12. Lilin Kedua

216 45 14
                                    

A/N : Ini akan menjadi update terakhir gue di tahun 2020.

Sampai ketemu tahun depan teman-teman.

Kalau kalian suka dengan work ini jangan lupa klik vote dan komen juga yaaa~.

Thank you~

Matahari sedang terik-teriknya bersinar saat Jonathan memarkirkan mobilnya di depan sebuah tempat pemancingan bernama 'Pemancingan YoYo'.

Setelah membayar biaya masuk, dua orang manusia dan satu orang hantu itu langsung mencari tempat untuk memulai perburuan ikan mereka.

Pemancingan YoYo sangat luas, dengan empat kolam besar, kebun, dan kantin yang sebenarnya lebih mirip dibilang warkop. Di pinggir kolam dibangun sebuah atap yang terbuat dari baja ringan, agar pemancing merasa nyaman dan tidak gosong terbakar terik matahari.

"Kita di sana aja, ya." Jonathan menunjuk tempat kosong yang berdekatan dengan pepohonan rindang.

Hani mengangguk dengan semangat, sedangkan Mawar memilih untuk melayang lebih dahulu ke tempat yang dituju.

"Di dalam kolam ada ikan apa aja, Joe?" Mawar bertanya sambil melihat ke permukaan kolam yang airnya tidak terlalu jernih itu.

"Kolam yang ini kayanya isi ikan mujaer, sama ikan mas. Kalau yang di sebrang sana ikan lele," jelas Jonathan sambil menyiapkan peralatan memancingnya.

"Yahhh, nggak ada ikan tuna? Padahal itu ikan favorit aku."

Jonathan melirik ke arah Mawar dengan wajah datar. "Lo di sekolah belajar IPA nggak sih?"

"Belajar."

"Terus, lo masih nanya di kolam ini ada ikan tuna atau enggak?"

Mawar menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Emang nggak ada, ya?"

"Ya enggak ada lah. Ikan tuna itu ikan air asin, sedangkan ini kolam buatan yang isinya ikan air tawar."

Bibnir Mawar langsung membentuk bulatan.

"Aku baru tahu kalau ikan tuna itu ikan air asin." Mawar tertawa kecil memamerkan deretan giginya yang rapi.

Jonahan menggeleng-gelengkan kepalanya, sama sekali tidak menyangka pengetahuan umum seperti ini saja Mawar tidak mengerti.

"Han, sini aku bantuin." Jonathan mengambil alih pancingan yang dipegang Hani.

Hani menolak pancingannya diambil dan menahan benda itu dengan kening berkerut heran. 

"Aku bantuin pasang umpan di kail kamu," jelas Jonathan sambil menunjuk sekotak cacing tanah yang ia beli di loket tadi.

Hani menggeleng cepat, dan dengan bahasa isyarat ia memberitahu Jonathan kalau ia bisa memasang umpan sendiri.

"Bener bisa sendiri?" tanya Jonathan memastikan.

Hani memberi tanda ok dengan tangannya, lalu dengan cekatanu dan tidak merasa jijik Hani mengambil cacing yang ada di kotak dan mengaitkannya ke kail.

"Hani itu perempuan berani, ya." Mawar tiba-tiba bersuara.

"Berani megang cacing?" tambah Jonathan.

"Bukan! Maksud aku berani secara general."

Kening Jonathan berkerut samar. "Secara general gimana maksud lo?"

"Yaaa, aku bisa lihat dari auranya kalau Hani itu perempuan berani, dan dia juga percaya diri."

Jonathan tersenyum kecil, sebelum mengangguk setuju.

Candle Light✔️Where stories live. Discover now