Bagian 55

7.7K 735 70
                                    

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, raffa tetap berada dalam dekapan bram. Bram tidak ingin melepas raffa walau hanya sebentar. Walau bajunya masih banyak penuh darah dari raffa, bram tidak peduli. Yang dia inginkan hanya ingin selalu berada bersama si bungsu. Di dalam mobil ada bram, raffa, varo dan aran. Aran tetap disibukkan menangani penanganan pertama pada raffa.

"Dd..daadd" ucap raffa saat sudah merasa lebih tenang.

"Iya sayaangg, daddy disini hmm" lirih bram dengan sedikit serak menahan tangisnya

"Sa....uhuk... uhuk...sa..kiitt dad.. uhuk" ucap raffa dan sesekali mengeluarkan darah dalam mulutnya.

"Iya daddy tahu. Maaf daddy terlambat datang hmmm. Sekarang istirahat saja yah. Daddy tidak akan pergi kemanapun. Daddy akan tetap bersamamu, baby. Jadi daddy mohon bertahanlah sayang." lirih bram yang merasa dirinya tercabik saat raffa mengungkapkan rasa sakitnya. Kemudian bram mengecup kepala raffa cukup lama.

Semakin lama napas raffa semakin berat seolah oksigen telah menipis di dalam mobil dan membuat dada raffa turun naik begitu jelas dan matanya sedikit membesar.

"Bernapaslah dengan pelan sayang" lirih bram sambil mengusap darah yang keluar dari mulut raffa.

"Aa.....aff....fa..ti...ii...dur... du...lu...d.d..ad" ucap raffa dengan terbata dan napas putus-putus

"Jangan tidur dulu yah, daddy belum izinin raffa tidur" sahut bram yang tau bahwa raffa sudah berada pada ambang batasnya.

Aran yang sejak tadi memeriksa tubuh raffa telah mencoba berbagai cara agar raffa tetap tersadar dan melakukan penanganan secepat mungkin, tetapi dia terkendala dengan obat yang diperlukan raffa dan juga tidak adanya peralatan yang mendukung di mobil mereka.

"Haahh... haahhh ..." napas raffa tersenggal

"Aran cepat lakukan sesuatu, napas raffa makin memberat. Dan kau! jalankan mobilnya dengan lebih cepat atau kau tau akibatnya nanti" tukas varo lebih dingin kepada sang sopir.

Raffa mulai menutup matanya perlahan. Bram yang melihat itu langsung menepuk pipi raffa pelan agar tetap terbangun. Karena dia tidak akan tau, mata raffa akan terbuka lagi atau tidak jika raffa menutup mata sekarang.

"Raffa.. raffa"ucap bram dan tidak ada respon dari raffa

"Sayang, raffa bangun nak" lirih bram sambil menggoyang tubuh raffa pelan, namun tetap tidak ada balasan dari raffa.

"CEPAT!" titah bram kepada sang sopir.

Bram, varo, dan aran sudah kalang kabut di dalam mobil karena mereka tidak bisa berbuat apapun kecuali lebih mempercepat mobil agar cepat sampai di rumah sakit

▪️▪️▪️▪️

Di rumah sakit

Mobil yang ditumpangi vino dan thomas telah sampai di rumah sakit. Thomas segera membuka pintu mobil dengan cepat dan vino menggendong raffi keluar dari mobil.

Tim dokter telah bersiap siaga karena tadi opa telah memberitahukan ke pihak rumah sakit lebih tepatnya adalah perintah bahwa cucu kembarnya akan segera datang ke rumah sakit dan perlu penanganan yang cepat dan tepat sehingga mereka harus mempersiapkan tim dokter terbaik di rumah sakit tersebut dengan sesegera mungkin.

Dengan segera vino meletakkan raffi di atas brankar dan mereka membawa raffi keruangan IGD agar lebih cepat dilakukan pemeriksaan bersama tim yang lain.

Sekitar 10 menit kemudian mobil raffa sampai di halaman rumah sakit. Varo membukakan pintu dengan cepat dan bram segera keluar dari mobil dengan tergesa-gesa karena kondisi raffi sudah tidak sadarkan diri yang diikuti oleh aran. Mereka juga telah disambut oleh tim dokter terbaik. Bram segera meletakkan bungsu di brankar dan aran bersama timnya bergegas mendorong brankar diikuti oleh anggota keluarga yang lain.

RAFFA (Overprotective Family)Where stories live. Discover now