Prologue

87 12 27
                                    

This is the first time when I meet you.

🌧🌧🌧

10 Januari, 4.00 pm.

"Lemparkan bola itu ke arahku!"

Suara lucu nan menggemaskan berasal dari seorang gadis cilik berambut panjang sepunggung yang diikat setengah serta poni yang menutupi dahinya dan mengenakan baju jumpsuit jeans terlihat sesuai di tubuhnya itu tengah bermain lempar tangkap bola dengan teman-temannya di sebuah lapangan yang cukup luas. Menghabiskan waktu sore hari dengan bermain sudah menjadi kebiasaannya dan teman-temannya lakukan setiap hari layaknya anak-anak kecil pada umumnya yang suka sekali bermain.

Apa pun permainan yang mereka mainkan akan sangat seru dan menyenangkan seperti saat ini di mana mereka tengah berlarian mengejar dan menangkap bola yang dilemparkan oleh seorang anak laki-laki ke arah gadis kecil yang sebelumnya berteriak meminta agar bola tersebut dilemparkan ke arahnya. Namun, saat ingin menangkap bola, ia tersandung kakinya sendiri membuat dirinya terjatuh dan bola tersebut menggelinding semakin jauh.

Melihat itu, sang gadis kecil lantas bangun dan berlari mengikuti ke mana bola itu menggelinding. Bola itu terus menggelinding tanpa menunggu gadis kecil yang kini sudah sedikit kelelahan akibat berlari, mencoba meraih bola tersebut.

Ia mengikuti bola itu sampai akhirnya, bola tersebut masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup megah dan luas dengan pernak pernik yang cukup indah dan terlihat mengkilap. Pintu gerbang yang menjulang tinggi serta warna cat putih pada bagian dinding menambah kesan misterius dari rumah megah tersebut membuat gadis kecil itu sempat berhenti sejenak lantaran terpesona dengan rumah tersebut.

Bola menggelinding masuk ke dalam rumah tersebut. Melihat itu, sang gadis kecil itu perlahan melangkahkan kakinya maju dan seketika itu juga gerbang terbuka lebar seakan mempersilakannya untuk masuk. Ia tersentak kaget kemudian berjalan masuk ke pekarangan rumah yang luas itu, menatap senang bola yang berhenti di sekitar rerumputan di sana.

Ia lantas mendekat kemudian mengambil bola tersebut dan bergegas pergi dari rumah yang ia anggap asing itu. Rumah tersebut cukup asing baginya lantaran posisinya yang berada dekat dengan hutan membuat suasana sekitar rumah tersebut terkesan mistis dan misterius.

Setelah berhasil mendapatkan bolanya, ia berbalik karena langit menunjukkan waktu semakin larut dan ia tidak diperbolehkan bermain lebih dari pukul empat sore. Dan ia tidak menyadari kalau jam bermainnya sudah melewati batas sehingga ia memutuskan untuk segera pulang agar sang ayah tidak lagi memarahinya.

ANOTHER SERIES: THIRSTWhere stories live. Discover now