Bagian 28

3.9K 431 81
                                    

Rintik hujan mengalun indah di pagi hari dan tak membuat seorang Prilly harus beranjak dari duduknya, tatapan sendu terus menatap pemandangan ibu kota Jakarta yang lebih indah dari biasanya.

Sejak hari itu, di mana ia kehilangan sosok penyemangat, semua terasa hilang begitu saja. Prilly membiarkan air matanya mengalir tanpa ia usap, rasa perih itu membuat jiwanya terasa hilang entah ke mana.

Mungkin untuk sebagian orang, hal ini begitu menyenangkan karena mereka sudah menghilangkan sosok yang membuat mereka hancur, padahal dia hanyalah seonggok darah yang terpaksa hadir karena sebuah kecelakaan.

Sekarang, ia harus bagaimana?

Rasanya melanjutkan semua itu terasa sangat sulit, bahkan sangat sulit.

Tiba-tiba jaket tebal menutupi bahunya yang terbuka jelas, Prilly menoleh dan bertemu pandang dengan Ali.

"Masuk!"

Suara tegas Ali tak membuat Prilly mau ikut bersamanya. Ali mendekatkan wajahnya pada Prilly lalu berkata, "Masuk, di sini dingin," ujarnya lagi.

Tanpa berkata apapun, Ali mengangkat tubuh Prilly yang terulai lesu. Prilly menyandarkan kepalanya pada dada bidang Ali, apa sekarang ia harus melepaskannya? Langkahnya terasa berat saat mengetahui Prilly terus-menerus menangis tanpa henti dan hanya diam membiarkan air mata itu tumpah.

Ali meletakkan tubuh Prilly di atas ranjang, Prilly benar-benar seperti tidak mempunyai gairah hidup.

CUP

Sebuah kecupan hangat di kening Prilly membuat pemilik kening itu menoleh pada Ali. Ali mengusap rambut Prilly lalu berjalan keluar dari kamarnya.

Sepeninggal Ali, Prilly meringkuk dan meremas jantungnya, apa ia harus merelakan untuk kedua kalinya? Isakan kecil mulai mengalun dramatis, apa ini adalah akhir dari sebuah cerita yang ia buat?

Tanpa Prilly ketahui, Ali melihat Prilly dari pintunya. Hatinya berdesir hebat saat melihat Prilly merasakan kesakitan yang teramat hebat di dalam hatinya.

Ali berjalan kembali ke arah Prilly dan berbaring di sampingnya. Ali memberanikan diri untuk memeluk pimggang Prilly dan membuat Prilly terhenyak.

"Ikhlaskan dia."

"Sulit."

Sulit memang. Namun, tak baik jika harus terus-menerus dirundung duka.

Hujan yang awalnya hanyalah rintik biasa, kini berubah menjadi hujan besar yang bergemuruh.

"Aku mau kamu ceraikan aku."

DEG

Ali tahu semua ini akan terjadi pada pernikahannya. Namun, kenapa harus tergesa-gesa? Ali hanya diam tanpa sebuah jawaban.

"Kamu tidur, saya ada email dari Rumah Sakit," kata Ali mengalihkan pembicaraan.

Setelah Ali pergi- Prilly kembali menangis dan meremas sprainya, kenapa dia harus mengalihkan pembicaraan? Seakan-akan menghindar.

.

Adzan shubuh berkumandang. Namun, Prilly sama sekali belum beranjak dari tidurnya. Lengkap dengan sarung serta peci di kepalanya, Ali berjalan ke arah kamarnya dan menghidupkan lampu.

"Bangun, waktunya sholat shubuh."

Pemilik mata hazel itu membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Prilly melihat Ali tengah duduk sambil melihat ke arahnya, apa yang harus ia lakukan sekarang?

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang