Chapter 9

5.5K 1K 40
                                    

"Nona yang di sana, tolong turunkan jubah anda!" Ucap salah satu dari mereka, lagi-lagi meminta (Nama) menurunkan jubahnya.

Hanya ada 1 hal yang terpikirkan oleh (Nama) saat ini, yaitu lari. Alhasil tanpa ba-bi-bu, (Nama) berlari cepat menghindari kedua penjaga yang sejak tadi memanggil dirinya.

Tentu saja melihat (Nama) yang melarikan diri, kedua penjaga itu langsung mengejarnya sambil sesekali berteriak. Teriakan itu tentunya mengundang beberapa warga untuk menoleh ke arah mereka bertiga.

(Nama) berlari tanpa henti, bahkan sesekali menubruk tubuh orang-orang yang ia lewati. Beberapa orang yang tubuhnya ia tubruk tentu saja melemparkan beberapa omelan, tapi kata-kata mereka sama sekali tidak didengarkan oleh (Nama).

"Nona, mohon berhenti!"

"Tentu saja Aku tidak akan berhenti!" Batin (Nama) ketika mendengar teriakan penjaga di belakangnya.

(Nama) terus berlari hingga sebuah tangan tiba-tiba saja menariknya masuk ke dalam gang sempit. (Nama) tentunya terkejut, bahkan ingin menjerit jika saja orang yang menyelamatkannya itu tidak angkat bicara.

"Sstt... Tenanglah atau Nona akan ketahuan nanti."

Orang itu menarik tubuh (Nama) untuk bersembunyi di belakang peti kayu yang memang sengaja diletakkan di dalam gang sempit. Lalu, kedua penjaga yang sebelumnya mengejar (Nama) terlihat berlari melewati gang sempit begitu saja tanpa memeriksanya terlebih dahulu.

(Nama) menghela napas lega. Ia membalikkan tubuhnya, lalu menunduk untuk melihat wajah orang yang telah menyelamatkannya dari kejaran kedua penjaga tadi.

Tatapan mata (Nama) dan orang itu saling bertemu dan dalam hitungan detik mata (Nama) membulat sempurna.

"Rambut pirang keemasan... Mata biru bagaikan permata... Apakah dia Putri Athanasia?!" Batin (Nama) kaget.

"Umm... Apakah Nona baik-baik saja?" Tanyanya sembari memiringkan kepala.

(Nama) diam tak bersuara sedikitpun. Ia bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Athanasia.

"Mungkin dia bisu? Lagian kenapa sih kau mau menolong orang tak dikenal seperti dia?" Ucap sosok di belakang Athanasia yang keberadaannya baru disadari oleh (Nama).

Sosok itu keluar dari balik bayang-bayang. Rambut hitam legam serta mata berwarna merah, dia sangat tampan bila dibandingkan dengan rupa orang-orang pada umumnya.

"Pacarnya 'kah? Tapi... Memangnya Athanasia memiliki pacar?" Batin (Nama) sembari mengernyitkan dahi.

Athanasia membalikkan tubuhnya, "Jangan berkata seperti itu! Kau sungguh tak sopan!"

Pemuda berambut hitam itu memutar mata, nampak tak peduli dengan amarah Athanasia. Pemuda itu kembali mengarahkan pandangannya ke arah (Nama). Ia melirik (Nama) dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

Bugh!

Suara pukulan terdengar. Athanasia baru saja memukul kepala pemuda itu dengan cukup kencang. Lantas pemuda itu merintih dan mengusap pelan kepalanya.

"Kau tidak boleh memberikan tatapan seperti itu kepada seorang perempuan!"

"Kenapa kau sangat suka memukul sih? Memangnya kenapa kalau aku menatapnya seperti itu? Kau cemburu 'kah?" Keluh pemuda itu di awal, tetapi tak lama seringai lebar terbentuk di akhir kalimatnya.

"Aku? Cemburu? Yang benar saja!" Sergah Athanasia.

