Chapter 32

8.3K 777 110
                                    

Sawah di cup😌😌😌


"Phi bukankah ini hutan-"

"Tempat pertama kali kita bertemu. Well, orang tuaku di bunuh diujung jalan ini."

Gulf membalik tubuhnya dari jendela mobil. Ia tatap kekasihnya dengan pandangan sendu. "Kenapa membawaku kemari Phi?"

"Survei lokasih."

"Aow?"

"Ini salah satu wilayah milik KSJ. Tadinya milik Fox4 tapi sekarang jadi bagian dari KSJ." Mew melepas seatbeltnya lalu membuka seatbelt Gulf juga. Mengusap sebentar pipi gembil kekasihnya kemudian turun dari mobil diikuti oleh Gulf.

"Wuah! Ini masih terasa sama sejak lima tahun lalu."

Mew terkekeh puas saat Gulf menatap rimbunnya pohon yang tertata sangat rapi di depan mereka. Sangat asri dan nyaman, udara disini sangat sejuk dan membuatnya betah. Dengan pelan Mew menarik pergelangan tangan yang lebih muda dan menuntunnya untuk masuk lebih dalam. Meninggalkan mobilnya di sana.

Mata kucingnya membulat lucu penuh binar, Gulf spontan menggoyangkan genggamannya kelewat senang persis anak kecil melihat mainan impiannya. Ia suka hutan dan sangat wajar dirinya begitu antusias. Sudah lama Gulf tak berkunjung kemari. Terakhir adalah latihan senapannya bersama Max yang berujung kasus kematian orang tua Mew.

"Sejak kapan ada tempat wisata disini Phi?"

"Dua tahun yang lalu. Sebenarnya ini bukan tempat wisata sayang." Gulf menatapnya penuh tanya. Terbesit rasa penasaran pada matanya, Mew bisa memahami itu. "Aku sengaja membangun sebuah taman kecil dan tempat peristirahatan. Kau lihat disana-"

Gulf menatap ke arah yang Mew tunjuk, sebuah bangunan yang terlihat menyatu dengan alam namun nuansa modernnya begitu terasa. Indah sekali di mata Gulf.

"Itu adalah rumah kecil yang biasa ku kunjungi jika sedang ingin menenangkan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Itu adalah rumah kecil yang biasa ku kunjungi jika sedang ingin menenangkan diri. Biasanya Podd atau Bright datang kemari untuk latihan menembak."

Mulutnya membentuk bulatan O pertanda jika Gulf memahami maksud Mew yang mana ia juga setuju akan tiap ucapannya. Matanya bergulir mengamati tanah lapang yang di kelilingi pohon disekitar. Dari pada hutan, tempat ini lebih seperti resort pribadi jika boleh Gulf katakan.

Tak ada kalimat seram di dalamnya. Hanya kata indah dan tenang yang cocok untuk tempat ini. Tak begitu jauh dari pusat kota namun jarang dijumpai orang. Mungkin Mew menjadikan ini sebagai destinasi miliknya.

Faktanya demikian.

Terlalu larut dalam pikirannya, Gulf tidak sadar ketika Mew membawanya duduk pada salah satu kursi santai disana. Ada coklat hangat dan beberapa kue yang disajikan masih mengepul.

Gulf kembali menatap Mew takjub. Bagaimana bisa? Kapan ini disajikan.

Dengan pelan, Mew menggeser coklat panasnya agar lebih dekat. Satu tangannya lihai meraih sendok dan mengambil satu suap untuk Gulf yang sedia menerimanya.

BIG LIFE (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now