01. Alka

875 111 26
                                    

Tak!

Suara anak panah yang menancap pada sasaran terdengar lantang, menggema pelan di lapangan yang lengang. Bahu mungil Alka naik turun, berjuang mengatur napas yang tak teratur. Kali ini mata anak panahnya mengenai bagian dalam lingkar kuning. Salah satu hasil terbaik yang bisa ia dapatkan pada latihan senja ini. Gadis itu mengangkat tangannya, berniat mengambil anak panah lain dari quiver di punggung. Tak disangka, jemarinya hanya menggapai udara yang hampa. Alka menoleh, mendapati bahwa anak panahnya telah habis. Lagi.

Netra terang gadis itu sekonyong-konyong bergetar. Ia mengedarkan pandangan mengamati lapangan panahan, lalu langsung ambruk begitu mendapati bahwa tiada kepala selain dirinya. Dari bibirnya yang kering, lolos sebuah helaan napas panjang. Ia memejamkan mata, mencoba menetralkan pelupuknya yang seketika panas dan perih. Seluruh tenaganya terasa luruh tanpa aba-aba.

Berapa lama Alka berlatih kali ini? Sang surya sudah mulai tergelincir hingga tersisa dirinya seorang di gelanggang latihan.

Berapa kali Alka mengumpulkan anak panahnya hanya untuk kemudian diterbangkan lagi dan lagi? Kedua lengan atasnya kini terasa keram dan pergelangan tangannya sepertinya membengkak.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam kemudian mengangkat wajahnya, menatap target yang terletak jauh di depan sana.

Bahkan dengan latihan panjang yang telah ia lakukan, hasilnya masih belum sesuai dengan yang Alka harapkan. Alka tidak pernah tahu memanah akan sesulit ini. Padahal hanya menerbangkan anak panah dengan busur, para prajurit di istananya dulu tampak dengan mudah mampu mengenai target yang bergerak sekali pun. Gadis itu menghela napas melepas finger tap, menatap jemarinya yang mulai melepuh, padahal baru beberapa hari lalu ia berhasil sembuh.

Mengabaikan rasa perih di tangan yang kini kian familiar, Alka berdiri. Punggung tangannya mengusap keringat di kening sekaligus memundurkan anak rambut yang berjatuhan di dahi. Setelah mengembuskan napas sekali lagi dan mengumpulkan kekuatan, Alka berjalan mendatangi sasaran panahan sembari melepas quiver, kemudian mulai mencabuti anak panah miliknya dan memasukkannya kembali ke dalam wadah. Besok pagi, Alka harus menyempatkan diri menukar paket anak panah dengan yang baru karena ujung mata anak panahnya sudah tak lagi runcing.

Tinggal satu bulan menjelang ujian, tetapi rasa-rasanya Alka belum membuat banyak kemajuan. Padahal selama delapan belas tahun hidupnya, Alka selalu belajar. Tetapi, yang bisa dengan mudah Alka kuasai di tempat ini hanya pelajaran tata krama. Lalu, sebenarnya selama ini Alka belajar apa saja? Bukankah isi perpustakaan di kastil tempatnya tumbuh dan dibesarkan sudah Alka baca? Apa semua pelajaran yang gadis itu terima selama delapan belas tahun hidupnya hanya sebuah upaya sia-sia?

Alka mencabut anak panah terakhir dari sasaran kayu.

Tengoklah Elsi. Anak dara itu adalah sosok yang mencengangkan. Dia mampu belajar sepanjang waktu dan senantiasa konsisten. Elsi dengan gampang menguasai ilmu berpedang dan memiliki gayanya sendiri. Ia kuat hingga mampu mengikuti segala macam pelajaran bina raga dengan sempurna. Elsi mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang cerdik dan tak terduga. Tanpa bisa diduga dari sikapnya yang judes, Elsi bahkan juga bisa bekerja sama dalam kelompok.

Apakah sejak awal Ergo telah mendapati bahwa Elsi adalah orang yang secemerlang itu? Sosok yang dapat diandalkan dan diharapkan. Tentu sebuah kepuasan memerhatikan personanya memberikan hasil yang memuaskan.

Alka sekali lagi mengusap kepala, memundurkan anak rambutnya yang kembali berjatuhan ke dahi.

Pribadi lain juga tak kalah. Aalisha yang sangat jenius. Bukan hanya sekali ia mendapat pujian dari mentor pelajaran geografi. Selain itu, Aalisha tampak tidak pernah memiliki kesulitan menghadapi apapun. Dia berkawan dengan banyak orang, kemampuannya menggali dan mengumpulkan informasi begitu menakjubkan. Seolah belum cukup, saat dimulai pendalaman materi untuk pelajaran seni bersenjata, Aalisha hampir menguasai semua jenis senjata. Pada akhirnya, gadis itu memilih untuk mengambil seni berpedang sama seperti Elsi.

[Kami] Tentara LangitWhere stories live. Discover now