(Nama) tersenyum tipis di balik tudungnya. Ia memperhatikan Athanasia dan pemuda itu layaknya sedang menonton pertunjukkan drama.

"Wadidaw! jadi nyamuk doang aku tuh!" Batin (Nama), mencoba memendam rasa iri hatinya. "Kapan ya bisa melakukan hal-hal yang uwu seperti mereka?"

"Ini," ucap pemuda itu sembari menyodorkan sebuah es krim cone kepada Athanasia.

"Eh? Jadi es krim yang kau pegang itu untukku?"

"Tentu saja. Memangnya untuk siapa lagi? Kecuali kalau kau tak mau."

"Tentu aku mau!" Jawab Athanasia, kemudian menerima es krim pemberian si pemuda.

"Uhuk!" (Nama) batuk sekali, mencoba kembali mendapatkan perhatian mereka berdua.

(Nama) membungkuk sembari mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Tentunya ucapan terima kasih dari (Nama) dibalas anggukan dan senyum lebar dari Putri Athanasia.

"Kalau boleh tahu, kenapa Nona dikejar-kejar oleh prajurit tadi?"

"Itu..." (Nama) sama sekali tak bisa menjawab.

"Kalau Anda tidak ingin memberitahu tidak apa—"

Ucapan Athanasia terhenti, sedangkan (Nama) membelalakkan matanya. Hal itu disebabkan tudung yang menutupi kepala (Nama) selama ini terbuka, padahal tidak ada angin kencang yang berhembus.

(Nama) termundur, tetapi mata (Nama) dan Athanasia masih saling bertatapan. Kini Athanasia bisa melihat rupa wanita di hadapannya dengan lebih jelas.

"Nona... Anda..." Athanasia terbata-bata, tidak yakin dengan kalimat apa yang harus ia ucapkan.

(Nama) termundur, lalu membalikkan tubuhnya. Ia hendak berlari, tetapi langkahnya terhenti karena kaget melihat si pemuda sudah berada di depannya.

"Kok dia bisa muncul di situ?!" Batin (Nama) kaget.

Karena berhenti mendadak, (Nama) kehilangan keseimbangannya dan pada akhirnya terjatuh. Ia meringis kecil sambil mengumpat di dalam hati.

"Gila... Sakit banget! Tuh anak juga udah kayak setan! Apakah dia bisa menggunakan sihir? Bisa-bisanya dia muncul secara tiba-tiba!"

"Nona... Anda tidak apa-apa?" Tanya Athanasia.

Athanasia mendekat, lalu memegangi bahu (Nama) sambil memasang ekspresi khawatir. Pemuda di hadapan (Nama) bersedekap, mengamati wajah (Nama) lamat-lamat.

"Lucas, kau harus meminta maaf!"

"Eh? Kenapa aku harus meminta maaf?"

"Kau kan membuatnya terjatuh!"

"Bukan salahku dong kalau dia terjatuh? Salahnya sendiri karena tidak bisa menjaga keseimbangan kakinya."

(Nama) kembali berdiri dan sekali lagi berusaha untuk kabur, tetapi pergelangan tangannya telah dipegang sangat erat oleh Athanasia.

"Nona, maukah Anda mengobrol sebentar dengan saya?" Tanya Athanasia.

"Maksudnya?"

"Aku ingin menanyakan beberapa hal kepada Anda. Tenanglah, aku tidak akan melaporkan Anda kepada Kaisar kalau itu yang Nona takutkan."

"Kamu... Ingin menanyakan soal apa memangnya?" Tanya (Nama) sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Apakah Anda punya ikatan atau hubungan khusus dengan Pa— maksudku Kaisar?"

Hening sejenak. (Nama) mengernyitkan dahinya karena bingung.

"Aku? Punya hubungan dengan Kaisar itu? Tentu saja tidak."

"Tidak." Jawab (Nama) singkat.


[Bersambung]
Aduh... Buru-buru nulis karena dari kemarin banyak yang minta up.

Terima kasih sudah membaca. Have a nice day!

I' Am Not DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang