Dua puluh enam.

6.2K 729 160
                                    

💨💨💨

"SELINA!"

Jev berlari sekencang mungkin menghampiri Selina yang kini sedang diperlakukan tidak baik oleh seseorang yang tak dapat Jev lihat wajahnya.

"Woy anjing mau kemana lo!"

Jev mempercepat langkahnya hendak mengejar pria yang melempar Selina begitu saja ke tanah namun Selina menahan kaki Jev.

Jev menoleh ke bawah melihat Selina dengan mata sembab dan rambut yang berantakan menggelengkan kepalanya.

"J-jangan dikejar."

Jev melihat ke arah kepergian cowok tersebut kemudian mengusap wajahnya frustrasi sebelum akhirnya berjongkok dihadapan Selina.

Jev memegang pundak Selina. "Lo gapapa?"

Dengan lemas Selina mengangguk."Gue gapapa."

Bohong, Selina sedang tidak baik-baik saja sekarang. Tubuhnya bergetar dan hatinya tidak tenang. Dia benar-benar ketakutan dan bingung. Apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Selina," panggil Jev dengan suara melembut. Rendah dan berat, suara yang selalu Selina dengar belakangan ini.

Merasa ada yang tidak beres Jev pun menarik tubuh Selina ke dalam pelukannya. Selina tidak dapat menahan air matanya lagi, dia menangis, dadanya sesak dan pundaknya naik turun.

"Gapapa. Semua akan baik-baik aja." Ucap Jev seraya menepuk pelan punggung Selina memberikan ketenangan pada wanita ini.

Bukannya berhenti, tangis wanita itu malah semakin pecah.

"G-gue takut.."

"Lo gak usah takut. Selagi ada gue, semuanya bakal baik-baik aja."

💨💨💨

Selina dan Jev kini tengah berada di dalam mobil perjalanan menuju apartemen. Sedari tadi Selina tidak berhenti menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Memang, tatapan Selina sangat kosong seolah hampa namun tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang pikirannya tengah berperang antara mengikuti kata hati dan logika.

Sedari tadi Jev pun tidak mau menganggu Selina. Dia paham ada yang tidak beres dengan Selina, walaupun Jev tidak tau apa yang sebenarnya terjadi setidaknya Jev akan memberi waktu sendiri untuk Selina.

Tiba-tiba Jev menepikan mobilnya ke pinggi jalan membuat Selina membuyarkan lamunannya kemudian menoleh pada Jev.

"Sebentar ya." Kata Jev sembari membuka seatbelt-nya.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab Jev malah keluar dari dalam mobil. Selina menatap kepergian Jev melalui kaca mobil. Pria itu berjalan ke trotoar mendekati gerobak tukang cilok.

Ah, rupanya cowok itu membeli cilok.

Tidak lama kemudian Jev masuk ke dalam mobil lagi membawa satu plastik cilok yang sudah dilumuri saus, sambal dan kecap.

"Mau?" Tanya Jev menyodorkan cilok tersebut ke hadapan Selina.

Selina tidak menjawab Jev, dia hanya menatap cilok yang disodorkan oleh Jev.

Jev mencebikkan bibirnya lantas mulai menusuk satu pentol cilok dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Walaupun gue orang kaya tapi gue nggak sombong buat makan cilok. Lagian cilok itu makanan sejuta umat, kok. Lo kalau rasai--"

"Bisa berhenti bacot gak lo?"

Jev membungkam mulutnya begitu melihat tatapan tajam yang diberikan oleh Selina. Dia menelan ludah kemudian lanjut memakan cilok yang berada di tangannya.

Fake Nerd ✔️ Where stories live. Discover now