ungkapan perasaan

229 27 0
                                    

Ari termenung dengan kejadian yang dia lihat tadi di rooftop apartement.
Dia duduk di ruang tamu dengan wajah datar.
'Ternyata, cewek itu adalah dia?' batinnya.

"Akhhh.. Pabbo.. Pabbo kamu Aritha. Kenapa gue terlalu percaya diri sih. Siall." Teriaknya kesal.

Seseorang berlari dari kamar, celana pendek tanpa memakai baju dan rambut yang masih ada busa sampo. Sungguh, apa yang dipikirkannya saat ini melihat tingkah orang tersebut.

"Ariii, lu kenapa? Ada yang sakit? Mana mana yang sakit? Kepalanya atau hatinya?" Tanyanya khawatir, dia melihat keseluruhan badan Ari yang kiranya terluka.

"Gue kagak papa, udah sono lanjutin mandinya. Ya ampun Bayu, rambut kamu masih ada samponya. Segitu khawatirnya lu sama gue?" Ari berdecak keheranan.

"Ya kan gue khawatir Ari, lu kan tau kalau gue sayang sama lu. Udah ah, gue mau lanjut mandi dulu." Ujarnya lalu pergi ke kamar mandi membersihkan sisa sabun yang masih menempel.

"Tuhan, kenapa kau ciptakan manusia menyeblkan seperti bayu?" Keluhnya pada Tuhan.

"Dia emang gitu kan dek?" Tanya Sapta yang sudah keluar dari kamar.

"Baru keluar kak?" Sindir Ari pada kakaknya itu.

"Biasa lah dek, kayak gak pernah aja." Jawabnya santai.

"Emang aku gak pernah kok. Kakak aja yang keseringan. Nikah buruan kak." Ujarnya.

"Tunggu aja, kalau udah jadi baru nikah." Ucapnya dan kini Sapta sudah berada di dapur untuk memasak.

"Apanya udah jadi?" Tanya ari bingung.

"Jadi nikah lah." Ucapnya ngegas.

"Kagak usah ngegas dong kak, santai aja." Ucap Ari ngegas.

"Kamu juga sama Ari." Kesalnya.

"Kan kakak yang ngajarin. Gimana sih?" Jawabnya kesal.

"Ya udah aku nyerah." Susah kalau sudah menghadapi Ari dalam mode cerewet seperti sekarang. Akhirnya Sapta menyerah demi kesejahteraannya sendiri.

"Ada apa ribut ribut? Mau demo?" Tanya bayu yang sudah selesai mandi dan sekarang duduk di samping Ari.

"Kagak, mau perang." Jawabnya kesal.

"Oh, ya udah gue ikut. Kapan?" Tanya bayu antusias.

"Lu toh goblok atau bangsat sih?" Kesal ari pada bayu.

"Dua-duanya sih." Jawabnya santai.

"Tau ah bangsat." Kesalnya.

Bayu menyenderkan kepalanya pada bahu Ari. Mencari tempat nyaman yang membuat dirinya tertidur di sebelah Ari.

"Gue sayang lu Aritha candra dewi." Gumamnya.

"Gue juga." Jawabnya tak sadar.

Bayu bangun dan menatap Ari lekat. Wajah penih kegembiraan muncul seketika. Ari melihatnya dan dia merasa lucu dengan ekspresi bayu saat ini.

"Beneran?"

"Apa?"

"Lu sayang gue kan?"

"Kagak."

"Tadi lu jawab 'gue juga', gimana sih."

"Gue juga gak sayang sama lu."

Jlepp..
Sakit rasanya saat Ari menolaknya terus menerus seperti ini.

"Tega banget sih lu."

"Emang tega kan? Gue kan gak sayang sama lu, tapi gue cinta sama lu." Jawabnya.

"HUAAAA BAANG, GUE KEJEDOT CINTANYA ARIII." Teriak Bayu sambil jingkrak jingkrak.

"Woyy, gue bukan Abang lu." Jawab Sapta dari dapur.

"Yee kan gue seneng bang. Gimana sih." Kesalnya.

Ari? Jangan di tanya. Dia malu dan langsung pergi ke kamarnya dan menguncinya tanpa mereka sadari.

Ari tadi sudah bertekad bahwa dia akan membuka hatinya untuk Bayu walau baru merasakan cinta.

"Segitu senangnya ya Bayu waktu gue bilang cinta sama dia." Dercaknya keheranan.

Tok tok tok..

"Ri, buka dong. Kok lu kunci sih. Entar gue tidur dimana?" Tanya bayu.

"Tidur di luar sana." Teriak Ari.

"Ri, barusan kan kita udah jadian. Ayolah. "

"Kapan jadiannya? Jangan ngadi ngadi kamu mas." Ujarnya tak terima.

"NIKAH YUK RI. GUE KEBELET NIKAH NIH." teriak bayu kegirangan hanya karena mendengar ari menyebutnya 'mas'.

"Enggak mauu." Tolaknya.






Next...

Polisi Barbar, I Love You✔✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt