1. Prolog

4.7K 305 33
                                    

Jeon Wonwoo.

Dia adalah dokter muda dengan segudang pengalaman dan prestasi di usianya tersebut. Semua orang mengagung-agungkan dia di dunia ini. Kesuksesan, ketampanan, tubuh yang tegap nan ideal, hingga keluarga yang harmonis, sukses membuatnya dinobatkan sebagai manusia yang nyaris sempurna di dunia ini.

Kenapa nyaris? Sebab statusnya yang belum memiliki calon istri hingga detik ini juga. Yah, sama seperti manusia seusianya. Wonwoo juga sudah kebal telinga jika ditanyakan 'kapan kawin?' sama orang-orang sekitarnya. Sejujurnya, orang-orang juga heran mengapa Wonwoo belum mendapat pasangan hidup sampai saat ini.

Secara, apa yang kurang darinya?

"Lo bukan gay kan Won?"

Sorot mata pria itu seketika berhenti pada satu titik, dan sekujur tubuhnya seolah mematung ditempat begitu mendengar pertanyaan Mingyu, rekan sesama dokternya yang kini tengah menghabiskan waktu makan siang mereka di café dekat rumah sakit tempat keduanya bekerja. Nama café tersebut adalah, Köstlich café.

Kostlich café adalah tempat makan siang favorit keduanya sejak hari pertama mereka bertugas dirumah sakit. Dan untuk saat ini, Wonwoo nampak menoleh kepada Mingyu dengan senyuman miringnya, seolah raut wajahnya itu berkata apakah-gua-terlihat-seperti-seorang-gay-dimata-lo?

Mingyu terkekeh dan kembali angkat bicara, "Habisnya lo itu aneh! Won, lo itu sudah mapan untuk berkeluarga, badan lo juga sehat bugar, wajah lo juga ganteng, dan banyak cewek yang mau sama lo. Terus, kenapa lo gak melirik mereka satupun!?" Tanya pria yang tak kalah tampan itu kepada Wonwoo.

Ngomong-ngomong, apa yang dikatakan Mingyu tidak salah juga. Ada banyak wanita dari berbagai kalangan terpandang yang mendekati Wonwoo selama ini. Mulai dari anak pejabat, anak pemilik rumah sakit, artis, model, hingga seleb sosial media. Tapi, tetap saja tak ada yang mampu memikat hati pria berkacamata itu.

Jadi, wajarkan kalau Mingyu curiga jika sahabat baiknya itu, gay?

"Mereka semua juga wanita-wanita yang gak main-main Won. Lo mau cari yang manis? Ada. Lo mau cari yang banyak uang? Ada. Lo mau cari yang pinter? Ada. Bahkan yang badannya aduhai pun ada!" Mingyu mengedipkan sebelah matanya sebelum kembali angkat suara, "...contohnya Joy, dia sudah--"

"Stop!"

Wonwoo mengangkat telapak tangannya didepan Mingyu, dan sukses membuat pria itu bungkam dalam hitungan detik. Sebenarnya Mingyu juga tahu kalau Wonwoo tak suka disinggung soal gadis-gadis ber-aroma bunga itu. Tapi mau gimana lagi? Sebagai sahabat yang baik, ia harus menggertak Wonwoo agar segera sadar akan usianya yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

"Apa lagi?" Tanya Mingyu

"Mereka tuh kayak gitu karena ngeliat gua dari sisi luarnya aja Gyu" Wonwoo menganggap enteng hal tersebut, lalu beralih dengan merapihkan dompet, ponsel dan memasukan kartu pembayarannya kedalam dompet kulit miliknya diatas meja.

"Lo belom pernah coba untuk menerima mereka di hidup lo. Makanya begitu!" Mingyu kembali menanggapi dengan wajah geregetannya, tapi tetap saja Wonwoo tak menanggapi. "Habis ini, lo mau kemana?" Tanya pria itu lagi seraya memperhatikan gelagat Wonwoo yang bersiap-siap hendak meninggalkannya disini.

"Pulang kerumah"

"Oh, terus nanti sore dateng ke ultahnya Jennie?"

"Enggak"

"Kenapa?"

"Gua gak punya baju warna pink"

"Pft!" Untung saja Mingyu sedang tidak meminum atau memakan sesuatu. Jika mulutnya sedang menyimpan sesuatu saat ini, ia yakini semua itu akan muncrat dari mulutnya sekarang juga.

TRAUMAWhere stories live. Discover now