Hidup tanpa cinta, bagai taman yang tak berbunga. Begitu kata para pujangga. Anesti, seorang buruh pabrik telah merasakannya. Ketika tiba-tiba pikirannya dipenuhi oleh permasalahan kerja. Tiada hari tanpa uring-uringan. Masalah demi masalah dilaluinya sendiri. Ia seperti tak memikirkan hal lain selain permasalahan kerja. Dunianya gersang. Cepat marah, tak bisa menahan emosi, baperan, dan entah istilah apa lagi. Hingga ketika ia tak kuat bertahan, ia memutuskan untuk mengakhiri masa kontraknya. Pada waktu menanggalkan statusnya sebagai buruh, saat itu ia sadar. Hatinya tertinggal di dalam parbrik. Ia sadar, seseorang telah mengambil separuh hatinya. Namun keputusan telah mendahului kesadarannya. Lalu bagaimana Anesti mencari pencuri hatinya? Jalan apa yang akan dilalui untuk menemukan bunga-bunga untuk ditanam di tamannya?