06. Feeling

591 92 22
                                    

Ia menatap sekeliling, menyapu pandangannya ke seluruh arah. Membalas sapaan-sapaan anak-anak Metanoia yang sangat ramah.

Mereka sangat baik pada Vio, terlebih ia sahabat baiknya Reza si cowok populer Metanoia School.

"Vi!"

Sebuah teriakan berhasil menghentikan langkah Vio. Ia menoleh ke arah sumber suara, tersenyum pada dia yang sempat memanggilnya.

"Eja? Ada apa?"

Cowok itu menyodorkan sebuah kotak bekal yang sedari tadi ia bawa.

Vio menatap Reza heran, namun ia tetap menerima bekal tersebut. "Untuk?"

"Lo lah, emang siapa lagi orang yang sering gue bawain bekelnya," jawab Reza. "Lagian, siapa lagi kesayangan gue yang selalu lupa sarapan, padahal suka bangun pagi."

Vio tertawa geli mendengar nya. "Kok, kamu tau sih aku belum sarapan. Bisa-bisanya, jangan-jangan kamu pasang cctv ya?"

Reza tak segan menjitak kepala gadis itu. "Enak aja lo. Gue tau karena pada dasarnya itu memang kebiasaan dari seorang Flavio. Pas sampe di sekolah baru sarapan, itu pun belum tentu. Mikir antara mager dan lapar secara bersamaan."

Vio geleng-geleng mendengar itu. "Iya Eja, Iyaa! Makasih banyak ya, lain kali aku ulangi."

Reza terkekeh. "Siap Ibu Boss." Tangan Reza beralih pada puncak kepala gadis itu, ia mengacak-acaknya pelan. "Gue balik, lo cepet masuk dan langsung makan, oke?"

Vio mengangguk semangat. "SIAP PAK BOSS."

Reza tersenyum mendengar nya. Sebelum melangkahkan kaki, ia menatap lekat wajah yang berhasil membuatnya tergila-gila. Menikmati senyuman manis gadis itu di pagi hari sangatlah menyenangkan.

Hingga setelah puas. Reza segera meninggalkan gadis itu, membiarkannya kembali ke kelas, sebelum jam pelajaran dimulai.

Vio tersenyum saat melihat punggung Reza telah hilang dari pandangannya. Ia segera kembali pada posisi awal, mengedarkan pandangan dan melihat banyak pasang mata menyerbu.

Ini bukan hal yang baru, namun mereka masih saja kaget akan sikap yang diberikan Reza pada gadis yang bernama Flavio tersebut.

Setelah melewati banyak sapaan, membalas banyak senyuman dan diserbu oleh banyaknya pasang mata, Vio akhirnya telah sampai pada tujuan, saat di mana sebuah ruangan yang saat ini telah menjadi kelasnya.

Baru saja melangkahkan kaki untuk memasuki kelas, Vio langsung
disambut heboh oleh teman-temannya. Ia dengan senyuman lebarnya melangkah mendekat dan menduduki kursi miliknya.

Mereka berbincang-bincang kecil, seraya menunggu jam pelajaran dimulai. Vio juga sekalian memakan bekal yang sempat dibawakan oleh Reza, ia segera memakannya karena dia takut, kalau jiwa mager dan pelupanya malah muncul secara tiba-tiba.

Waktu begitu cepat berjalan. Tanpa mereka sadari, mereka telah berada pada jam kosong di pagi hari.

-----o0o-----

Reza diam ia memikirkan perkataan Vio yang menganggu pikirannya ... selalu. Apa gue bisa ngelupain dia? Bahkan meskipun dia udah menyukai orang lain? Tapi ... gue gak yakin, atau malah nantinya bakalan keburu sakit. Pasti sih

BrannfluerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang