5

1K 77 23
                                    

"Yup! Nakazawa mengirimkan Mari camilan super banyak! Aku dan Yuuko juga dapat!"

Tappei tidak banyak bicara, membiarkan Miiko bercerita dengan intonasi dan raut wajah cerah ceria. Cowok itu kagum dengan banyaknya ekspresi yang bisa Miiko keluarkan.

Miiko melanjutkan lagi, "Cokelatnya enak sekali. Tapi, begitu kubawa pulang, Momo menghabiskannya!"

Gadis itu bisa melihat pertigaan jalan. Bibirnya mengerucut. Full Moon Store― rumah Tappei ada di belokan kanan, sementara ia harus berbelok ke arah berlawanan untuk bisa sampai ke rumah. Tidak rela, tapi di sinilah mereka berpisah.

"Oke, sampai jumpa― Tappei?"

Miiko terlihat bingung karena Tappei tidak melepaskan rangkulan di bahunya. Cowok itu malah menggandeng tangan Miiko dan mengajak untuk melanjutkan langkah. Kaki mereka berbelok kiri.

"Tappei mau ngapain?"

"Menemanimu sampai depan rumah,"

Huh?

Tappei melirik kekasihnya, "Memastikan Kau tidak dibawa penculik. Kasihan penculiknya, bukannya untung tapi rugi. Kau kan, gembul"

Miiko tak segan menendang tulang kering Tappei. Jengkel, ia melepaskan genggaman cowok itu dan melangkah lebih cepat.
Tappei menyusulnya dengan mudah, kakinya yang jenjang benar-benar membantunya.

"Hey, sori- sori.. jangan ngambek. Mulutmu jangan seperti itu, mirip bebek!"

Miiko acuh masih kesal. Tanyakan pada semua perempuan, siapa sih, yang senang diejek gembul? Cowok nyebelin! Kalau tidak sayang, Miiko tidak akan segan menggunakan tas kulit sekolahnya untuk menggebuk si kepala jabrik.

"Masih cemberut? Nanti kucium, lho!"

Ucapan Tappei sukses membuat Miiko berhenti di tempat. Tappei memanfaatkan kesempatan untuk menggandeng tangan gadisnya lagi.

"Maaf ya, omonganku kasar. Tapi kamu harus tau, kamu lucu kalau gembul, aku suka."

Miiko tidak tau apa yang membuat wajahnya memerah. Permintaan maaf Tappei atau ucapannya tentang 'ciuman'. Oke― tunggu sebentar, wajahnya semakin memanas.
Percakapannya dengan teman-teman menghampiri kepalanya kembali.

"Miiko sudah bersentuhan dengan Tappei?"

Gadis Yamada kini melihat tangannya yang digenggam Tappei. Kalau dipikir-pikir sentuhan paling berani yang mereka lakukan cuma sampai tahap ini.
Padahal sudah hampir sebulan lebih mereka pacaran. Tidak ada yang pernah membahas soal cium-mencium atau sentuhan lain sampai... tadi.

Miiko mendongak, memperhatikan wajah Tappei dari samping. Tappei benar-benar tampan. Apakah dulu Miiko sudah sadar akan fakta ini?
Tappei yang tampan, anggota klub baseball, cowok populer, berkencan dengannya? Apakah Tappei pernah berpikir untuk menciumnya? Menyentuhnya? Atau... atau ia malah tak tertarik sama sekali?

"Sudah sampai, sana masuk!" seruan Tappei memudarkan lamunannya.
Ternyata mereka sudah berdiri tepat di depan komplek perumahan susun milik Miiko. Waktu terasa cepat sekali.

"Ah? Iya..,"

"Ngapain bengong, sih? Masih mikirin tadi? Aku kan, sudah minta maaf," nada Tappei kini terdengar khawatir.

Bersahabat dengan Miiko, bertengkar dengannya bertahun-tahun sepertinya membuat ia terbiasa dengan ejekan yang mereka lontarkan satu sama lain.
Tapi, karena Miiko sekarang adalah kekasihnya, mau tak mau Tappei sepertinya harus belajar lagi untuk bisa mengontrol diri. Tappei sayang sekali Miiko.

"Iya, iya. Aku masuk, ya?"

Tappei mengangguk, "Salam untuk Momo dan Mamoru!"

Miiko memberi sinyal oke dengan tangannya. Ia berjalan masuk tapi kembali menoleh. Mendapati Tappei masih berdiri menungguinya.
Tanpa diduga dirinya sendiri, Miiko berbalik, kembali menghampiri Tappei.

Gadis itu menatap Tappei cukup lama, sebelum menoleh kiri dan kanan memastikan sekitar. Ah, peduli amat!

Miiko menempelkan jemari di bibir, seperkian detik, memindahkannya ke pipi Tappei.
"Sampai besok, Tappei!"

Gadis itu berlari masuk. Meninggalkan Tappei yang terkejut. Tak lama, Cowok Eguchi itu jatuh berjongkok, dua telapak menutupi wajah yang memerah. Kepalanya juga terasa panas hampir meledak. Efeknya ternyata luar biasa.

Sialan! Pacarnya manis sekali!

_________

___________________________

AN: Cerita ini akan kubuat layaknya Cerita remaja pada umumnya. Tau kan remaja di Jepang seperti apa.
Jadi kuharap, Kalian tidak keberatan dengan 'level yang berbeda' dengan yang ada di Komik.

Terakhir, terima kasih sudah membaca!

Kocchimuite, Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang