07

871 174 44
                                    

"Ayo masuk"

Apartment lantai 3, dia tinggal sendiri kah?. Gue melepas sepatu dan mengikuti Kuroo yang berjalan lebih dulu. Apartment standar yang gak terlalu luas, yang gue rasa hanya ada satu kamar.

"Lo tinggal sendiri?"

"Iya, gue disini buat kuliah, keluarga gue gak tinggal di sini" katanya sambil melepas jaketnya.

"Mau minum? Kopi? Teh? Susu?"

"Gak usah repot-repot" aduh ngerespon omongan dia aja tuh olah raga jantung gue.

"Santai aja, gue bikinin kopi ya" katanya sambil menyisir rambut depan nya dengan jari kebelakang dan menjepit nya, lah njir itu jepitan rambut gue.

Kamarnya, sangat lelaki sekali, ada gitar akustik dan gitar elektrik juga, komputer dan tong sampah yang penuh berisi kaleng beer kosong. Tapi tembok kamarnya bersih, gak ada poster sama sekali.
Termasuk rapih untuk ukuran cowok yang tinggal sendirian.

"Ini silahkan" dia menaruh mug berisi kopi itu di meja yang ada di hadapan gue.

Dan kami, diem-dieman, maksudnya apa coba? Gue juga kok gak pake mikir sih kalau mau mampir ke sini.
"Gue boleh sambil ngerokok?"

Gue gak suka sebenarnya bau rokok atau apapun itu. Tapi ini kan rumah nya, jadi gue gak bisa larang juga.

"Iya gak ngapa"

Dia merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sekotak rokok dengan pemantik api nya juga. Gue fokus ke bibir nya yang kini menjepit se puntung rokok itu di sela-sela bibir dan rokoknya pun menyala.
Bibir nya, walaupun dia ngerokok, bibir nya sama sekali gak menghitam.

"Lo sering ngerokok?" dia melihat gue kemudian, tersenyum sambil kembali melihat rokok yang ada di tangan nya.

"Jarang, kalo lagi pengen aja, apa lagi pas stress" jawabnya sambil memainkan puntung rokok di tangannya.

"Lo stress?"

Kuroo mengangguk pelan dan menghisap kembali rokoknya, membuang asap nya juga gak di hadapan gue langsung.

"Stress karena apa?"

Tiba-tiba Kuroo tertawa dan sebelah tangannya yang bebas, mengelus kepala gue dengan cukup kasar.

"Kei, baru kali ini gue liat lo tertarik dengan masalah hidup orang lain"

Gue gak tau itu pujian atau hinaan, tapi gue rasa itu termasuk hinaan yang hampir mendekati sarkasme.
"Yaudah gue cerita. Gue lagi suka sama orang. Tapi doi kaya nya muak banget gue deketin"

Hah? Siapa? Siapa? Siapa? Kozume kah? Kagak kagak, Kuroo aja temen nya dari kecil, di deketin terus atau di gangguin pun Kozume juga udah biasa? Siapa? Eh siapa~.

"Ah udah lah, gak usah di bahas, lo laper gak? Gue beli makanan ya keluar"

"Kenapa gak masak aja?" kata gue sebelum dia memakai jaketnya.

"Gue gak bisa masak" katanya sambil terkekeh.

"Lo ada apa aja di kulkas? Sini gue yang masak"

"Eh lo bisa masak? Boleh deh, sini liat di kulkas ada apa aja"

Gue bangkit dan menghampiri Kuroo yang berdiri didepan kulkas yang terbuka.
"Pasta mau? Itu bahan nya ada semua" ujar gue ketika melihat isi kulkas Kuroo.

"Boleh boleh, perlu apa lagi? Nanti gue beli di supermarket bawah"

Gue mengeluarkan semua bahan yang gue temukan, melihatnya sekali lagi takut ada yang kurang, tapi gue rasa semua komplit kok.
"Gak ada, ini cukup kok semua. Panci mana?"

Kuroo membantu gue mencari peralatan yang di butuhkan sedangkan gue, mengupas bawang bombay.

"Lo punya bahan makanan yang lengkap di kulkas, kenapa gak belajar masak?"

"Ribet, bahan makanan di kulkas itu di stock juga sama nyokap gue, padahal dia gak tau aja kalo gue lebih sering beli makan di luar"

"Lah waktu beli daging?"

Kuroo terkekeh dan menjawab kalau itu pesanan ibu nya yang waktu itu mampir ke apartmen nya.

"Perlu apa lagi?"

"Isi air ke panci nya, masukin garam sama minyak sedikit, tunggu sampai mendidih, baru masukin pasta nya"

Kuroo melakukan hal yang gue bilang barusan dan banyak bertanya soal, air nya segini cukup? Kebanyakan gak garam nya? Seberapa banyak masukin minyak nya.
Gue gak tau, kalau masak di ganggu bisa semenyenangkan ini buat gue. Biasanya Bang Aki ganggu gue masak, dia gue siram pake air keran.

"Kuroo mana spatula, ambilin"

"Yes mom"

"I'm not your mom" sanggah gue dengan ke dirinya yang memanggil gue mom.

"Yes your my mom or my love, pilih yang mana?"

Pipi gue rasanya panas, untungnya tangan gue gak ikutan ke iris saat gue mencincang bawang putih. Gue reflek melihat kearah Kuroo yang tersenyum tapi matanya fokus ke rebusan pasta.

"Apa Kei?" suara nya halus, saat menyebut nama gue. Sekarang udara di sekitar gue persis kaya di pegunungan, tipis yang membuat susah bernafas. Padahal ini cuma rumah Kuroo dam letaknya yang kota.

Gue menggeleng dan melanjutkan memasaknya lagi. Kali ini gue menyuruh Kuroo jauh-jauh dari gue saat memasak. Selain meminimalisir risiko jantung gue yang keluar lewat telinga, gue juga jadi lebih cepat masak.

"Kei, lo gak mau nginep aja? Hujan deres tuh, kata berita stasiun KRL tiba-tiba ada kendala"

Nginep gue bisa aja, tapi kalau nginep nya sama lo, jantung gue yang gak bisa.
Masakan beres dan gue membawa kedua piring itu kemeja makan. Perasaan belum lama gue dari stasiun, kereta di serang picolo atau gimana?.

"Tuh, gak beroprasi katanya" dia menunjuk acara berita yang sedang tayang.

"Makan dulu aja, nih garpunya" Kuroo memakan masakan gue dengan lahap nya, tanpa komentar ataupun pujian hasil masakan gue. Well ya emang rasanya gak seenak masakan luaran, tapi gue bisa masak ini karena ngeliat nyokap masak.

"Gimana Kei? Mau nginep?"

Gue yang tadi cuma mengaduk-aduk pasta yang ada di piring gue, melihat kearah Kuroo yang bahkan sudah selesai makan. Gue menarik selembar tissue dan mengusapkan nya ke bibir Kuroo.

"Gue bakal nelfon orang rumah dulu" ujar gue dan itu membuat Kuroo tersenyum mengangguk.

***

Gue memakai baju yang di pinjamkan Kuroo, sebuah t-shirt hitam dan celana basket, bukan cuma itu bahkan Kuroo menyiapkan boxer baru buat gue, ih gue malu sendiri.
Keluar dari kamar mandi, gue melihat sebuah futon yang ada di bawah ranjang Kuroo.

"Dah selesai mandi nya? Nih Susu"

Kenapa lo shirtless dan cuma pakai celana panjang tidur lo itu. Gue mengambil gelas yang berisi susu itu dari tangan Kuroo dan langsung meminum nya. Dia nambahin madu ya di susu nya, manis nya beda.
Tiba-tiba Kuroo mengambil gelas kosong itu dari tangan gue dan menaruhnya di meja TV.

"Sini bentar"

Kuroo menangkup kedua pipi gue dan mendekatkan wajah nya. Eh eh eeehhhhh.
Dia, menjilat bagian atas bibir gue dan itu sangat cukup untuk membuat kaki gue lemas.

"Kuroo— mhmp"

Gue di cium nya.

Untitled づ KurotsukiOnde histórias criam vida. Descubra agora