Awas Nyonya

1.4K 119 0
                                    


.
.
.
Bibir Liora tersenyum saat mengingat kejadian di kolam renang. Ia sendiri tidak menduga akan senekat itu dan seliar itu di depan suaminya, tetapi Liora tidak ambil pusing karena tidak ada yang perlu ia malukan di depan suaminya.

Jarinya menyentuh bibirnya yang masih mengembang. Ia kemudian menepuk pipinya agar sadar dan tidak terbawa suasana. Ck, jika saja si Tua Bangka Robert melihatnya, pasti pria culas itu menertawakan atau bahkan mengejeknya.

“Nyonya, pagi ini Anda mau saya antar ke kantor?” tanya Axelio yang sudah lengkap dengan jas hitam dan dasi yang melingkar di kerahnya.

“Ya.” Liora mengambil tissu dan melap bibirnya hati-hati. Ia langsung mengambil tas dan berjalan ke depan mendahului Axelio.

***
Kota New York dan hiruk-pikuknya membuat Liora memandang ke luar jendela. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatu bila terjadi hal tidak diinginkan di Hotel Lavender Smith. Meski bersifat pribadi, tetapi di sana akan ada beberapa awak media datang untuk meliput berita model viktoria dari Walls Crop.

“Wah, bukankah itu Miss. Waston? Dia sangat cantik dan anggun seperti biasa. Namun, kali ini, aku melihat dia terkesan lebih dingin dari biasanya,” ujar salah satu fotografer yang melihat Liora. Langsung flash kamera  menyambut Liora.

Gadis itu menoleh dan memberi tatapan menyiratkan jika kedatangannya tidak mau diganggu dengan lensa yang terus terarah ke arahnya. Hanya dengan tatapan dar Liora membuat mereka menurunkan kamera yang menghalangi netra mereka. Hanya bisa membidik dalam ingatan karena sepertinya CEO dari Smith Crop memang ingin tenang.

Ia duduk memperhatikan pemotretan setiap model yang sedang mengambil pose begitu sensual dan menggoda. Gaun-gaun yang mereka kenakan memang gaun terbaik. Saat asyik memperhatikan mereka, tibalah Stella keluar.

Dia mengenakan gaun hitam dengan kerah V yang memperlihatkan sebagian dadanya. Hak tinggi mencolok warna merah senada dengan gaunnya. Ternyata bukan hanya kerahnya berbentuk V, tetapi punggungnya juga yang memperlihatkan hampir keseluruhan belakang Stella.

“Selamat pagi, Miss. Maaf baru menyambut Anfa karena saya sibuk di belakang bersama Mr. Charles dan Juga Mr. Zone,” ucap Peter dan setelah itu muncul dua sosok pria tampan. Yang satu berkulit putih bersih dan satunya sawo matang.

“Silakan duduk, Mr. Sadam dan Mr. Willi.” Peter menunjuk kursi kosong yang berada di masing-masing samping Liora. Akan tetapi, Liora sama sekali tidak berpengaruh.

Berbeda dengan Axelio, ia sudah mempersiapkan diri untuk memutar kepala Willi dan Sadam bila bermacam-macam dengan istri Bosnya. Ia sudah berjanji tidak akan membiarkan Liora terluka dan Axelio bukan pria yang mudah ingkar.

“Axelio, kau duduklah,” ucap Liora membuat Sadam menatap tajam ke arahnya. Axelio dengan sigap menuruti perintah Liora. Ia duduk tepat di samping Peter.

“Kita masing-masing punya benteng. Jika, kau berani menggerakkan bentengmu sedikit saja, kepalamu pun akan pecah,” batin Liora.

“Ekhm, apakah saya perlu mengenalkan Anda dengan Mr. Charles, Miss?” tanya Peter.

Liora menggeleng. Ia mengambil cangkir yang di depannya berisi teh hangat. Saat mencoba untuk meminumnya, Axelio menahannya. Perbuatan Axelio yang berani menyentuh Liora membuat Peter, Willi dan Sadam.

Tanpa Liora sadari bersama Axelio, seseorang sudah mengabadikan gambar mereka. Namun, maksud Axelio baik, ia hanya mau memastikan jika cangkir teh milik Liora tidak beracun.

Liora yang mengerti menyerahkan tehnya kepada Axelio. Pria itu mengeluarkan sesuatu di sakunya. Bentuknya pendek, cyanide test kit.

“Miss, apa Anda mengira di dalam teh ada toksin?” tanya Peter. Ia menatap Axelio yang begitu teliti dan ia merasa susah bergerak jika saja hal sekecil itu diperhatikan orang Mr. Waston.

“Tidak, tetapi itulah tugas Axelio. Dia memang terbiasa untuk memeriksa makanan yang akan masuk ke dalam tubuhku,” ucap Liora tenang.

“Aman, Nyonya,” ujar Axelio menyerahkan kembali cangkir milik Liora.

“Oh, ya, Miss. Waston, kau dan ....” Willi menatap rendah Axelio. “Orang suamimu ini sangat terlihat akrab. Apa kau pernah tidur dengannya?” tanya Willi membuat rahang Axelio mengeras. Ia sama sekali tidak merasa rendah walau direndahkan, tetapi ia tidak mau istri Bosnya sampai direndahkan.

“Hem, sayang sekali suamiku sangat ringan tangan dalam membunuh. Andai saja tidak, aku dengan senang hati tidur dengan Axelio.” Liora tersenyum miring melihat kesinisan Willi kepadanya. Bahkan ia tidak peduli tatapan menjijikan dari Sadam untuknya.

“You bicth!” sinis Sadam.

“Yes, I’m bicth!”

Peter menengahi mereka saat melihat tangan Axelio sedang merogoh balik jasnya. Ia sudah tahu di balik jas pria itu pasti ada senjata api dan da tidak mau mati konyol. Setidaknya untuk membunuh, ia tidak perlu ikut mati.

“Miss, bisakah Anda untuk memilihkan gaun mana cocok yang dikenakan mereka?”
Liora langsung berdiri. Ia menelusuri gaun cantik yang menggantung di sana. Saat ia menunjuk gaun itu kepada staff tiba-tiba.

“Awas!”

Brakkkk!

“Nyonya!”

***
Bersambung ....

Nyonya Bos Mafia (KTH)-TAMATNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