11🌙

291 54 1
                                    

Tiba-tiba hujan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiba-tiba hujan. Tunggu, itu sesuai ramalan di televisi.

Di luar tentu begitu dingin, namun dalam bilik maroon itu apapun akan menjadi hangat, bahkan—

panas.

Tidak-tidak, bukan sekarang.

Pada dentang jam melewati notasi dua belas itu barulah terjadi pertemuan antara si wanita dan pelanggan ke-20-nya.

Tidak salah lagi, kali ini orang dengan lagak bak dewa. Entah Hermes atau Apollo. Entah malaikat atau setan. Soal tampang memang tak bisa membohongi mata.

Semenjak masuk Yerim duduk di sofa, sedang pria itu—usai keluar dari kamar mandi—berdiri tepat di depan si wanita. Dengan tidak sopan, sedari tadi menarik dagu Yerim hingga wanita itu mendongak padanya.

Manik setajam belati mengunci tatapan Yerim. Seakan tak mengizinkan afrodit itu untuk menikmati pemandangan perut datar bercetak enam persegi di depan wajahnya.

Bodoh yang kentara, Yerim terpaku. Berkedip barang sekali pun seakan ia tak mampu. Terlewat sudah beberapa detak jarum jam, lantas akhirnya jemari itu menyiah.

"Wae? Tidak bekerja?" ucap si pria dengan satu ujung bibir yang tertarik membentuk seringai.

Seakan baru kembali dari dunia fantasi, Yerim terkejut dan gugup. Ia tiba-tiba bangkit tetapi bingung hendak melakukan apa. Pertama adalah melepas jaket. Benar bukan, suhu mulai panas rasanya.

Tiap kali bekerja Yerim mengenakan setelan apa adanya. Tak perlu mencolok sebab mereka yang 'memesan' pada akhirnya juga tahu bagimana lekuk raga itu. Di kelab ini ia tak perlu repot menarik perhatian.

Yerim berjalan kikuk menuju ranjang. Sesekali ia garuk tengkuknya. Ah, memalukan.

Tiba-tiba—ah tanpa diduga lagi—pria itu memutar tubuh Yerim dan mendorongnya. Terhempas sudah kedua manusia itu di atas tempat tidur.

Sepasang matanya kembali beradu dengan sepasang yang lain. Tak begitu lama, setetes air malah jatuh di dahi Yerim. Mengakibatkan ia berkedip lantas berpindah menatap rambut basah pria itu. Ujung-ujungnya masih menyimpan air. Bak embun di ujung daun. 

Aroma maskulin di lingkup pria itu hampir memabukkan. Selain detak jantung yang memburu, Yerim juga merasakan hangat napas yang semakin dekat dengan bibirnya.

Namun, bersamaan dengan itu sesuatu melintas di otaknya.

"Oh, kau yang kehujanan di depan minimarket?" ucap Yerim tiba-tiba.

Dan si pria mengernyit heran.

"Mwo?"


║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
ˡᵉᵗ ᵐᵉ ⁱⁿ

Let Me In √Where stories live. Discover now