Bagian 21

2.9K 258 6
                                    

Prilly melirik ke arah Ali yang menatapnya tajam dan bergerak ke arah luar mall seperti menyuruhnya untuk segera pergi dari hadapan Livia. Livia tersenyum lalu mengambil tangan Prilly. "Ka--mu hamil?" tanya Livia membuat Prilly terkejut mendengar pertanyaan Livia yang benar adanya.

"Gak usah dijawab, aku udah tau."

Apa Livia juga tau? Pacarnya adalah suaminya? Prilly menarik tangannya yang tergenggam oleh Livia. "Suami kamu kemana? Kamu udah nikah? Kok, Al gak pernah kasi tau aku kalo dia punya sepupu yang udah nikah. Kamu hamil di luar nikah?" tanya Livia beruntun. Prilly merutuki mulut Livia yang sangat licin dan membuatnya geram ingin menjambak rambut Livia.

Prilly tersenyum, "Aku udah nikah. Suami aku ada kok di apartemen," jawab Prilly sesekali melirik Ali yang sejak tadi menatapnya tajam.

Livia tersenyum lalu merangkul pundak Prilly. Sebenarnya ia tak yakin apa memang Prilly sepupu jauh pacarnya atau tidak. Namun, Livia berusaha percaya pada pacarnya.

"Ya udah, ikut kita yuk? Lagian bosen juga sama Al terus. Dia jarang ngomong hahahah .. tapi sweet orangnya," ajak Livia diakhiri dengan tawa renyahnya. Prilly mengangguk, lagian ia sangat ingin berjalan-jalan bersama Ali walau ada Livia di tengah-tengahnya.

Prilly berjalan di samping Livia serta Ali yang berada di samping Livia seberang sana. Prilly menatap ke arah Ali dan Ali menatapnya dengan tatapan yang sulit untuknya artikan. Livia terus-menerus berusaha membangkitkan suasana yang senyap akibat tak ada yang memulai sama sekali.

"Kapan-kapan kamu harus ajak suami kamu ya, Ta. Biar kita bisa double date bareng Al, mumpung akhir-akhir ini Al lagi gak sibuk sebelum aku kembali ke Korea," ujar Livia riang.

Prilly memalingkan wajahnya. "Suami gue ada di sini, mana mungkin gue harus potong tubuh Ali jadi dua," batin Prilly.

Di dalam hatinya yang paling dalam, Livia benar-benar tak menyukai keberadaan Prilly. Namun, demi menjaga image- nya di depan Ali, pacarnya. Livia merangkul tangan Ali di hadapan Prilly membuatnya langsung memalingkan wajahnya.

"Heh! Itu suami gue. Cuma pacar doang. Gue mah udah ciuman, tidur aja seranjang sambil pelukan," batin Prilly.

Ali melirik Prilly, entah pikirannya tiba-tiba terpenuhi oleh nama Prilly dan bagaimana dia menciumnya dengan penuh keberanian tanpa rasa takut sama sekali. Ali menggelengkan pikirannya, sebisa mungkin ia harus bersikap biasa di depan Livia.

"Kamu kenapa?" tanya Livia sambil menyentuh permukaan pipi Ali. Ali menggeleng sambil tersenyum.

"Kayaknya aku mau pulang deh, belum masak apa-apa di rumah. Bye!" Sebelum pertanyaan terlontar dari mulut Livia, Prilly buru-buru melangkahkan kakinya keluar dari kawasan mall. Ali memerhatikan punggung Prilly yang semakin menjauh dan memastikan Prilly bisa ke apartemen dengan selamat.

Tangannya mengetik sesuatu dan mengirimkannya pada Prilly tanpa sepengetahuan Livia yang masih memerhatikan sekitarnya.

"Sepupu kamu aneh deh, masa dia tiba-tiba kayak takut ketahuan gitu. Hmmm, ada udang di balik batu tuh," ujar Livia merasa aneh.  Ali mencubit pipi tirus Livia membuat Livia melotot ke arah Ali. "Sakit tau," rengek Livia.

Entahlah tiba-tiba saja pikirannya kembali pada pipi Prilly yang selalu enak dielus saat dia sedang tertidur. Ali menggeleng kembali, ia harus segera mengusir pikirannya tentang Prilly. Di hatinya hanya satu nama yang masih bertahan yaitu Livia, mungkin.

.

Prilly terduduk di bahu jalan sambil mengemut lolipop yang baru saja ia beli. Bibirnya membentuk sebuah lengkukan saat Ali mengiriminya sebuah chat.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang