33 Terikat

2.5K 108 8
                                    

"Tak ada kesempurnaan tanpa celah, tergantung sudut pandang mana yang kalian gunakan untuk menelaah"

Amel duduk berhadapan dengan dokter yang menangani Cia, dokter tersebut nampak serius dengan raut muka yang berkerut didaerah dahinya.

"jadi, sebenarnya ada apa dengan putri saya dok? kenapa dia bisa koma lagi dengan jangka waktu yang cukup dekat?" Amel yang sudah was-was nampak tak bisa lagi menahan rasa penasaran dan khawatirnya disaat bersamaan.

"maaf sebelumnya bu, sebenarnya hal ini ingin saya sampaikan sejak lama, tapi pihak yang bersangkutan melarang saya memberi tau kepada pihak keluarga"

"tapi setelah saya lihat kondisi Cia yang semakin memburuk, saya tidak bisa terus-terusan merahasiakan penyakit yang diderita putri anda"

Dokter tersebut menghela nafas berat, menautkan jari-jari tangannya dan meletakkan diatas meja.

Perasaan Amel semakin tak karuan, apalagi yang menjadi beban putri ringkihnya itu? Untuk saat ini, Amel tak siap mendengar kabar buruk lagi, tapi ia juga tak bisa menolak penjelasan dari dokter didepannya ini.

"Cia punya gagal ginjal, dua tahun silam ia berkunjung ke rumah sakit ini"

Dokter tersebut membuka laci mejanya, mengambil map plastik berwarna kuning yang bertuliskan Fabricia Lesham Shaenette, kemudian membukanya dan mulai membaca riwayat Cia berkunjung dirumah sakit tersebut.

"Berawal dari keluhan sering mimisan, diare, dan juga sering muntah-muntah"

"Cia setahun belakangan ini sebenarnya sudah rutin melakukan cuci darah, tapi untuk tiga bulan terakhir, dia tak lagi melakukannya"

Amel tak kuat lagi menahan semuanya, bahkan sekarang ia sudah mulai menyalahkan dirinya, Ibu macam apa dirinya ini, bahkan disaat anaknya sakit kronis pun, dia nampak tak tau sama sekali.

Pantas saja, selama ini Cia tak pernah mau makan selain dengan kecap, dia pun jarang meminum es dan minuman lain selain susu strawberry kesukaannya.

"Cia tak ingin keluarganya tau tentang ini, anak gadis ibu termasuk anak yang kuat, dan untuk saat ini, saya tak bisa menjamin besar atas siumannya Cia dikoma yang ketiga kalinya" Pungkas dokter tersebut, kemudian menutup kembali map berwarna kuning tersebut, dan menyimpannya ditempat yang sama.

Amel masih duduk dengan kaku, ia masih tak siap mendengar semua berita buruk yang ia terima hari ini. Amel menyesal, kenapa tak jauh-jauh hari dirinya mengetahui hal terberat yang selama ini putrinya simpan, sendiri.

Tubuhnya nampak goyah, berjalan seakan tak terarah, Amel kembali duduk dengan Irene - Mamanya Bram.

Irene yang melihat itu seakan tau bahwa Amel membutuhkan sandaran, wanita yang menjadi tulang punggung tersebut nampak rapuh, sambil sesekali mengintip kekaca ruangan Cia, hanya untuk memastikan mesin EKG menampakkan garis yang tak beraturan.

Ketakutannya tak bisa ia tepis lagi, fakta barusan cukup membuatnya semakin khawatir dengan kondisi Cia.

Maudy yang baru saja sampai, langsung berdiri disebelah Bram, mengkode cowok yang nampak sedikit kurus tersebut, sambil menyatukan kedua alisnya ingin meminta penjelasan.

Namun Bram hanya menjawab dengan bahu yang terangkat.

****

Jari lentik Cia nampak semakin mengecil, Amel memegang jarinya dan sesekali mencium, dengan derai air mata yang bahkan tak kunjung mengering.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang