Let Me In √

22🌙

Terjebak di lingkup presensi seorang kasanova,

wanita manapun jelas tak bisa berkutik lagi.

Mengangguminya bak manusia bodoh, pun atau hanyut dalam maniknya yang begitu memikat. Opsi lain adalah kebodohan tingkat kuadrat dengan pemikiran ingin mencicip seringai nan tajam itu.

Lee Minhyuk, seharusnya dari awal Yerim mengerti bagaimana perangainya. Memang tak beda dengan manusia-manusia biadab di luar sana. Bertemu Yerim memang hanya untuk kepuasan semata.

Satu detak jarum jam sama dengan satu senti konfigurasi itu mendekat pada wajah sasaran.

Aroma maskulin menyeruak menerobos indera penciuman Yerim. Berbalut napas hangat yang menghujam bibirnya. Memabukkan, lama-lama memuakkan.

Beruntung kewarasan wanita itu tengah mendominasi. Untuk saat ini emosinya pada Minhyuk bukan tentang 'keinginan' tetapi lebih pada kebencian. Kenapa juga ia harus bertemu pria dengan intensitas kemauan yang tak bisa dipatahkan ini?

Yerim sungguh ingin marah.

Tetapi, hukum alam.

Ketika sebuah kemarahan sampai pada tingkat melelahkan, apa lagi yang dapat dilakukan seorang wanita jika bukan menitikkan air mata.

Pada momen dimana detik menyisakan jarak sekian inch, Yerim menolehkan kepalanya. Saat itu pula buliran air jatuh dari ujung kelopak mata.

Pupil Minhyuk melebar seketika.

Kemudian kedua tangannya perlahan melepas pergelangan wanita itu yang memerah.

Minhyuk menjauhkan diri.

Tiba-tiba saja jantungnya berdetak nyeri memandang diorama itu. Bagaimanapun ia belum sepenuhnya menjadi serigala. Masih ada hati kecil di rongga tubuh si pria.

Lantas diangkatnya tubuh ramping wanita itu hingga seutuhnya berada di atas ranjang. Samar terdengar isakan, membuatnya bingung hendak berbuat apa.

Sudah berikan saja selimutnya. Minhyuk tarik hingga mendekati leher Yerim yang terus menutup wajah sembabnya.

Lalu si pemilik ruangan pergi.

Ia menyerahkan waktu dan tempat pada wanita itu.

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
ˡᵉᵗ ᵐᵉ ⁱⁿ