Chapter 91: Serangan Rilevare

1.1K 142 6
                                    

Luna Pov

Sudah beberapa hari semenjak Alicia, Sesil, dan Cherlyn di penjara. Malam saat setelah mereka di penjara, aku langsung memberi tahu FS apa yang terjadi. Biar aku beri tahu, jika saja kami semua ada di sini, kami akan mengadakan pesta besar- besaran... Iya... sebegitunya kami benci Alicia.

Akhirnya, sekolah menjadi tenang. Dengan kata lain, tidak ada Alicia yang teriak-teriak dan Sesil yang mengikutinya. Semenjak Alicia dipenjara, Siena dinaikkan ke kelas A. Bisa dibilang, dia adalah pengganti Alicia. Oof... rasakan itu Alicia.

"Myu myu,"kata Bahamut membuyarkan lamunanku.

Aku melihat ke arah Bahamut lalu mengelus kepalanya. Sulit dipercaya, naga kecil imut ini bisa jadi naga sebesar gunung. Yea... aku membaca dalam wujud titan, seekor naga dapat mencapai besar satu gunung...

Ok aku akan katakan ini, saat di Desa Roios, besar Bahamut tidak mencapai besar gunung. Tapi, itu karena wujud dewasa dan bukan wujud titan. Wujud titannya lebih besar dari ini. Kamu itu imut-imut menyeramkan ya...

"Kyu kyu,"kata Bahamut dengan bahagia.

Aku melihat ke arah Luke yang sedang berbicara dengan Austin sambil sesekali dia mengelus kepala Rave. Beda dengan Bahamut yang tetap dalam wujud kecilnya, Rave tumbuh menjadi... lumayan besar... besar tubuhnya sekarang mencapai seekor kucing... dan sepertinya dia akan tumbuh lagi...

Selain tubuhnya yang lebih besar dari burung biasanya, Rave bisa menggunakan semacam sihir petir dan bayangan. Bagaimana aku tahu? Saat kami latihan sekitar beberapa hari yang lalu...

Secara tiba-tiba, pintu kelas terbuka dan masuklah Bu Fia. Tunggu dulu... shi- ok tenang dulu Luna. Tapi, gimana bisa tenang?! Aku belum siap untuk ulangan! Ok sabar Luna, bisa aja ulangannya diundur kan? Kita gak tahu, siapa tahu Bu Fia berbaik hati gitu...

"Ok anak-anak, seperti rencana sebelumnya, hari ini akan diadakan test atau ulangan,"kata Bu Fia.

Mendengar itu, aku berasa mati di dalam hatiku. Tamatlah sudah hidupku... aku belum siap ulangan...

Bu Fia membagikan kami kertas yan berisi soal ulangan kami. Aku mengambil penaku dan mulai mengisi jawaban yang aku tahu.

Namun, tidak berapa lama kami ulangan, sebuah ledakan terjadi. Dimana ledakan itu terjadi? Tepat di depan gerbang Arethea, bagaimana aku bisa tahu? Aku dapat melihatnya dari jendela.

Mendengar ledakan tersebut, aku dan yang lain langsung berhenti menulis dan melihat ke arah luar tempat ledakan tersebut terjadi. Namun seketika itu juga, sebuah bola api melesat dan melayang ke arah jendela kelas kami.

"Menunduk!"teriak Bu Fia

Aku dan yang lain pun langsung berlindung di bawah meja kami. Bola api itu menghancurkan jendela kelas kami dan mendarat tepat di samping mejaku. Aku langsung menggunakan sihir air, untuk memadamkan api tersebut.

"Sepertinya kita diserang,"kata Bu Fia. Seorang guru membuka pintu dan langsung masuk. Kami melihat ke arah guru tersebut.

"Cepat keluar! Kita sedang diserang!"kata guru tersebut dengan panik.

Kami langsung berlari keluar kelas diikuti Bu Fia dan guru tadi. Aku dapat melihat murid-murid yang berlari keluar kelas mereka dan menuju gerbang depan. Kami semua siap untuk melindungi sekolah.

Berbicara tentang sekolah, muehehehehe.... sepertinya test akan diundur huahahahahaha!!! Ok serius dulu Luna, sekolah lagi diserang jadi, serius dulu! Mikirinnya nanti saja!

