14 tamparan

3.2K 154 2
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring seantero sekolah. Membuat seluruh murid SMA Mentari lantas berhambur keluar kelas.

Lain halnya dengan Cia yang justru lebih dulu keluar kelas bukan untuk pulang, tapi menghampiri Aksa.

Dengan badan mungil miliknya, Cia sempat terdorong kesana-kemari karena banyak anak yang berlalu-lalang.

"Bram!! Liat Aksa gak?" Cia bertanya dengan Bram, kebetulan cowok tersebut tengah berdiri didepan kelas sambil memainkan ponsel miliknya.

Bram hanya menunjuk dengan dagunya ke dalam kelas, menandakan Aksa masih berada dikelas.

"Eh Ci, Bunda nyuruh lo balik sama gue" Bram mengalihkan sebentar pandangannya, menatap Cia sebentar.

"tapi Cia pengen pulang sama--"

"emang dia mau? udahlah Ci, ngapain juga sih ngejar Aksa--"

"Gak bisa Bram, Cia harus berjuang kalau Cia cinta"

"tau lah, orang bucin mah sulit dibilangin"

Bram memasukkan ponselnya ke saku celana sekolahnya, beralih mengambil kunci motornya.

"jadi gimana? ikut gue gak?"

Cia menggeleng pelan sambil terkekeh melihat raut wajah datar Bram.

Lantas, dengan tergesa Cia masuk ke dalam kelas IPA 5, menghampiri Aksa yang masih duduk anteng dibangkunya.

"Aksa! boleh nebeng gak?"

"siapa?"

"Cia boleh nebeng gak sama Aksa, soalnya Bundanya Cia gak bisa jemput nih, mau ya Aksa?"

Gilang masih tak bisa mencerna maksud Cia, cowok itu masih setia menemani Aksa, sedangkan Leo dan Kenzo sudah tidak terlihat lagi keberadaannya.

"eh bocil! Bukannya tadi lo disuruh pulang sama Bram?" Gilang mengintrogasi Cia, pasalnya, tadi Bram sempat pamitan nyemperin Cia karena disuruh mengatar pulang gadis itu.

"Cia tolak"

"lah, ngadi-ngadi nih bocah"

Gilang tak habis pikir dengan jalan pikir gadis disebelahnya ini. Sudah ada tumpangan malah ditolak.

"boleh ya Aksa? mau ya? Ya ya ya?"

Cowok irit bicara itu hanya diam, tak menyahut, kemudian berdiri meninggalkan Cia yang masih berusaha membujuknya.

Cia mengekor dibelakang Aksa, sampai tiba-tiba Aksa berhenti tepat didepan kelas 12 IPA 1.

"Aksa ngapain? kok berhenti disini?"

Cia dengan wajah cengonya menatap Aksa yang tengah berbincang dengan sifat dingin yang menguar.

Gadis yang beberapa saat lalu berbincang singkat dengan Aksa tersebut masuk ke kelas IPA 1, dan tak lama setelah itu, Nesya keluar kelas dan melingkarkan tangannya ke tangan milik Aksa.

Seperti sebelumnya, bahkan Aksa tak menepis atau sekedar memperingati perlakuan Nesya. Coba saja Cia yang mengamit lengan Aksa, sebelum itu terjadi, Aksa sudah pasti lebih dulu menolaknya.

"Aksa, mau pulang sama Nesya? Kan tadi Cia duluan yang minta pulang sama--"

"lo ngapain sih ngikutin Aksa mulu? Gak ada kerjain lain? Lagian nih ya, cowok tuh banyak kali kenapa Aksa yang lo pilih?" Nesya kali ini benar-benar muak dengan Cia, gadis berperawakan mungil tersebut selalu mengikuti Aksa, dan Nesya risih dengan kelakuan Cia tersebut.

"emang kenapa? ada yang salah ya? Lagian Aksa juga gak ngelarang tuh, iya kan Aksa?"

Cia berharap Aksa menjawab, gadis yang memiliki tubuh sebatas bahu Aksa tersebut sedikit mendongak menatap sang empu yang belum mengeluarkan sepatah kata pun.

"kamu juga, betah banget sih diikutin bocil kayak dia"

"ayo pulang Nes, gue capek"

Hanya itu respon Aksa, dan dengan itu pula Nesya menurut, Nesya melihat sorot lelah diwajah Aksa, dia tak tega kalau terus-menerus memarahi Aksa.

"lah, Aksaaa kok Cia ditinggal sih? Terus Cia pulang bareng-"

"sama gue"

Darah Cia seketika berdesir aneh, perasaan sukanya semakin membuncah kala mendengar Aksa menuruti keinginannya.

Bahkan Cia bersenandung kecil selama berjalan ke parkiran.

Tapi senyum lebar tersebut seketika menciut, ketika tau bahwa Aksa membawa mobil.

Yang ada dipikiran Cia, Aksa membawa motor, dan dirinya akan dibonceng berdua dengan Aksa, tapi kenyataannya?

Cia sesegera mungkin meraih pintu mobil sebelah kiri, namun suara Aksa lebih dulu mengintruksinya.

"lo dibelakang, biar Nesya yang didepan"

"ha--ha? ke-kenapa Cia gak boleh didepan sama Aksa?" pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja tanpa terpikirkan sebelumnya.

"tau diri lah jadi cewek, lo siapa, gue siapa. Inget ya kita itu beda" tegas Nesya.

****

Cia hanya mampu diam selama perjalanan pulang, gadis itu lebih banyak melamun. Memikirkan segala hal yang tabu, yang belun tentu kebenarannya.

Pikirannya terus berkecamuk memikirkan kedekatan Aksa dengan Nesya. Memang kalau dilihat mereka berdua cocok, sama-sama pintar, yang satu cantik dan Aksa ganteng, mereka saling melengkapi.

Sedangkan Cia? Gadis bertubuh mungil yang tak pintar seperti Aksa dan Nesya bisa apa? harusnya Cia sadarkan? posisinya dia dengan Nesya jauh berbeda.

"heh! rumah lo sebelah mana? dipanggil dari tadi ngelamun mulu lo"

Suara Nesya membuyarkan lamunan Cia, ia baru sadar kalau ternyata mereka sudah kebablasan.

"putar balik aja, ini kejauhan dari rumah Cia" pinta Cia dengan tatapan lurus ke depan.

"lo kira Aksa supir--"

"Nes, udahlah"

****

Cia berterima kasih kepada Aksa, kemudian segera membuka pintu mobil dan beranjak pergi. Suasana mendadak canggung, Cia yang pintar mencairkan suasana, tiba-tiba menjadi kikuk sendiri.

Namun, ketika Cia sudah berhasil meraih pegangan pintu gerbangnya, tangannya sedikit tertarik ke belakang. Membuatnya mengurungkan niat untuk membuka pintu gerbang rumahnya.

"kayaknya lo gak tau sesuatu besar tentang Aksa"

Nesya sengaja menggantung kalimatnya, membuat tubuh Cia seketika menegang dan penasaran.

"ap--apa maksud Nesya?"

"Berhenti buat deketin Aksa, dia udah punya cewek"

Sudah cukup jelas sekali ucapan yang dapat menampar hati Cia, jadi ini alasan Aksa yang tak pernah mau meresponnya? Bahkan tak mau berurusan dengannya. Ada hati yang perlu dijaga, seharusnya Cia sadar akan hal itu.

Aksa ganteng, dia multitalent, pintar lagi. Mana ada cewek yang tidak suka dengan Aksa? Dan kemungkinan Aksa tidak punya pacar ittu juga sangat kecil.

"Dan asal lo tau, pacar Aksa itu gue" ucapan penuh penekanan tersebut mampu membuat pertahanan Cia runtuh seketika.

Entahlah, Cia tak bisa mendefinisikan bagaimana kondisi hati dan perasaannya saat ini.

EUFORIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang