Bagian 41

8K 725 67
                                    

"Raffa sekarang sudah tenang ka, kakak istirahatlah biar vino yang jaga raffa" jelas vino

"Kenapa raffa mengigau seperti itu vino dan siapa itu ano?" Tanya brian bingung

"Raffa mengigau karena suhu tubuh raffa yang terlalu tinggi kak dan hal itu juga yang mempengaruhi kinerja bagian otak walau tubuh raffa sedang tidur. Igauan raffa berasal dari mimpi raffa sebagai bentuk pertahanan diri agar raffa lekas terbangun kak. Mengenai ano, mungkin ada sesuatu yang terjadi sebelumnya pada raffa atau pada ano itu sendiri yang membuat trauma tersendiri bagi raffa" jelas vino
Sambil mengambil alih tubuh raffa dari brian dan kemudian membawanya ke brankar dan kembali memangku raffa yang masih dipengaruhi oleh obat yang disuntikkan oleh vino. Vino menyandarkan dirinya dikepala brankar yang telah dia naikkan sebelumnya.

Brian yang masih terjaga di sofa mulai mengambil benda perseginya untuk menghubungi orang kepercayaannya.

To : x

Selidiki kehidupan raffa sebelumnya

Setelah mengirim pesan, brian membereskan berkas sebelumnya yang belum sempat tertata rapi karena mendahulukan raffa. Kemudian brian lanjut untuk beristirahat sejenak menunggu matahari tiba.

▪️▪️▪️▪️

Hari ini adalah tepat hari ketiga raffa di rawat di rumah sakit. Semenjak raffa mengalami demam tinggi, semenjak itu pula raffa selalu merengek meminta pulang ke rumah dengan melakukan aksi mogok makan. Mau tak mau, bram membolehkan raffa pulang dengan segala macam peraturan yang raffa harus taati. Hal itu juga bram harus berdebat panjang dengan keluarga yang lain termasuk opa. Dengan perdebatan panjang itu akhirnya raffa diizinkan pulang dengan berbagai syarat yang harus raffa lakukan. Jika tidak, maka saat itu juga raffa langsung dikembalikan ke rumah sakit. Raffa juga menyetujui syarat yang diajukan oleh bram.

"Gamau digendong" tolak raffa saat akan pulang ke mansion.

"Pilihannya ada dua digendong atau naik kursi roda. Jika tidak keduanya, maka raffa tidak boleh pulang" tegas bram

Raffa menghela napasnya pelan.

"Baiklah. Raffa pilih digendong dad" sahut raffa

Bram langsung menggendong raffa ala koala dan valeri membantu membawakan kantongan infus yang masih raffa gunakan.

Bram mulai berjalan pelan menuju mobilnya yang akan mengantarkan mereka ke mansion megah mereka sedangkan anggota keluarga yang lain sudah pergi ke masing-masing tujuan untuk urusan mereka setelah melakukan perdebatan panjang mengenai raffa.

"Daddy, bolehkan kita mampir ke toko buku buat beli komik." Pinta raffa

"Tidak. Kita akan langsung pulang. Biar nanti daddy minta kak raffi buat beli komik saat pulang sekolah" jawab bram

"Bagaimana kalau kita ke taman dad?" Coba raffa lagi

"Ngga, dad ngga akan izinkan. Sesuai apa yang baby setujui tadi. Baby harus menuruti apa kata daddy" jelas bram

Raffa diam tidak merespon ucapan bram. Raffa hanya menyandarkan kepalanya pada bahu bram dan tak sengaja melihat ke arah valeri disebelahnya dengan membawa infus yang raffa gunakan. Valeri yang bertatap mata dengan raffa membalasnya dengan tersenyum hangat dan mengelus bahu raffa agar raffa beristirahat.

"Tidurlah baby" ucap bram lembut

"Haruskah raffa tidur lagi setelah tadi bangun hanya untuk makan dan minum obat" batin raffa

Perlahan mata raffa mulai menutup, mungkin karena efek obat yang baru raffa telan beberapa waktu lalu.
Bram yang merasakan napas raffa yang telah teratur mengecup pelan kepala raffa dan membiarkannya tertidur.

▪️▪️▪️▪️

Raffa bersama bram dan valeri telah sampai di mansion megah mereka. Dengan hati-hati bram membawa raffa yang masih tertidur agar tidak membangunkannya. Setelah sampai di kamar tidur raffa, bram meletakkan raffa diatas ranjang, menyelimutinya sampai sebatas dada, mengecup pelan, kemudian pergi meninggalkan kamar raffa bersama istrinya yang telah menempatkan infus di sebelah ranjang raffa yang masih tertidur.

Tak berselang lama setelah bram keluar kamar. Raffa mulai membuka kedua matanya pelan. Kemudian raffa mendudukkan dirinya di tempat tidur, melihat sekitar ruangan dan terakhir menatap kondisi tubuhnya mulai dari kedua tangannya dan luka yang ada dibagian perutnya dengan tatapan kosong. Raffa menyibakkan selimut yang dikenankannya kemudian mulai melepas pelan infusnya dalam diam. Bahkan sedikit darah yang tercecer akibat infus yang dilepas secara paksa, raffa abaikan. Seolah raffa tidak merasakan apapun dan tidak memikirkan apapun.

Perlahan raffa turun dari ranjang menuju ke balkon. Melihat sepintas dengan tatapan kosongnya. kemudian raffa hanya terfokus pada satu titik ke arah depan. Ekspresi dimuka raffapun hanya datar tanpa memberikan ekspresi apapun. Raffa hanya berdiri diam entah sampai berapa lamanya.

"Affa?" Ucap raffi yang baru pulang sekolah dan langsung menuju kamar raffa.

Tadi awalnya raffi ingin menemani raffa tidur karena kata bram raffa masih tertidur di kamarnya. Tetapi saat raffi membuka pintu, ranjang raffa kosong tak ada siapapun.

Dengan segera raffi menggeledah kamar raffi mulai dari kamar mandi dan walk in closet tetapi raffa tetap tidak ada. Saat kembali dari walk in closet, raffi melihat ke arah balkon yang pintunya terbuka. Dengan segera raffi menuju balkon dan melihat raffa sedang diam berdiri membelakangi dirinya.

"Affa" ucap raffi lagi yang tidak mendapat respon dari raffa.

Raffipun mendekat ke arah raffi kemudian menepuk pelan bahu raffa dan memanggil namanya.

Puk

"Affa?" Ucap raffi

Raffa terlonjak kaget sambil mengelus dadanya pelan.

"Eh kak affi. Kenapa ngagetin raffa" lirih raffa yang masih kaget.

"Kakak dari tadi panggilin affa. Tapi affa ngga respon" jelas raffi

"Ng?? Begitu kah? Maaf kalo begitu. Hehe" sahut raffa

"Affa sedang apa disini? Dan kenapa infusnya dilepas?" Tanya raffi

"Em? Eh? ng?" Gumam raffa bingung sambil mencerna apa yang raffi katakan padanya.

"Sejak kapan infusnya lepas, raffa gatau" lirih raffa sambil berpikir dengan serius. Walau lirih tetapi masih dapat terdengar oleh raffi

"Kenapa raffa di balkon, bukankah tadi raffa masih tidur dalam gendongan daddy saat akan pulang dari rumah sakit" pikir raffa

"Yasudah jangan dipikirkan, affa sekarang masuk ke dalam yah. Komiknya sudah kakak taro diranjang. Kakak panggilin bang aran dulu" tukas raffi

"Assikk komiknya udah ada" sorak raffa yang langsung masuk ke dalam ingin lekas membuka komiknya.

Raffi yang masih berdiri di balkon menggeleng pelan melihat sikap raffa. Tetapi sebenarnya ada yang mengganjal di dalam pikiran raffi.

"Apa affa tidak sadar sudah melepas infusnya? Apa benar raffa tidak sadar denganku yang berada disebelah raffa. Walau sekilas, tetapi tadi terlihat jelas kalo raffa melihat ke arah depan dengan tatapan yang kosong. Tetapi setelah raffa merespon apa yang aku katakan, Mata itu berubah menjadi lebih hangat. Apa mungkin hanya perasaanku saja. Semoga hanya perasaanku saja" pikir raffi

▪️▪️▪️▪️

RAFFA (Overprotective Family)Where stories live. Discover now