1.1 | Fleur de Lys

50 18 1
                                    

Rasanya deja vu tatkala tungkai Soobin menapaki kolumbarium dengan sebuket bunga lili putih di genggamannya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Rasanya deja vu tatkala tungkai Soobin menapaki kolumbarium dengan sebuket bunga lili putih di genggamannya. Mindanya kapabel meretur memoar yang konstan memutar bagai adegan film. Di mana dan kapan sebelum dirinya terjebak dalam kungkungan dunia yang tak bisa ia pahami dengan nalar. Namun, ia mencoba beradaptasi. Hanya itulah cara dirinya bertahan hidup kendati seiring dimakan masa, si tengil berengsek itu semakin berulah.

Marga Choi tertulis pada  penyimpanan abu di sana. Lelaki berlesung pipi menawan pun menghiasi bingkai foto di sampingnya. Soobin tersenyum kecut. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Dulu, ia datang kesini untuk menemui gadis Kim. Konyolnya, gadis itu kini berada di sampingnya menemani. Bagaimana bisa dunia yang adikara ini begitu dendam padanya? Apakah di kehidupan sebelumnya ia telah melakukan dosa besar, sehingga harus dihukum seperti ini? Di dua dunia yang berbeda ia harus mengalami kehilangan sosok yang krusial dalam hidupnya. Tak ada salah satu pun dunia yang mengizinkan kedua sosok krusial itu berada di sampingnya secara bersamaan.

Bunga lili putih yang elok pun sungguh ironi. Dibandingkan memiliki arti suci, ia lebih identik dengan kematian. Ya, sama halnya dengan dunia yang tampak indah ini tak selamanya indah. Tak pelak jika menyimpan hal yang kelam.

Disimpannya sebuket bunga lili pada penyimpanan abu mendiang sang kakak, Choi Namjoon. Netra Soobin melamati pigura yang menampakkan senyuman sang kakak. Sama seperti dirinya, ia memiliki lubang kecil di pipinya yang membuat senyumannya semakin menawan. Soobin tersenyum getir selama memindai paras sang kakak.

"Halo, Kak!"

Soobin menghela napasnya. Entahlah, seakan-akan atmosfer di sekitarnya merenggut seluruh oksigen yang ada, sehingga ia merasa sesak. Namun, keadaan kembali pada semula tatkala genggaman lembut menggenggam telapak tangannya. Entah sihir apa yang digunakan gadis Kim di sampingnya ini. Pada saat jemari kedua insan itu bertaut, seakan-akan mengisi setiap kekosongan yang ada.

"Maaf, aku baru mengunjungimu. Aku tak tahu bagaimana bisa kau meninggalkanku. Aku tak tahu apa—"

Soobin tercekat. Bukan hanya karena likuidnya yang sudah tak terbendung lagi, melainkan ia harus menghentikan kalimatnya. Ia tak bisa berucap serampangan kendati memang Areum di dunia ini baru mengenalnya. Ia tak bisa berkata seolah-olah tidak tahu penyebab kematian kakaknya itu apa. Karena di sisi lain, kakaknya sudah meninggal beberapa warsa lamanya. Itu berarti Soobin di dunia ini sudah mengetahui alasannya. Ia tak bisa bertindak gegabah di sini.

Mungkin Areum menyadari jika Soobin terdiam, hingga usapan ibu jari mengelus lembut lengannya. Kim Areum mencoba menenangkannya.

"Semoga kau tenang dan bahagia di sana, Kak."

Akhirnya hanya kalimat itulah yang lolos dari labiumnya. Dia bukan tak memiliki untaian kata lagi, justru terlalu banyak rentetan kalimat yang perlu ia sampaikan. Hanya saja, ia tengah mengantisipasi tindakannya yang gegabah.

Suasana sunyi masih menyelimuti kedua insan yang secara tak sadar masih menggenggam tangan satu sama lain. Tak ada yang bersuara. Areum ingin, hanya saja ia tahu situasi dan kondisi Soobin yang masih dilanda lara. Akhirnya, Areum hanya bisa bertindak abstain.

apostrophe' • Choi SoobinOù les histoires vivent. Découvrez maintenant