Aku adalah jihan. Sosok yang penuh dengan rasa kasihan dan pengorbanan untuk hidup. Kalau ditanya siapa yang membuatku kuat sampai saat ini? Ya, jawabannya diri sendiri. Jihan yang dikenal dengan sosok yang lembut dan penuh dengan kebencian oleh orang sekitar. Jihan juga sebagai seseorang yang mungkin kalau tidak bertemu dengan Pratama menjadi seorang yang tetap sendirian. Tidak memiliki hal yang membahagiakan karena disisi lain orang terdekat yang tidak menerima keberadaan jihan. Mungkin saja, kalau bunda tidak pergi karena kehadiranku, rasanya sampai saat ini tidak ada kejadian saling membenci. Sejatinya, semua hal didunia ini juga perlu jeda untuk perasaan yang sakit. Sama seperti perasaan Papa dan Abang saat kehilangan bunda dan kak Roy yang kehilangan Kayes sahabatku. Jujur saja, aku tidak pernah membenci takdir apalagi menyalahkan. Saat mereka tidak menerima keberadaanku aku hanya bisa melangitkan doaku. Untuk orang yang paling aku sayang, terutama papa. Bagian paling penting dalam hidupku yang pada akhirnya meninggalkan tidak dengan sebuah pelukan hangat. Pelukan yang aku harapkan saat aku masih kecil. Cerita jihan bukan hanya sebagai cerita yang mengisi bagian sedih saja. Banyak pelajaran yang bisa kita terima dalam sebuah perjalanan hidup. Kalau hari ini sakit, bertahan dulu. Kalau esok juga sakit, tetaplah bertahan. Sampai hari selanjutnya masih sakit? Tetap harus bertahan sampai rasanya kamu terbebas daari rasa sakit.
3 parts