•|sandwich

690 42 0
                                    

"aneh rasanya jika persahabatan antara dua insan berbeda tidak melibatkan perasaan."
-Bagaskara Putra Pratama-

-Mikaela-


Matahari datang lebih awal, burung-burung berkicauan, suara deru mesin terdengar jelas. Remaja masih enggan untuk meninggalkan tempat tidurnya yang nyaman itu, sampai sebuah teriakan merusak gendang telinganya.

"Fares bangun, mama hitung sampai tiga kamu gak bangun semua aset mama sita." Teriak sang mama.

"Satu."

"Dua."

"Tig ..."

Karena takut asetnya ke sita dengan kekuatan kilat, Fares membersihkan badannya tanpa mandi dia hanya membasuh mukanya. Katanya Fares ngapain mandi, mandi cuma habisin air, dia tidak butuh mandi ataupun apa hanya modal parfum dia bisa kembali harum.

"Pagi mama ku sayang." Sapa Fares.

"Buruan makan." Tegas sang Mama.

"Mama kenapa tumben galak, apa jangan-jangan belum dapat jatah dari papa." Gumamnya.

Sesampainya di meja makan dia di sambut dengan teriakan sang Mama lagi, "papa, Rista bangun atau jangan pernah makan lagi." Teriaknya menggelegar di seluruh penjuru mansion.

"Mama kerasukan mungkin, tapi masak beneran kerasukan." Cibir Fares, "ish, udah ah merinding sendiri gua." Lanjutnya.

"Mama, apaan sih teriak-teriak kaya di hutan aja." Kesal Rista.

"Buruan makan gak usah bacot, bacot sekali lagi mama potong tuh mulut." Emosinya.

-Mikaela-

Kaela baru saja selesai menyiapkan bekal untuknya nanti, dia malas ke kantin yang super duper panas dan ramai itu. Belum lagi harus berdesak-desakan sangat menjijikan bagi Kaela, akhirnya dia memutuskan untuk membawa bekal dari rumah dan memakannya nanti di perpustakaan sambil membaca buku.

"Pi, Mi, Kaela berangkat dulu ya. Bilang sama abang Kaela udah berangkat, assalamualaikum." Pamitnya melalui sebuah surat.

Tak butuh waktu lama dia sampai di sekolah, dia melewati koridor yang lumayan sepi itu. Tak sengaja dia melihat Bagas yang baru saja ingin masuk ke dalam kelas.

"Bagas!" Teriaknya.

Bagas yang merasa di panggil pun menoleh ke arah suara itu, dia tersenyum ketika melihat Kaela melambaikan tangannya.

"Kenapa?" Tanyanya.

Bukan menjawab, Kaela membawa Bagas ke arah taman. Dia sengaja membawa bekal untuk Bagas, karena dia tau pasti Bagas tidak sarapan.

"Aku bawa sandwich buat kamu, pasti kamu belum makan kan." Tawarnya sambil memberikan bekalnya tadi.

"Buat aku?" Tanyanya lagi, "gak usah Kae, buat kamu aja." Lanjutnya.

"Udah gak papa, tadi sengaja bawa banyak buat kamu makan juga." Katanya.

Akhirnya Bagas menerima sandwich itu, memakannya sesekali tertawa. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang tersenyum kecut melihat orang yang dia sayangi. Bercanda ria dan sesekali tertawa dengan orang lain, memang dia tidak tau perasaan yang ada di hatinya itu.

"Masuk yuk, udah bel." Ucapnya yang di balas anggukan, "nanti di lanjut lagi makannya disini." Lanjutnya.

Mereka berjalan berdua menelusuri koridor sedikit ramai itu, mereka berpisah ketika Kaela berada tepat di depan pintu. "Duluan ya, makasih buat sandwichnya." Pamitnya lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.

MIKAELA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang