kiriman lagi nih." Gaby melihat satu persatu camilan yang ada di meja Felicia.

"Wah ada es krim!" Tanpa meminta izin kepada sang pemilik, Tasya membawa salah satu es krim rasa vanila yang ada di tumpukan paling atas dan langsung membukanya. Begitu juga dengan Sandra teman sebangku Felicia, yang sudah meminum susu kaleng yang ada di sana.

Tiba-tiba Gaby tertawa, membuat semuanya menoleh. "Woy! Ini siapa yang ngasih minyak goreng?!"

Felicia yang sedang memasukkan surat-surat ke dalam tas ikut tertawa, begitu juga Sandra dan Tasya.

"Fel boleh gak semuanya buat kita?" tanya Tasya yang akan kembali ke bangkunya bersama Gaby.

"Boleh, tapi susu kaleng sama coklat jangan ya soalnya Sandra suka itu." Sandra yang memang menyukai susu kaleng dan coklat, mengacungkan kedua jempol tangannya sambil tersenyum.

Tasya dan Gaby mengangguk, lalu tanpa berlama-lama mereka membawa semua makanan yang ada di meja Felicia dengan wajah senang. Felicia merasa apa yang dilakukannya tidak salah, apapun keinginan sahabatnya selalu ia berikan. Apalagi soal barang atau makanan, persahabatannya lebih penting daripada hal semacam itu.

Beberapa menit kemudian, seorang guru wanita masuk dengan langkah santai.

Jam pertama diisi oleh mata pelajaran yang paling membosankan bagi sebagian murid, yaitu Matematika. Mereka terlihat tidak bersemangat dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tasya terlihat sedang membuat pulau, Gaby yang seorang ahli prakarya sedang melipat-lipat bekas bungkus makanan, Sandra sedang menggambar bunga di tangannya, sedangkan Felicia yang duduk di dekat jendela sedari tadi asyik memandang Kevin yang sedang bermain basket di lapangan.

Aku masih tidak percaya kamu menjadi pacarku. Kak Kevin, di waktu dua bulan ini aku malah semakin mencintaimu. Kamu benar-benar pacar yang baik. Batin Felicia.

**

Tidak terasa sudah jam istirahat. Di koridor, terlihat Felicia berjalan terburu-buru menuju kantin dengan sebotol air putih di tangannya. Ketiga sahabatnya yang berada di belakang Felicia juga ikut terburu-buru, bahkan sampai menubruk siswi lain.

Gak boleh terlambat! Batin Felicia.

Sesampainya di kantin, raut wajah Felicia terlihat begitu kecewa ketika ia mengetahui kalau dirinya terlambat lagi. Seperti biasa, siswi-siswi sudah berkerumun dan berebut ingin memberikan minum kepada Kevin yang baru saja selesai bermain basket. Dengan napas yang masih ngos-ngosan Felicia bersama ketiga sahabatnya berniat untuk kembali ke kelas, tapi tiba-tiba Kevin menyadari keberadaan mereka.

"Tunggu!" teriak Kevin menjauhkan tangan siswi-siswi yang mencoba mengelap keringatnya. Felicia yang mendengar teriakkan Kevin berbalik.

Kevin berlari kecil ke arah Felicia, ia melihat botol air putih di tangan Felicia lalu tanpa berkata apapun mengambilnya.

BAD SEVENTEENWhere stories live. Discover now