6 Perasaan

2.1K 167 3
                                    

Aksa berjalan beriringan dengan Nesya tentunya. Mereka berdua baru saja pulang dari SMA tetangga yang merupakan tempat diselenggarakan olimpiade.

Tak ada yang meragukan lagi bagaimana kemampuan Aksa, cowok pendiam yang sukar bergaul dengan lingkungannya.

Bahkan hanya segelintir orang saja yang tau Aksa, bukan karena Aksa tidak famous, tapi memang Aksa yang menutup diri.

Tapi, walau begitu Aksa sangat terkenal dikalangan guru-guru. Aksa adalah salah satu siswa penyumbang piala terbanyak untuk SMA Mentari.

Sudah tak diragukan lagi kemampuan Aksa ini, bahkan hampir semua guru mempercayai Aksa atas berbagai mapel olimpiade.

Seperti saat ini, bahkan Aksa tengah berjalan dengan menenteng piala yang menjulang tinggi, bertuliskan Juara 1 debat bahasa Inggris.

Semua tak luput dari pandangan Cia, gadis itu hanya bisa melihat Aksa dari depan kelasnya. Tatapannya memuja, bahkan Cia nyaris tak berkedip hanya untuk menatap Aksa.

"Aksa sempurna banget ya Dy, ganteng, pinter, putih, tinggi" Cia berargumen yang hanya ditanggapi dehemen oleh Maudy yang berdiri disebelahnya.

"coba aja Cia pinter, pasti Cia yang sekarang lagi jalan bareng sama Aksa" Cia sedikit mengerucutkan bibirnya ketika sesekali melihat Nesya yang berjalan beriringan dengan Aksa.

"ha? maksut lo gimana Ci?" Maudy nampak tak paham dengan ucapan Cia.

"Yaaa kalau Cia pinter kan pasti jadi partner Aksa buat olimpiade"

"makanya tuh otak buat belajar, jangan buat mikirin Aksa mulu" Maudy cekikikan ketika mendapati Cia yang sepertinya tersinggung atas ucapannya.

"mana bisa Cia gak mikirin  Aksa, otak Cia aja udah tiba-tiba mikir kesana tanpa diminta"

Cia tiba-tiba masuk ke kelasnya, Maudy tau apa yang akan dilakukan Cia.

Pasti dia akan menyusul Aksa dan mengucapkan selamat, Cia selalu seperti itu. Tak pernah berfikir untuk harga dirinya yang mungkin sudah dinilai buruk oleh Aksa.

Cia berlari mengejar Aksa yang baru saja keluar dari ruang guru untuk meletakkan pialanya.

"AKSA!!"

Aksa menolehkan pandangannya ke Cia yang melambaikan tangannya sambil membawa botol minum kepadanya.

"Aksa, selamat ya.. Pasti Aksa menang lagi kan? Cia yakin kok Aksa pasti menang olimpiade nya, nih buat Aksa, pasti Aksa capekkan buat debat tadi, ini Cia bawain minum buat Aksa" Cia masih menyodorkan botol minum kepada Aksa, dan Aksa? bahkan cowok itu hanya menatapnya saja tanpa berniat mengambilnya.

Nesya yang melihat itu, buru-buru mengambil botol dari tangan Cia, membuka tutupnya dan meneguknya sedikit.

"makasih ya, udahkan ngucapin selamatnya buat Aksa? bisa gak lo sekarang pergi" Nesya dengan angkuh menggandeng lengan Aksa, seakan menunjukkan bahwa Aksa adalah miliknya.

"tadi kan minumnya buat Aksa, bukan buat Nesya" Cia menunjuk botol minum yang baru saja dilempar ke tempat sampah oleh Nesya.

"Aksa gak mau nerima minum dari lo" ketus Nesya, kemudian berjalan meninggalkan Cia yang masih berdiri mematung ditempatnya.

"AKSAAAA!"

Bahkan Cia masih saja mengejar Aksa setelah kelakuan Aksa yang seperti itu. Cowok itu memang tak pernah berubah, dan tak pernah menganggap keberadaan Cia.

"Aksa kenapa gak baca pesan Cia? gak angkat telpon Cia, bahkan Aksa ada dipanggilan lain, Aksa telponan sama siapa semalem?" Cia masih pantang untuk menyerah begitu saja, bahkan Cia tanpa malu berkata seperti itu didepan Nesya.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang