9

536 43 5
                                    

"Tappei...,"

"Hmm," Pemuda yang dipanggil menjawab dalam gumaman rendah,

"Aku terpilih sebagai ketua kelas di kelasku, semuanya gara-gara Kenta yang mengajukan namaku dan semuanya setuju, dadakan banget nggak, sih?" ada nada jengkel yang terselip dalam cerita Miiko.

Gadis itu melanjutkan, "Aku kira kerjaan Ketua Kelas itu hanya remeh temeh, tapi kok, seperti pesuruh ya? Harus ini-itu, belum lagi petuah dari pak guru yang panjangnya minta ampun!". Miiko mengoceh dengan satu tarikan nafas, cepat sekali.

ー"Sekarang, setiap Ketua Kelas juga wajib ikut rapat jika ada event OSIS tertentu," mulutnya yang kecil mengerucut dan pipinya menggembung, "Terus Tappei tau, tidak?  Ketua OSIS tahun ini siaー Tappei! Kok, malah tertawa, sih!?"

Tappei terkekeh, "Kamu bawel banget. Jangan ngoceh sambil makan, lihat, nasinya berhamburan di sekitar mulutmu!"

Miiko terbelak, berniat mengusap seluruh wajahnya namun dihentikan Tappei. "Bercanda, cuma sebutir yang mampir di sini," katanya seraya membersihkan sudut kiri bibir Miiko membuat si empunya merona merah.

"Maaf, Aku cuma mau cari obrolan supaya Tappei nggak marah lagi,"

"Kamu tau darimana aku marah?"

Si gadis Yamada menyentuh kening Tappei, menatapnya serius, "Keningmu berkerut seperti Kakek di Toko Buku, bibirnya menekuk terus, Jelek."
Tappei menggigit bibirnya sendiri, menahan gemas. Berusaha untuk tetap menampilkan wajah datarnya.

"Kenapa sih harus kesal? Ini pasti gara-gara Kenta melapor yang tidak-tidak, kan? Dia sudah tertular virus gosip dari Mari-chaー.."

"MIIKO!"

Sepasang kekasih itu menoleh bersamaan, Takashi Shouma menghampiri mereka dengan nampan berisi makan siang. Wajahnya ceria dengan senyum sumringah.

"Oh, Shouma?" Miiko balas menyapa, wajahnya ramah seperti biasa, berbanding terbalik dengan sang pacar yang kembali memasang wajah acuhnya.

"Miiko makan di kantin juga?"

Tappei mengeryit tak suka, bocah itu tidak berubah sejak sekolah dasar; seenaknya memanggil dengan nama kecilー sok akrab. Dan hey, kenapa harus memasang senyum seperti itu kepada Miiko?! ーmenyebalkan.

"Aku kesiangan, tidak sempat membuat bekal. Shouma bagaimana? Sudah ada teman?"

"Semakin naik tingkat, semakin susah rasanya. Tapi teman-teman disini asikー mereka sedang antri untuk bisa dapat Tonkatsu. Seterkenal itu, ya, Tonkatsu kantin?"
Shouma menunjuk beberapa anak baru yang masih berdiri mengantri, di antaranya melambai, tanpa suara menyuruh Shouma mencari tempat duduk.

"Kau akan senang di sini, makanan kantin enak-enak. Aku suka banget sama puding karamelnya!" Seru Miiko.

Shouma tersenyum makin lebar, "Oh ya? Kebetulan aku dapat lebih, Miiko mau?"

"Eh?! Tidak usah, berikan saja pada adikmu!" Miiko menolak. Tappei melihat bagaimana Shouma menaruh satu cup puding karamel di meja Miiko. Apa-apaan bocah ini? Dulu tukang pukul, sekarang sok baik dihadapan Miiko. Tidak kah dia lihat keberadaan Tappei juga?

Tappei kemudian berdeham dengan sengaja, membuat atensi Shouma sukses jatuh kepadanya.
"Oh? Haloー.. Tappei?"

"Kami lebih tua darimu, asal kau tau," Tappei berujar dingin.

"Ah ya.. ya..senpai,  tadi pagi Kenta-senpai mengatakan hal yang sama padaku," Shouma menjawab acuh tak acuh. Hampir membakar emosi seniornya.

"Kau harus belajar lebih sopan," Tappei memperingati.

"Suka-suka aku, kan? Tergantungー.. dari siapa yang ada dihadapanku," kata Shouma.

Miiko yang melihat kondisi yang tidak baik segera melerai. "Sudah-sudah, Kalian!" Ia lalu  berdiri dan mengembalikan puding pemberian Shouma, "Terima kasih, tapi aku sudah kenyang. Shouma, kau dipanggil teman-temanmu. Bergegaslah makan, sebelum jam istirahat selesai." Kata gadis itu lagi.

Sepeninggal Shouma, keduanya menghela nafas. Miiko kini melirik Tappei yang menatapnya dengan tatapan 'Dan kau menyuruhku untuk tidak jengkel?'.

"Tappei, jangan marah. Dia juga teman kita,"

"Seenaknya sok akrab denganmu. Panggil nama kecil juga."

"Kamu kan, tau, gimana Shouma dari dulu,"

"Pantas, Mamoru kesal. Tidak adik, tidak kakaknya, sama-sama nyebelin banget!" Tappei mengomel dan Miiko jadi tertawa karenanya.

"Lain kali, jangan terima pemberian dia, ya?" Tappei dengan serius memperingati.

"Kan memang aku tolak tadi,"

"Siapa tau dia akan caper di hari-hari yang lain? Kamu gembul, sulit menolak makanan terlalu lamaーaduh!" Tappei mengeluh ketika Miiko memukulnya dengan sendok makan. Wajah gadis itu cemberut, seperti biasaーmenolak dikatai pacarnya. "Aku nggak gembul!"

Lihatlah, menolak dikatai gembul, tapi selalu menggembungkan wajah ketika cemberut. Kedua Pipinya jadi tampak seperti kue bolu empuk. Tappei gemas dibuatnya, ia menarik wajah Miiko mendekat. Dua tangan menangkup pipi layaknya persik. "Jangan terlalu lucu, nanti makin banyak cowok yang membelikanmu puding!"

Miiko terdiam, dengan susah payah ia melepaskan diri. Ia balik menangkup wajah Tappei, "Tapi aku lebih senang makan satu cup puding berdua bersama Tappei,"

Ahーsialan. Tappei mengumpat kesekian kalinya. Sudah berapa kali ia mengatakan kalau kekasihnya terlampau gemas?

*

*

*

Kocchimuite, Love!Where stories live. Discover now