🐈 Part 23 🐈

2.5K 160 18
                                    

Your Wife Is Mine

Part 23

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Siang ini, Bara baru menginjakkan kaki di rumah yang ditempati bersama Illy. Sebenarnya Adelia sudah melarang untuk pulang. Akan tetapi, ia tidak mungkin melakukan itu. Banyak hal yang harus dikerjakan, beruntung juga pertemuan dengan kolega bisnis hari ini dilakukan setelah jam makan siang.

Memasuki rumah, langkahnya terhenti kala mendengar suara percakapan dari taman samping, satu alisnya terangkat kala melihat pintu penghubung dengan taman samping juga terbuka. Apa ada orang lain selai Illy? Tiba-tiba saja rahang Bara mengeras, amarah hinggap pada dirinya mengetahui hadirnya seorang tamu untuk Illy.

Bara melangkah menuju taman samping, siap mengusir tamu dan memberi pelajaran pada Illy. Namun, niatnya terhenti kala melihat siapa yang berbicara dengan sang istri, mimik wajahnya pun segera dirubah untuk berusaha menekan amarah. Ia hanya memasang wajah datar seperti biasa

"Nak Bara?" Bara hanya menarik sudut bibir untuk menanggapi hal itu. "Apa kabar?"

"Baik." Tanpa basa-basi, tidak ingin membuang waktu pula.

"Dari mana, Nak? Kenapa kamu biarkan istri kamu di rumah sendirian?" Pertanyaan itu terlontar dari wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu dari Illy.

Sedikit senyum tipis Bara berikan. "Maaf, Bu. Saya salah satu orang sibuk. Tidak mungkin saya mengorbankan pekerjaan saya hanya untuk menemani istri saya yang hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa pun," jelas Bara tanpa memerdulikan apa yang diucapkan baru saja mampu membuat siapa pun yang mendengarnya merasa terkejut.

"Tidak ada lagi yang ditanyakan, Bu?" Bara bertanya dengan memberi sedikit senyuman tipis. Namun, jika dilihat lebih jelas lagi, senyuman itu lebih mengarah ke sebuah seringai. Setelah mendapat gelengan sebagai jawaban, ia pun berpamitan.

Setidaknya, ia masih menyadari jika seseorang di hadapannya ini adalah orang tua yang dulu sempat dianggap seperti orang tua kedua baginya. "Kalau begitu, saya permisi, Bu. Ada rapat besar yang dapat menghasilkan uang yang besar pula tengah menunggu saya. Permisi." Bara berlalu begitu saja dari tempat itu.

☁☁☁

Illy dan ibunya memandang kepergian Bara dengan tatapan berbeda, sang ibu yang memandang bingung dan Illy yang tengah memendam kesal. "Ah, iya. Karena suami kamu sudah pulang, ibu sebaiknya juga pulang." Illy memandang ibunya tidak enak.

"Tapi, Bu. Bara sebentar lagi juga akan pergi. Ibu di sini saja dulu," pinta Illy dengan memasang wajah memohon. Ia menggapai kedua tangan ibunya untuk digenggam.

Ibunya tersenyum. "Ibu sudah sejak pagi di sini, Nak. Kasihan ayah kamu sendirian di rumah." Ia menepuk pelan tangan Illy yang masih menggenggam salah satu tangannya.

"Apa Ayah masih marah sama Illy?" Illy bertanya khawatir. Masih diingat dengan jelas bagaimana wajah kecewa sang ayah saat dirinya memutuskan untuk meninggalkan Nicky dan menikah dengan Bara. Juga peristiwa di mana ia yang mendatangi rumah kedua orang tuanya. Sang ayah tidak pernah menganggapnya ada.

Usapan lembut dipundaknya membuat Illy merasa nyaman. "Ibu yakin, ayah kamu pasti juga merindukan kamu. Kamu sabar, ya. Pasti dia mau menemui kamu nanti." Ia hanya mengangguk dengan wajah sendu. "Ya sudah. Ibu pulang dulu."

"Illy antar sampai depan, ya." Keduanya berjalan bersama, beriringan menuju luar rumah. Sebelum pulang, mereka sempat bertukar pelukan hangat.

"Hati-hati di jalan, Bu." Sang ibu mengangguk. Selepas kepergian sang ibu, Illy kembali masuk. Tepat saat itu, ia melihat Bara yang menuruni tangga. Pakaian yang dikenakan Bara sudah berganti. Cepat-cepat ia mendekati suaminya.

Your Wife Is MineWhere stories live. Discover now