Kami semua akhirnya sampai di pintu depan Arethea. Biar aku beri tahu, kehancuran... Aku dapat melihat api dimana-mana dan tanah yang retak. Aku juga dapat melihat goblin, orc, dan mahluk sihir lain. Lebih parahnya lagi, mereka memiliki lambang Rilevare.

Wah... nih satu organisasi, nyebelin juga ya... ok serius dulu Luna!

"Lindungi sekolah!"teriak Pak Asmos ke para guru, kakak kelas, dan kami semua murid-murid tahun pertama.

Aku melihat sebuah bola api yang melesat ke arah kami. Aku dengan cepat membuat perisai dari sihir es. Aku melihat ke arah sesuatu yang menyerang kami dan mendapati seekor kadal api besar.

Bahamut yang melihat itu, menggeram. Dia pun menembakkan semacam sihir air ke arah kadal tersebut. Kadal tersebut meraung kesakitan. Bahanut pun menembakkan laser hitam dan merah, kadal api tersebut hancur menjadi debu.

"Kerja bagus, Bahamut,"kataku

"Kyu kyu,"kata Bahamut

"Kalau begitu, ayo bantu yang lain,"kata Keith berlari ke arah medan perang.

"Nih anak- awas saja kalau dia mati,"ata William berlari mengejar Keith. Kami semua melihat ke arah satu sama lain, sebelum akhirnya berlari untuk bergabung dengan battle ini.

Aku mengsummon pedangku dan mengayunkannya ke arah goblin-goblin yang berlari ke arahku. Dalam sekali tebas, goblin-goblin tersebut mati. Aku melihat ke arah sekitarku, Austin dan Luke bekerja sama, sama dengan William dan Keith, Allan dengan Elroy.

Aku menghindari serangan dari orc yang mengayunkan senjata nya. Saat orc itu mengayunkan nya lagi, aku menunduk. Aku langsung mengumpulkan mana ke kakiku. Lalu dengan kekuatan demon serta mana tambahan, aku menendang orc tersebut.

Orc itu melayang mengenai seekor mahluk sihir yang sedang terbang. Dengan cepat, aku mengalirkan mana ke kedua kakiku dan aku mengalirkan sihir api hijau ke pedangku. Aku berlari, lalu dengan tambahan kekuatan demonku, aku melompat.

Aku mengayunkan pedangku secara vertikal. Sehingga, mahluk sihir dan orc tersebut hangus terbakar akibat pedangku yang berapi. Setelah itu, aku mendarat dengan sempurna.

Hueheheheh rasakan itu, itu adalah trick yang aku pelajari saat aku lagi bosan dan lagi baca cerita di Hp ku.

"Kyu kyu,"kata Bahamut sebelum akhirnya, dia menembakkan lasernya ke arah mahluk sihir yang mendekat.

Secara tiba-tiba, petir dalam jumlah banyak, menyambar monster-monster sekitar. Aku melihat ke arah pelakunya walaupun sebenarnya aku sudah tahu siapa yang melakukannya. Yep... Rave yang melakukannya... kalian kaget? Aku juga...

"Screee.....!!!!"Rave terbang dan menyerang salah satu mahluk sihir yang sedang terbang.

"Kyu kyu,"kata Bahamut

"Iya, dia keren,"balasku

Aku pun balik menyerang para goblin dan orc yang mendekat ke arahku. Pada saat ini, semua murid dan guru Arethea bertarung melawan Rilevare yang menyerang kami. Aku dapat melihat murid-murid dan guru-guru yang bekerja sama mengalahkan mahluk sihir.

Huh... sepertinya ini tidak sesulit dugaanku. Tapi tetap saja, mengapa Rilevare menyerang? Apakah mereka sudah memulai rencana mereka? Bisa saja...

Aku buyar dari lamunanku saat seseorang menyerangku menggunakan sihir es. Iya seseorang, bukan seekor mahluk sihir atau apapun itu. Tapi yang jelas, seseorang.

"Wah wah wah~ refleks mu bagus,"kata orang itu yang diketahui adalah perempuan.

"Kenalkan, namaku Deori, panggil aku Ri,"kata perempuan tersebut

"Ehehehehe~ aku sebenarnya tidak sabar bertemu dengamu. Kamu mengalahkan Kage dibantu dengan pangeran itu. Tapi tetap saja... aku menginginkan darahmu ahahahaha~"tawa Deori dengan sadis.

Sial... kenapa aku harus melawan orang yang sadis...

Aku Reinkarnasi?! Selamatkan sang VillainWhere stories live. Discover now