2. Menyeretnya Dalam Masalah

1.9K 167 1
                                    

Ia memoleskan lipstik merah menyala di bibirnya serta memakai gaun merah dengan punggung terbuka, tidak lupa hig hels merah senada dengan gaunnya membungkus kakinya. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Hari ini merupakan perayaan perusahaan William Charles. Mantannya!

Ia memasuki aula pesta dan seketika menjadi pusat perhatian di acar tersebut. Ini acara bergengsi dan berkelas atas. Semua yang hadir merupakan orang-orang punya sosial tinggi. Belum lagi jas dan gaun yang melekat pada tubuh mereka menghabiskan jutaan dolar Amerika.

"Seperti dugaanku, Willi. Mantanmu itu akan datang sendiri ke pestamu. Sepertinya dia memang tidak bisa melupakanmu," bisik Joanna kepada kekasihnya. Sementara yang dibicarakan sibuk mencari tempat duduk dan mengabaikan tatapan lapar pria lain.

"Jika saja kolegaku tidak banyak hadir di sini, sungguh malas mengikuti acara Bajingan itu!" umpat Liora pelan. Ia memasang wajah datar dan tatapan dinginnya saat Willi dan Joanna mendekat. Ia menatap sinis ke arah Joanna, wanita yang dianggapnya sahabat telah bermain api dengan mantan kekasihnya itu Willi.

Percintaan panas antara Willi dan Joanna masih terekam jelas di kepala Liora, bahkan ia masih ingat bagaimana kedua orang tuanya membela Joanna. Mengingat semua itu membuat ia semakin muak. Luka lama tidak seharusnya ia ingat.

"Selamat malam, Liora. Aku senang kau mau hadir di pesta perayaan perusahaan kekasihku." Liora menyeringai. Gadis itu bicara dengan sangat keras membuat semua tamu menatap ke arah mereka.

"Tentu saja aku akan datang karena Smith Crop punya banyak kolega bisnis." Meski hatinya sangat kesal, tetapi ia tetap bersikap tenang. Melihat Liora tidak terpancing, Joanna kesal.

"Kau datang untuk kolega bisnismu atau karena kau belum melupakan mantanmu?" tanya Joanna mengundang wartawan ke arah mereka. Mata Liora menatap tajam Joanna. Apalagi sekarang ia dibanjiri pertanyaan.

Bahkan orang tuanya yang hadir di sana menatapnya dengan tatapan datar. Tubuh Liora terdorong karena semakin di desak. Ia semakin dibanjiri pertanyaan hingga kepalanya mendidih dengan kelancangan Joanna.
"Apa benar Anda datang karena masih mencintai Mr. Willi?"

"Ya, dia masih mencintainya dan berniat merebutnya dariku!"

"Wah, ternyata Miss. Smith sangat terobsesi dengan mantannya." Berbagai bisikan lain muai terdengar. Sementara itu Robert yang duduk bersama Mr. Waston sedang duduk menonton pertunjukan menarik di depannya.

Mungkin banyak yang mengira Robert gila membiarkan cucunya sendiri dipojokkan dan dipermalukan. Akan tetapi, pria tua culas sepertinya punya pandangan sendiri kepada cucunya. Ia hanya menunggu bom meledak.

"Kau-" Plak! Liora menampar Joanna membuat tamu memekik melihat kekejaman Liora. Mereka tahu gadis itu memang dingin, tetapi ia tidak tahu jika Liora bisa berbuat kejam. Liora menjadikan hari ini sebagai hari pelampiasannya karena kekacauan perusahaannya dan melampiaskan rasa malu yang didapatkannya di depan suaminya semalam.

Joanna murka. "Beraninya jalang sepertimu menamparku! Kau bisa buktikan jika kau sudah melupakan Willi, hah? Mana buktinya?"

Liora mengepalkan tangan saat orang-orang dari perusahaan Willi dan Joanna menatapnya dengan mengejek. Andai mereka tahu di dalam ruangan itu orang Liora lumayan banyak. Namun, selama tidak ada gerakan dari Liora, mereka pun tidak akan gegabah melangkah.

"Lihat! Kamu tidak bisa membuktikannya!"

Liora tidak mau harga dirinya jatuh. Ia akan membalas perbuatan Joanna. Namun, saat ini publik telah merekamnya dan banyak orang menatap ke arahnya menunggunya membuktikan. Namun, ia semakin terpojok sampai matanya tertuju pada pria yang sedang menikmati winenya.

