4: The Truth (END)

1.1K 182 21
                                    

"Apa kau bisa berdiri?" Suara dalam yang terdengar lebih segar itu sedikit menggema memantul dari dinding kamar mandi.

Jeongin mengangguk, disempatkannya tersenyum tipis meski kepala terasa berdentum sakit. Lalu kaki kecilnya mencoba melangkah. Ia keluar lebih dulu dan bersikap seolah tidak terjadi apapun.

"Bunda, aku ajak Hyunjin masuk ke kamar ya." Suaranya agak meninggi berharap sang Bunda mendengarkan. Dan bibirnya sukses mengulas senyum lagi ketika jawaban 'iya' terdengar dari arah dapur.

"Aku akan menggendongmu."

Jeongin terkejut karena tiba-tiba sebuah lengan besar mengangkat tubuh kecilnya, menggendong ala pengantin baru hingga membuat pipi si manis merona parah seperti tomat matang.

"A-aku masih bisa berjalan." Gumam yang lebih kecil malu. Tapi kepalanya tetap ia sembunyikan di ceruk leher Hyunjin. Dingin, tapi Jeongin menyukainya.

"Kamarmu yang mana?"

Telunjuk lentik berhiaskan cincin perak tipis menunjuk sebuah pintu putih dengan gantungan karakter kepala stitch bertuliskan 'Yang Jeongin'.

"Terimakasih." Gumamnya pelan saat Hyunjin menurunkan tubuhnya dikasur dengan begitu pelan, seolah takut menyakitinya jika Hyunjin melakukannya secara sembarangan.

"Kupikir kau butuh tidur. Maaf sudah melakukan ini."

Suara Hyunjin terdengar menyesal dan Jeongin tak suka. Jujur ia tidak terlalu mempermasalahkan bagaimana darahnya harus masuk kedalam lambung manu- ah tidak, maksudnya kedalam lambung makhluk didepannya ini. Ia hanya takjub. Otaknya belum bisa menerima kenyataan bahwa di jamannya masih ada sosok yang seperti Hyunjin.

"Daripada tidur, akan lebih baik kalau aku mendengarkan penjelasanmu. Bukannya kau sudah berjanji? Perkataan seorang pria harus dijaga."

Hyunjin terkekeh, bibirnya yang merah membentuk segaris senyum yang terlihat sangat menawan, "Apa kau yakin ingin mendengarkannya?"

Jeongin mengangguk serius, sangat yakin.

"Kuharap kau akan percaya dengan apa yang aku katakan nanti."

"Memangnya kenapa?"

"Karena ini akan terdengar sangat tidak masuk akal, Jeongin. Kau mungkin tidak akan percaya dan menganggap ceritaku hanyalah karangan bodoh semata."

"Aku tidak tauㅡ" Jeongin menjilat bibirnya yang terasa kering sekilas, "Tapi mungkin aku bisa mendengarkannya dahulu baru menyimpulkan."

"Baiklah kalau itu yang kau mau. Tapi sebelum itu, bolehkah akuㅡ"

Jemari Hyunjin bergerak perlahan menyusuri permukaan wajah yang lebih kecil. Perasaan ini sudah sangat lama tak pernah lagi ia temukan. Kehangatan yang dirindukan.

Hyunjin ingin merengkuh sosok didepannya, mengecupnya, menciumnya, memilikinya lagi seutuhnya. Dan jika memang bisa, ia ingin membawanya pergi jauh. Cukup mereka berdua tanpa siapapun yang bisa mengganggu.

"Perasaan itu masih sama. Masih sama besarnya. A-aku sangat merindukanmu." Bisik Hyunjin. Lelaki itu mati-matian menahan tubuhnya agar tidak bergerak memeluk tubuh Jeongin.

"Apa ada sesuatu diwajahku?"

"Tidak ada," Hyunjin terkekeh, "ㅡKau ini sangat tidak peka. Yang Jeongin yang tidak pernah berubah."

"Um, aku tidak mengerti."

"Karena itulah aku akan memberitahu semuanya agar kau mengerti."

Hyunjin menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan, maniknya yang telah berubah warna menjadi coklat lembut menatap intens kearah yang lebih muda,

YOUR BLOOD • HyunJeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang