Chapter 13

5.4K 1K 170
                                    

Puas kalian yang tanpa lelah terus menerus meminta update? 🗿😂
Baca pelan-pelan, oke? Dihayati. Wkwkwk.

**********

"Kau... Sama sekali tidak mengingat asal usulmu?"

"Be-benar, Yang Mulia! Aku... Saya... Benar-benar tidak mengingat apapun selain nama saya sendiri," dusta (Nama) gemetar sembari menundukkan kepalanya.

Tidak mungkin (Nama) akan mengatakan bahwa dirinya berasal dari dunia lain. Lagipula siapa yang akan percaya cerita itu? Yang ada pastilah ia akan dianggap gila setelahnya.

"Jika kau benar-benar tidak mengingat asal usulmu... Selama ini di mana kau tinggal?"

"Saya... Waktu itu saya terbangun di tengah hutan. Seorang pria membantu saya dan menawarkan tempat tinggal bagi saya. Jadi..."

"Jadi selama ini kau tinggal bersama dengan pria itu?"

(Nama) mengangguk cepat. Tak lama ia sedikit mendongakkan kepala, ingin tahu bagaimana ekspresi Claude saat ini. Berharap dari ekspresinya itu terlihat bahwa Claude percaya dengan semua cerita yang ia sampaikan.

Akan tetapi, ekspresi yang terukir di wajah Claude bukan seperti yang diinginkan oleh (Nama). Ekspresi Kaisar Claude saat ini begitu menyeramkan, membuat (Nama) bingung sendiri dibuatnya.

"Apakah dia tidak percaya dengan ceritaku?" Batin (Nama) ngeri.

Claude kembali bertanya. Kini nada suaranya terdengar dingin meski ekspresi wajahnya nampak datar, "Kau tinggal satu rumah dengan pria itu?" (Nama) mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Claude.

Seketika aura tak mengenakan memenuhi taman tempat Claude, Athanasia, Felix, serta (Nama) berada. (Nama) melirik ke arah Putri Athanasia dan terlihat jika Putri Athanasia samar-samar tengah memasang ekspresi takut di wajahnya. (Nama) tahu jika aura tak mengenakan ini pastilah berasal dari Claude.

"Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah lagi?" Ia benar-benar tidak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan sehingga membuat Claude kesal.

"Apakah... Apakah aku... Apakah saya mengatakan hal yang salah, Yang Mulia?" Tanya (Nama) sembari memainkan jari tangannya.

"Seorang pria dan wanita tanpa ikatan seharusnya tidak boleh tinggal satu atap," jawab Kaisar Claude dengan nada menyeramkan.

(Nama) kembali melirik ke arah Putri Athanasia. (Nama) menatap Athanasia dengan tatapan memohon, memohon agar Athanasia mau mengeluarkannya dari situasi ini. Namun, Athanasia mengedikkan kedua bahunya. Ia sendiri tidak yakin tindakan apa yang harus diambil olehnya.

(Nama) meneguk ludah. Ia ingin mengatakan sesuatu meski lidah terasa kelu. Ia ingin segera pergi, takut akan ada kejadian menyeramkan terjadi jika dia berlama-lama di sana.

"Yang Mulia..." Panggil (Nama) lirih.

"Ada apa?" Tanya Claude sembari mengaduk cangkir miliknya yang terlihat tak berisi.

"Mohon ampun... Saya mohon Anda mengizinkan saya pergi sekarang. Apa boleh?"

"Kau teringat pria di rumahmu?"

Meski merasa takut, (Nama) sebenarnya juga sangat sebal. Mengapa Kaisar Claude suka sekali mencampuri kehidupan pribadinya? Bukankah Kaisar memiliki urusan yang lebih penting yaitu mengurus kekaisaran daripada mengurusi satu individu seperti dia?

"Memang kenapa? Lagipula itu bukan urusan Anda," jawab (Nama) ketus.

Kaisar Claude bertambah cemberut. Ia berhenti mengaduk cangkir teh. Iris biru permata miliknya bersinar dan tekanan yang diberikan tatapan matanya membuat (Nama) merasa sedikit kesulitan untuk bernapas.

I' Am Not DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang