Bagian 9

2.3K 214 8
                                    

Prilly melempar ponselnya ke ranjang miliknya. Sudah 4jam ia menunggu Ali dan juga Alivia selesai, sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan? Prilly membuka tirai putih yang menjadi penghalang cahaya. Ternyata ada balkon yang disana terdapat meja kecil dan juga kursi berwarna putih.

Prilly perlahan-lahan mendorong jendela yang tipisnya membuat dirinya takut, Prilly menghirup udara dengan dalam.

"Udah kayak istri simpanan aja, apa-apa diumpetin, menyebalkan! Awas aja ya. Gue bakalan omelin tuh Dokter resek!" batin Prilly.

Prilly duduk dikursi putih itu, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Lalu ia menyentuh perutnya, memakan Bakso disiang hari sangatlah menggugah selera. Tanpa membuang waktunya, Prilly melempar sandal rumahannya dan mengambil ponselnya.

Lamaa!!!! Kapan selesainya?!!!! Ribet|
banget sih yang lagi pacaran!!! |

Tak ada balasan sama sekali. Prilly berjalan ke arah lubang kecil yang berada dipintu. Ia memicingkan matanya saat melihat Ali sedang menonton Televisi dengan si Alivia-Alivia.

Bahagia diatas penderitaan itu mah.

Matanya melebar melihat Alivia dan Ali beranjak dari duduknya. Alivia memeluk Ali didepannya, sama halnya dengan Ali yang membalas pelukannya. Benar-benar menyebalkan. Sepertinya Alivia akan pulang. Prilly mengangkat kedua tangannya dan bersorak pelan.

Saat dirasa Alivia sudah pergi, Prilly menggedor-gedor pintu dengan sangat kencang, tak peduli tangannya memerah akibat memukul pintu dengan sangat kencang.

"Berisik!"

"Bodo amat!"

Prilly menyelonong begitu saja mencari makanan yang bisa ia makan, tentu saja ia masih lapar, walau sudah makan sebelumnya.

"Buatkan saya kopi."

"Ya buat sendiri aja sih, Dok. Kenapa harus suruh-suruh aku?" timpal Prilly. Ali menatap tajam pada Prilly, lalu mengambil kunci kamar Prilly.

"Kamu mau saya kunci lagi?"

Prilly menggelengkan kepalanya, 4jam benar-benar sangat menyiksanya, bagaimana jika ditambah lagi? Bisa-bisa ia mati di dalam kamar.

"Ya sudah. Buatkan saya kopi."

Dari pada mendengar omelan dari Ali. Prilly berjalan dengan malasnya menuju dapur, padahal ia sangat menginginkan semangkok Bakso.

"BELIIN AKU BAKSO, YA?" teriak Prilly.

Tanpa berkata apapun, Ali keluar dari Apartmen dan meninggalkan Prilly sendirian. Prilly mengerutkan keningnya, memangnya Dokter itu tahu kesukaannya?

Tak mau memikirkan hal yang membuatnya pusing. Prilly segera membuatkan secangkir kopi yang sama sekali tak pernah ia buat, Prilly mengambil kopi dengan sendok beberapa kali dan menuangkan air panas secara perlana, lalu Prilly tanpa melihat nama yang tertera disana pun langsung memasukan sebanyak-banyaknya.

Setelah selesai------- Prilly membawa secangkir kopi itu tanpa mencicipinya. Tentu ia sangat tidak yakin dengan kopi yang ia buat, Prilly meletakannya di meja yang menghadap langsung pada Televisi.

"Lama!" decak Prilly.

Mendengar pintu terbuka, Prilly langsung berlari dan menyambar kantong hitam yang berisi bakso.

"Jangan berlari-lari, bahaya!" tegur Ali.

"Iya-iya, bawel!"

Prilly tersenyum sumringah melihat bakso yang terlihat sangat lezat, ternyata Dokter itu tau selera saat ia makan bakso. Prilly pun melangkah menuju dapur dan mengambil mangkuk untuk meletakan bakso ini.

MY DOCTOR [END]Where stories live. Discover now