Step 6

1.1K 176 6
                                    

"Jadi, bisa dijelaskan kenapa Jisung bisa masuk rumah kita?"

"Teras, dia belum masuk ke dalam rumah."

"Tetap saja dia berada di lingkungan rumah kita! Kenapa ceroboh sekali membawa musuh ke dalam kandang!?"

Hyunjae membuang napas kasar, mengepal kedua tangannya di belakang. "Lagi pula security di depan tidak ada, bukankah harusnya dia yang dimarahi?" sela Mingyu di temgah obrolan antara Leeteuk dan Hyunjae.

"Mingyu, sudah papa bilang kamu tidak perlu ikut campur, ini urusan papa dan Hyunjae. Kembali ke kamarmu."

"Akan ku panggilkan security nya."

"Park Mingyu!" sang empunya nama tersentak, membalikan tubuhnya dan berkata, "Anda tidak bisa terus menyalahkan Hyunjae setiap ada masalah yang muncul."

"Tapi memang dia yang ceroboh sampai Jisung bisa masuk ke dalam!"

"Bebannya sudah terlalu banyak! Bahkan hanya masalah Jisung yang masuk halaman rumah kita pun harus dipermasalahkan!? Lagipula jika ada security di depan, dia tidak akan bisa masuk kan!?"

"Tapi kalau Hyunjae mengunci pagar, dia tidak akan mungkin bisa masuk!"

"Mengunci pagar adalah tugas se—!"

"Apa hukumannya?" tanya Hyunjae, menyela Mingyu. Leeteuk menaikan sudut bibirnya, "Ku rasa pelatihan sudah cukup, kau bahkan bisa mengalahkan Jisung. Jadi, akan ku berikan sesuatu yang lebih menarik."

Hyunjae menganggukan kepalanya, ia sudah tau apa yang harus ia hadapi, tidak jauh beda dengan pelatihan, tapi jelas jauh lebih menyakitkan.

"Pa!? Hyunjae sudah menjalani banyak pelatihan untuk tugasnya kali ini, apa masih perlu dapat yang satu ini juga!?"

"Dia seharusnya tak perlu mendapatkan yang ini, tapi dia membuat kesalahan. Pak Choi, siapkan ruangan." Pria ber-jas rapih itu membungkuk dan mulai meninggalkan ruangan.

"Ikuti dia," titah Leeteuk pada Hyunjae. Ia pun membungkuk, menatap Mingyu sekilas seperti biasanya, layaknya tak ada arti di balik tatapannya.

"Kamu. Kembali ke kamarmu, besok kau harus kembali bekerja."
————
Hyunjae menghentikan motornya tepat di depan rumah Hyunae. Melepas helm dan meletakannya di atas motor.

Ia mulai menaiki tangga untuk bisa berada di teras rumah Hyunae. Tapi jujur, menurut Hyunjae rumah ini terlalu besar untuk ditinggali seorang diri.

Duduk sembari menunggu kemunculan Hyunae, Hyunjae hanya menatap layar handphone-nya, menyumpal kedua telinganya dengan aliran lagu.

Tak lama pintu rumah Hyunae terbuka. Hyunjae pun sontak berdiri bersamaan dengan tangannya yang melepas earphone.

"Ada tugas yang ketinggalan lagi?" Hyunae menggeleng, "Gue tau lo bakal dateng pagi, jadi gue bangun pagi."

"Mau kabur?" Hyunae menggelengkan kepalanya sekali lagi, "Gak mau lo nunggu," jawabnya.

Hyunae berlari kecil menuruni tangga mendahului Hyunjae. "Lo mau gue yang nyetir motor? Gue gak punya SIM loh." Hyunjae sontak menggelengkan kepalanya, berjalan lebih cepat menyusul Hyunae yang sudah menunggu.

Hyunjae mulai menjalankan motornya saat Hyunae memberi isyarat bahwa ia sudah dalam posisi baik untuk berangkat.

Sepanjang perjalanan keadaan hening seperti biasa, lagipula akan susah untuk mengobrol jika keduanya menggunakan helm, yang ada obrolannya terbawa angin atau membekab di dalam helm.

Keheningan mulai pecah ketika lampu merah menyala yang membuat Hyunjae otomatis menghentikan laju motornya.

Hyunae membuka kaca helm-nya, menepuk pelan pundak Hyunjae dua kali. Hyunjae pun menoleh sambil sedikit memainkan gerak kepalanya, bermaksud menyuruh Hyunae mengatakan apa yang ingin ia katakan.

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanWhere stories live. Discover now