Part 20 : Other Planning

1.6K 364 82
                                    

"Itu masih sama seperti yang tercatat di file

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Itu masih sama seperti yang tercatat di file. Choi Beomgyu, Kang Taehyun, lalu ... Choi Yeonjun."

"Ini agak sulit tampaknya, Kook. Dia punya Jimin."

Tepat saat kalimat itu terdengar pada rungu Jimin, lelaki itu mengerem langkah, mematung dengan tangan yang membeku pada engsel pintu.

"Aku tidak peduli, rencanaku tidak akan berubah. Aku tidak sabar untuk roaller coaster selanjutnya."

Jimin yang sudah jengah mendengar lantas membuka kasar pintu, menatap lekat kedua oknum yang rupanya sedang asyik dengan obrolan gelap mereka sendiri. "Jangan mimpi, Kook. Tidak akan ada roaller coaster selanjutnya," tukas Jimin dingin, mati-matian mengontrol emosi.

Jungkook otomatis tegak dari kursinya, terkekeh mengejek. "Lantas? Apa rencanamu selanjutnya, Jimin Hyung?"

"Yang jelas bukan rencana sampahmu yang rendahan itu."

Taehyung bergidik mendengar tuturan Jimin soulmate-nya, dia sendiri jadi ikut tegang dan puas di saat bersamaan. Menyaksikan Jungkook dan Jimin terus saling berseteru sejak kejadian dua tahun lalu merupakan hal biasa di kalangan member Bangtan.

"Maksud Hyung ... aku akan mengalah untukmu lagi? Begitu?"

Jimin yang sudah kepalang emosi langsung maju mencengkeram kaus atas Jungkook tepat di dada, menghantam tubuh pemuda itu ke dinding agak keras. "Dengar, ya. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Yeonjun. Jadi jangan berharap banyak!"

"Oh, jadi sekarang Hyung sudah berani menunjukkan emosi Hyung yang sebenarnya. Membela anak itu dan terus memusuhiku?"

"Jimin, sudahlah," kata Taehyung lirih, merasa atmosfer di sini layaklah untuk segera dihentikan.

"Kau bahkan masih berpikir bahwa pelaku di balik cideramu pada konser tahun lalu adalah ulahku, kan? Kau membenciku dan menghindariku. Siapa yang lebih dulu memulai permusuhan ini, hah?" Jimin bertanya ketus. Mendapati Jungkook hanya balas menatap nyalang dan terus membungkam mulut membuatnya kepalang geram. "Aku tanya, siapa! Jeon Jungkook!"

"Jimin!" Suara rendah yang terkesan membentak milik Kim Namjoon sontak mendominasi ruangan. Pria itu tahu betul bahwa kedatangan Taehyung disusul Jimin menuju studio Jungkook bukanlah pemandangan baik. Setidaknya Namjoon sudah begitu memahami bagaimana Bangtan telah kehilangan gelak tawa dan canda hangat di antara tiga maknae kesayangan mereka sejak sekitar 3 tahun yang lalu. Ketika sistem itu datang dan seakan menekan semuanya. "Kukira tidak ada yang perlu diungkit lagi sekarang," sambung Namjoon, agak sakit hati melihat cara Jimin dan Jungkook saling menatap benci.

Jimin melepas cengkeramannya, membuang napas kasar dan mengalihkan fokus netra dari Jungkook. "Maaf. Aku yang salah," katanya lirih, kemudian melengos pergi dari sana.

***

"Aku tidak dengan sengaja meminumnya seperti itu." Beomgyu menunduk dalam, membohongi Soobin adalah beban hidup terberat bagi Beomgyu dan anak itu tak sanggup menahannya lebih lama. "Hyung salah. Aku sama sekali tidak sebodoh itu menelan pil obat dalam jumlah overdosis."

Soobin tercenung dibuatnya, aktivitasnya mengupas buah lantas terjeda, tak berani menoleh pemuda itu menunggu kelanjutan kalimat adiknya takut-takut. Sebentar dia lirik Kai yang sudah tidur pulas karena kelelahan. Mungkin ini saat yang pas apabila adiknya mau membuat sebuah pengakuan.

Lalu, kenapa, Gyu?

"Tapi, sebelum aku ceritakan yang sebenarnya, ada hal yang paling membuatku penasaran." Beomgyu membasahi bibir, melirik Soobin lalu menunduk lagi. "Sebenarnya, apa masalah BTS Sunbaenim memang ada kaitannya dengan kita? Maksudku, aku merasa akhir-akhir ini mereka semua terlalu mencampuri kita. Kukira awalnya untuk mengakrabkan hubungan? Menjalin relasi lebih dekat? Tapi makin jauh semuanya terasa berbeda, dan terasa salah."

Soobin akhirnya menoleh pada sang adik, memandang lesu. Beomgyu masih berbalut piyama pasien di sini, dan alasan mengapa Beomgyu berakhir begini adalah kelalaiannya. Kadang Soobin merasa geram sendiri memikirkan bagaimana adiknya menjadi orang pertama yang masuk perangkap senior mereka. Harapan bertubi, kagum dan rasa hormat terhadap BTS-apakah itu pantas untuk sirna setelah serangkaian kejadian yang mereka terima?

"Hyung?" Beomgyu memperhatikan wajah Soobin. "Aku bertanya. Kenapa Hyung malah melamun?"

"Ah, apa kau bilang? Kau bertanya apa?" Soobin tersentak, buru-buru mengumpulkan kesadaran penuh yang telah berserak entah kemana.

"BTS Sunbaenim ... memiliki masalah dengan kita? Khususnya dalam hal penempatan posisi?"

"Kita centernya, kita harus jadi yang utama."

"Aku hanya bingung, apa hubungannya itu dengan mereka mau siapa pun yang akan menjadi center dan yang paling menonjol di grup kita. Bukankah mereka punya grup mereka sendiri utnuk mereka urusi?"

Soobin memandang lamat Beomgyu untuk 3 detik, kemudian tergelak kekehan pelan. Mengusak rambut Beomgyu. "Apa ini? Apa sekarang adikku yang pemarah dan emosian ini sudah bertobat dan sadar kesalahannya?"

"Apa aku memang salah?" tanya Beomgyu, salah menangkap maksud dari ucapan kakaknya. "Apa cemburu dan marah dengan yang didapat Yeonjun Hyung, adalah sebuah kesalahan? Sekali pun aku tahu yang utama adalah tempatku?"

"Ehm, Gyu. Bukan begitu maksudku."

"Kalau begitu aku memang harus terus diam dan terima saja dengan partku yang-"

Cepat-cepat Soobin memeluk Beomgyu, mendekap kepala itu di dadanya, dan mengelus kepala itu berulang kali. "Maaf. Itu bukan kesalahan." Pernahkah seseorang berpikir tentang perasaan Beomgyu? Bahkan saat itu Soobin kakaknya sendiri? "Soal BTS Sunbaenim ... kita sama sekali tidak mengerti. Satu yang kupahami sekarang, kita tak boleh lengah dan lemah hanya karena kita junior mereka. Aku tidak akan biarkan mereka memanfaatkan tingkatan itu untuk mengendalikan grup kita lagi. Tidak akan!"

"Mereka melakukannya."

"Apa?" Soobin lantas melepas pelukan guna menatap mata Beomgyu yang sudah balas menatap serius.

"Siang itu saat aku sendirian di dorm. Taehyung Sunbae datang dan memaksaku melakukan itu. Meminum obat dalam dosis besar dan mencoba membunuhku. Aku masih ingat saat itu sedang duduk di sofa, dan aku sama sekali tak memiliki daya menolak apalagi menghindar."

Beomgyu adiknya dipaksa? Diancam? Ditakut-takuti dan dibodohi? Soobin sontak menggeram sendiri memikirkannya. "Dia ... memaksamu melakukannya?"

"Hm. Dia bilang tidak akan tinggal diam dengan member lain jika aku tidak melakukannya, aku takut makanya menurut. Dan sebenarnya aku tidak bisa menceritakan semuanya begini pada Hyung." Suara Beomgyu bergetar, sekuat mungkin dia berusaha agar tidak menangis. "Kalau dia tahu dia akan-"

"Tidak akan ada yang akan apapun denganmu, Gyu." Soobin menyentuh bahu Beomgyu, merendahkan suara. "Sudah kubilang, kan? Kalau aku akan menjaga semuanya?"

[✓] BE THE SUN | TXTOnde histórias criam vida. Descubra agora