Step 9

893 151 21
                                    

"Pagi Hyunae!!" mendengar rekan bicaranya dipanggil, Xiaojun pun ikut menoleh sambil mengernyit. "Ah... pagi Jisung," balas Hyunae sedikit canggung. "Sejak kapan lo deket sama dia?" bisik Xiaojun, Hyunae menggeleng kecil dengan cepat, "Cuman sarapan bareng kemarin," balasnya.

"Eumm, hari ini gue bawa sarapan lagi, mau?" tawar Jisung sambil mengangkat tempat bekalnya ke hadapan Hyunae. Hyunae tersenyum canggung, "Tadi pa-"

"Wah! Makasih loh! Tau aja gue belom sarapan!" tempat bekal Jisung dalam sekejab sudah beralih ke tangan Hyunjae. Sang pelaku melempar senyuman yang entah bertanda apa, "Gak ke kelas? Udah mau masuk kan?" tanya Hyunjae pada Hyunae sembari mengecek arlojinya.

"Mau gue anter?" Hyunae segera menggeleng. "Oke. Gue anter," Hyunjae menarik tangan Hyunae tanpa permisi, menghiraukan panggilan dari Xiaojun yang terdengar sangat marah dengan perilaku Hyunjae yang seenaknya.

Hyunae menyentak tangan Hyunjae saat mereka sampai di depan kelasnya, "Gue tuh harus gimana sih biar lo ngerti? Gue udah bilang sama lo kalau sikap lo tuh bikin ora-"

"Iya. Gue egois kan? Tapi asal lo tau, gue gak bisa bersikap egois selain ke lo. Tau artinya apa?"

"Apa?"

"Gak ada." Hyunae berdecak sebal, memutar tubuhnya hendak masuk ke dalam kelas. "Nanti gue anter pulang. Maaf gak bisa jemput tadi pagi, ada urusan." Hyunae menoleh dengan tatapan jengkelnya, "Gak usah! Abang gue bakal jemput!"

Satu sudut bibir Hyunjae terangkat, "Abang lo hari ini bakal ketemuan sama temen kuliahnya, gimana bisa jemput lo?" tubuh Hyunae membatu, perlahan ia kembali menoleh dan membuat kontak mata dengan Hyunjae. "Dari mana lo tau? Abang gue gak mungkin cerita ke lo." Hyunjae melangkah maju memperkecil jarak antar keduanya.

"Gue udah pernah bilang, gue tau semua tentang lo," bisiknya.
~~~
Xiaojun selangkah lebih maju menghalangi jalan Hyunae, "Kalo gitu perlu gue yang anter pulang?" Hyunae meringis sambil menggeleng.

Kembali berjalan di sebelah Hyunae, Xiaojun membukakan sekaleng minuman untuk Hyunae. "Lo sebetah itu jadi supir pribadi gue dari SMA sampe sekarang? Gak dibayar lagi, padahal kalo diitung-itung kayaknya lo bisa jadi orang kaya kalo gue bayar perhari."

"Gue bukan supir lo tuh."

"Terus apa namanya kalau bukan supir?"

"Eeuumm.... orang yang selalu ada?" Keduanya tersenyum bersamaan. "Kenapa masih mau sama gue?" Xiaojun berdeham sembari menoleh sekilas. "Lo tau kan akhirnya bakal gimana?" tambah Hyunae.

Xiaojun menggeleng, "Gue gak tau, gak akan ada yang pernah tau. Kecuali Tuhan." Menelan seteguk minuman, Hyunae membalas, "Kalau emang nanti akhir cerita lo bahagia, harusnya udah dari dulu begitu."

"Konsepnya gak begitu. Cerita lo belum selesai yang artinya cerita gue juga belum selesai. Gue bakal buat cerita baru di saat cerita lo udah selesai, karena bisa jadi kalau gue selesain cerita gue duluan bisa jadi sebenernya cerita gue sama cerita lo bisa digabung terus jadi punya akhir yang jauh dari kata bahagia."

"Walaupun lo bakal sakit hati? Atau mungkin lo bakal nyesel suatu hari nanti karena udah buang-buang waktu."

Xiaojun menggeleng, jari telunjukan bergerak ke kanan dan ke kiri. "Jangan pernah menyesali hidup lo, dalam perjalanan hidup itu lo pernah bahagia loh. Syukurin aja, itu namanya pengalaman dan kenangan."

"Kalau gue udah meninggal, itu gak bakal jadi pengalaman ataupun kenangan."

"Tenang. Tuhan merekam semua perjalanan hidup lo, lo bisa minta sama Tuhan, barangkali nanti lo kangen sama kehidupan lo saat ini."
~~~
Baru satu bahkan setengah langkah kaki Hyunae menginjak lantai luar kelas, tangannya sudah tertarik oleh Hyunjae yang segera membawanya keluar dari gedung.

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanWhere stories live. Discover now