1: Why You Look at Me Like That?

1.4K 211 13
                                    

[Jeongin POV]

Aneh. Ini aneh. Tiba-tiba aku merasakan paranoid menghampiri relung hatiku, menyebar dan mendoktrin seluruh sudut di dalam pikiranku. Tubuhku diam-diam gemetar, tapi sebisa mungkin kusembunyikan dibalik senyum tipis ketika Felix menatapku dengan pandangan khawatirnya.

Aku sadar aku ketakutan.

Semuanya berawal ketika seorang siswa baru masuk ke kelas kami. Dia tampan, sangat tampan hingga cukup membuat gadis-gadis cantik di kelasku memekik kagum dan sibuk menawarkan apakah siswa itu berniat duduk di sebelah mereka. Sementara teman-temanku yang lain, yang pria, sebagian hanya mendengus malas melihat kejadian itu.

Selalu saja, tiap ada pria yang punya visual diatas rata-rata, wanita-wanita itu selalu bertingkah berlebihan.

Aku tidak ambil pusing. Toh aku tak mungkin dekat dengannya. Aku anti sosial, temanku begitu sedikit hingga bisa dihitung dengan jari. Sejauh ini hanya Felix, teman sebangkuku yang mau menjadikanku sahabat dengan dia yang menyapaku duluan waktu itu. Dan ada pula Jisung dan Seungmin, mereka ada di kelas yang berbeda.

Awalnya aku tidak peduli ketika pria itu berjalan kearah kursi dibelakangku (aku dan Felix duduk di kursi nomor dua dari belakang). Saat itu aku bisa mendengar suara kursi ditarik, kemudian suara yang mengindikasikan kalau si murid baru sudah duduk di tempatnya.

Entah hanya perasaanku saja atau apa, aku selalu merasa diawasi dari belakang. Bukannya aku terlalu percaya diri, hanya saja aku cukup peka untuk merasakan aura yang sedikit berbeda dari siswa itu.

Terasa dingin.

Aku memutuskan untuk mencoba bersikap normal. Bercanda bersama Felix, pergi ke perpustakaan untuk membaca beberapa buku, pergi ke kantin, dan mengulangi semua itu seperti kegiatanku selama ini.

Tapi semuanya sedikit berbeda sejak siswa itu datang. Entah kebetulan atau apa, setiap aku pergi kemanapun tanpa Felix, aku selalu menemukan siswa itu berada di tempat yang sama denganku.

Ketika di perpustakaan misalnya. Well, semua orang berhak mengunjungi tempat itu bukan? Aku tidak bermaksud menuduh atau bagaimana. Hanya saja dia seperti selalu menatapku tiap waktu. Saat aku mencuri pandang kearahnya, dia pasti tengah menatapku juga, tanpa berkedip! Dan pandangan datarnya itu.. Ya Tuhan.. Aku benar-benar ketakutan.

Atau di toilet. Ketika itu aku baru selesai menyelesaikan panggilan alamku. Dan aku nyaris berteriak ketika menemukan dia tengah berdiri di sudut dinding masih dengan tatapan datar andalannya, menatap kearahku. Saat itu toilet benar-benar sepi, hanya ada aku dan dia. Tentu saja aku takut, lama-kelamaan dia malah mirip seperti penguntit.

Aku khawatir tapi aku tidak berani menceritakan hal ini kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuaku.

Ngomong-ngomong, aku belum memberitahu namanya sejak tadi?

Namanya Hwang Hyunjin, begitu kata temanku. Awalnya aku tidak tau namanya karena saat dia melakukan perkenalan aku terlalu sibuk mencoret-coret buku.

Visualnya luar biasa; tampan, tinggi, dan dada bidangnya cocok sekali untuk tempat bersandar. Sorot matanya tajam menusuk, dia dingin, dan datar. Kulitnya terlampau putih untuk ukuran manusia biasa. Kupikir aku sudah cukup putih, ternyata ada yang lebih parah.

Dia jarang bicara meski beberapa teman-temanku beberapa kali mengajaknya berinteraksi ataupun bercanda. Dia hanya menjawab seperlunya, tanpa senyuman.

Lama-kelamaan teman-temanku mulai menyerah. Paham bahwa mungkin Hyunjin memang bukan tipe anak yang suka bergaul, sepertiku, tapi dia versi lebih parahnya.

Akhirnya dia selalu sendiri, tak punya teman. Saat para siswa pergi ke kantin, dia hanya diam duduk di kursinya tak melakukan apapun.

Pernah suatu ketika aku dan Felix hendak pergi ke kantin, dan aku melupakan uangku di dalam tas. Aku berbicara kepada Felix bahwa sebaiknya dia duluan dan aku akan menyusul. Felix hanya mengangguk tanda setuju.

YOUR BLOOD • HyunJeong ✔Where stories live. Discover now