"Dasar pria itu bisa-bisanya bersama Pak Tua itu menikmati wine dan melihatku begini," umpat Liora dalam hati. Ia segera berjalan membuat wartawan membuka jalan untuknya. Ia mendekati meja pria yang sedang menjadi sorotan.

Suasana menjadi tegang karena tidak menyadari dipojok kehadiran tamu yang sangat penting. Bahkan Willi sampai pucat melihat ada tamu berharga di pestanya. Kedua orang tua Willi dan rekan bisnisnya sudah didera cemas luar biasa.
"Kau tanya buktinya? Aku ke sini bukan karena kekasihmu, tetapi karena di sini ada 'suamiku'," tegas Liora. Ia langsung menarik tangan suaminya. Liora mendongak menatap netra tajam sang suami. Wajah Taehyung yang sedang diterangi lampu disko membuat Liora meneguk ludahnya sendiri.

Liora memegang saat tangan suaminya melingkar di pinggangnya. Tubuhnya semakin rapat dengan suaminya. Bahkan ia merasa merinding dengan sentuhan kulit tangan suaminya di punggungnya yang terekspos. Napas Tae menggeletik permukaan wajahnya.

"Kau yang melibatkanku dalam masalahmu, maka kau harus ingat perjanjian kita jika salah satu darinya melanggar." Liora memucat. Ia tidak akan pernah melupakan perjanjian bodoh itu!

Namun, sekarang ia telah menyeret suami mafianya ke dalam masalahnya. Hugh, masalah percintaan bodoh yang membuat ia ingin menampar seribu kali Joanna. Gara-gara gadis itu membuat ia harus memenuhi perjanjian mereka.

"Benarkah Miss. Smith istri Anda Mr. Waston?" tanya salah satu wartawan.

"Panggil dia Miss. Waston karena dia istriku."

"Kau tidak bisa mengganti margaku," desis Liora dalam dekapan sang suami.

Wartawan mengambil gambar mereka. Apalagi saat Liora menatap suaminya dan mereka berbisik. Jika dilihat mereka disangka sedang bermesraan padahal gadis itu akan menghadapi masalah besar.

"Persiapkan dirimu malam ini."

Liora tahu ia sangat ceroboh!

***

Napas Liora memburu. Ia tidak menyangka akan menghadapi suaminya sendiri. Ia punya ego yang tinggi tentang harga dirinya dan demi menyelamatkan harga dirinya ia harus menuruti isi perjanjian yang ia mulai sendiri.

"Nyonya, Anda dipanggil Tuan ke kamarnya." Liora tersentak.

Ia meremas gaun tidurnya yang sangat tipis. Ia hanya mengangguk dan duduk kembali. Berusaha menetralkan degup jantungnya. Ia terngiang dengan ucapannya.

"Aku akan mengajukan semua persyaratanku padanya hitam di atas putih. Perjanjian ini harus dia setuju, dan ingat siapapun yang melibatkan di antara kami masalahnya, maka dia harus siap menuruti keinginan pihak satu atau pihak dua. Apapun dan tidak terbatas!"

Ia merasa tidak berpengaruh karena ia dan suaminya tidak pernah bertemu, tetapi sekarang karena sikapnya, ia malah melibatkan diri terlalu jauh serta termakan dengan isi perjanjiannya. Liora mendengkus ketika maid kembali memanggilnya.

Ia keluar dan menemui suaminya. Ia merasa asing di kamar suaminya karena mereka tidak pernah tidur satu kamar. Matanya dengan jeli menatap dekor kamar pria mafia itu. Hitam memang identik, tetapi ia tidak mengerti kenapa ruangan ini begitu terasa hampa.

"Apa karena semua serba hitam?" gumamnya.

Liora meneguk ludah melihat suaminya sedang duduk di kasur hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. Ia jelas melihat otot pria itu. Namun, Liora bersikap tenang. Ia menatap angkuh suaminya.

"Apa kamu kekurangan baju sehingga tidak memakai baju? Kau harusnya meminta Axelio membelikan beberapa set pakaian untukmu," ucap Liora.

"Aku tidak memerlukan baju saat ini." Liora mengangkat alisnya.

"Kenapa?"

"Karena kamu pun tidak harus memakai baju."

Napas Liora tercekat.

***
Bersambung ....
Miss. Smith
Mr. Waston

Nyonya Bos Mafia (KTH)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang