•|Kanker otak

915 38 83
                                    

Hai guys

Gimana kabarnya?

Sehat terus guys.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

***

"Ada saatnya semua orang menyerah dengan kenyataan, termasuk diriku saat ini."
-BagaskaraPutraPratama-

***

"

emm, maaf om Lala buru-buru." Pamit Kaela lalu pergi dari tempat.

Di tempat tadi, orang yang Kaela panggil om masih menatap kepergiannya. Dia memegangi dadanya yang sakit, ternyata begitu rasanya di panggil om oleh anak sendiri?

Ya, orang itu adalah Ega ayah kandung Kaela. Namun, Kaela tak mengetahui fakta tentang itu semua.

"Ayah senang bisa ketemu kamu, walaupun kamu gak tau kalau ini ayah." Gumamnya.

***

Kaela sampai di depan pintu rumah yang lumayan megah menurutnya, dapat di dengar dari luar suara kegaduhan yang terdengar dari dalam ruangan.

"Eits, i am duluan bang."

"Apaan sih, gua dulu."

"Nah kan, kalah gara-gara lu sih."

"Kok gua? Elo tuh gak pandai main, gak usah main."

"Hilih bicit."

"Ck, bisa diam gak sih kalian."

"Apalagi?"

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiran Kaela dia akan mengerjai semua saudaranya yang telah membuat kegaduhan di rumahnya. Walaupun sang bunda dan ayah bersama kedua adik kecilnya keluar kota jadi dengan bebasnya saudara-saudara laknatnya masuk.

Tok.
(Anggap aja, batu kelempar kena pot)

Di lihatnya belum bereaksi sama sekali hingga akhirnya di ambil lagi batu ke dua, di lemparkannya hingga mengenai pagar besi rumah itu.

***

Sedangkan di dalam rumah sendiri, mereka berempat menegang di tempat. Pasalnya mereka phobia dengan maling, dan hal-hal negatif lainnya apalagi Axel dia berusaha mengelak pikiran negatif itu.

"Bang, yang suara tadi apaan?" Tanya Arvin.

"Abang juga gak tau."

"Kak, lu kenapa?" Tanya Axel.

"Gua takut Xel, jangan-jangan demit atau lebih parahnya maling?" Ujarnya.

"Please deh kak, bang, kalau mau bilang itu demit jangan di sini. Axel udah merinding sendiri ini."

Pletak
(Bayangin aja suara batu kena pagar)

"Huaa, bang Arvin buka Napa tuh pintu." Pekik Axel.

"Hilih."

Semua orang yang di sana hanya bisa meramalkan doa-doa, tiba-tiba saja bahu Axel di cengkram seseorang dan ....

"Huaa, siapa lu." Jerit Axel.

Semua orang menoleh ke arah Axel dengab tampang datar mereka semua.

"Apaan sih Xel?" Tanya seseorang di belakangnya Axel membalikan badannya dan mneghela nafas.

"Ish, lo tuh Gas mau buat gua jantungan ha?" Tanyanya.

"Kaga."

"Au ah bete gua."

Saat semua orang fokus ke arah Axel, mereka tak tau bahwa Kaela telah berdiri di depan pintu rumah mereka
Ide jahil, Kembali terlintas di pikiran Kaela. Dinyalakannya senter di ponselnya dan di arahkan ke wajahnya, dan bertepatan saat itu Axel berbalik kearah Kaela.

"Hua, demit." Teriaknya tiba-tiba jatuh pingsan yang membuat Kaela tertawa terbahak-bahak.

S
K
I
P

Makan malam pun tiba, Kaela dan sang kakak sedang bertempur dengan alat-alat dapur. Mereka memasak sup ayam, perkedel, ayam goreng dan tempe makanan kesukaan mereka semua.

"Hm, wangi banget masak apa sih?" Tanya Arvin.

"Oh, ini bang Lala sama kak Vina bikin sup ayam, perkedel, ayam goreng sama tempe." Jawab Kaela.

"Wah enak nih kayaknya." Ucapnya, "kalau gitu Abang panggil yang lain dulu." Lanjutnya.

Setelah makan malam Bagas memutuskan untuk ke kamar, di ikuti Kaela dan Axel di belakangnya. Tiba-tiba langkah Kaela berhenti di depan pintu kamar Bagas, dia mendengar sayup-sayup suara Bagas berbicara.

Ceklekk.

Di bukanya pintu kamar itu, dan benar Bagas berbicara dengan tangan yang memegang foto keluarganya dulu. Kaela lagi-lagi di buat terkejud dengan fakta kali ini.

"Bun, Bagas capek kanker otak ini semakin lama, semakin buat Bagas capek Bun." Ujarnya.

"Bawa Bagas Bun, Bagas udah capek." Lanjutnya.

"Bagas menyerah Bun, kanker ini semakin hari semakin bikin Bagas sakit Bun."

"Ap-pa, maksud Bagas bilang kalau Bagas sakit?" Tanya Kaela.

"Kae!"

"Jawab Bagas, apa maksud ucapan Bagas tadi?" Tanyanya lagi.

Bukannya menjawab Bagas memberikan sebuah surat, di depan surat itu tertera nama salah satu rumah sakit terkenal di ibu kota. Perlahan dan pasti, Kaela membuka surat itu dan bagai di sambar petir di siang bolong di sana tertera bahwa.

'Bagaskara Putra Pratama di diagnosa mengalami Kanker otak stadium 4.'

"Bagas bukan lagi bercanda kan?" Tanyanya lagi yang di balas gelengan.

Tiba-tiba saja kaki Kaela seperti jelly yang tak mampu menopang tubuhnya, dia duduk di lantai dengan air mata yang terus mengalir dan surat yang masih ada di tangannya.

"Bagas, ayo kita berobat." Ucapnya, "Bagas pasti sembuh, ayo Bagas pasti sembuh." Sambungnya.

"Engga bisa Kae, Bagas lelah, Bagas mau ikut bunda."

"Bagas gak boleh gitu, kalau Bagas menyerah Kaela sama siapa?"

"Masih ada bang Arvin, Axel, ka Vina sama bang Vino Kae." Jawabnya.

"Engga mau."

"Udah, Kaela gak usah mikirin Bagas. Yang penting Bagas mau, kalau suatu saat Bagas pergi Kaela jangan nangis oke!" Serunya.

Bagas membawa Kaela kedalam dekapannya, mencoba menenangkan adiknya itu. Hingga terdengar deru nafas yang mulai teratur, menandakan bahwa Kaela sudah tertidur dengan nyenyak.

****

"Semoga di tahun ini, kita semua di berikan kelancaran dan di lembaran baru ini semoga banyak kebahagiaan di dalamnya."

******

Segitu dulu part kali ini.

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian.

Stay safety and stay at home.

See you next time guys.

Bojonegoro, 2 Januari 2021.
Tasha.ns

MIKAELA [End]Where stories live. Discover now