[10] Paket dan Pecel Lele

144 23 4
                                    

Sabtu siang menjelang sore yang aman dan tentram, Aca lagi bantuin Mamanya metikin kangkung buat makan nanti. Jarang-jarang nih Aca ada free time di hari sabtu, biasanya dia sibuk nugas di kosan sampe lupa pulang ke rumah sendiri.

Aca itu anak tunggal. Semata wayang. Satu-satunya. One and only. Karena itulah, Mama dan Papanya suka kangen sama anak gadisnya itu.

"Ca, kamu kemarin ujan-ujanan sama Mira,ya?" tanya Mamanya.

"Iya, nerobos aja. Soalnya udah malem banget, Ma, jadi buru-buru."

Mamanya berkacak pinggang, sambil mengacungkan centong nasi. "Awas aja sampe Mira meriang, kamu ajak ujan-ujanan gitu."

"Lah, malah khawatir sama Mira. Yang anaknya Mama kan aku!"

"Kamu kan otot kawat tulang besi, jadi gak bakal meriang." Mama Aca tergelak. "Abis makan ke rumah Mira ya, Mama bikinin lauk buat Mira."

Seperti anaknya, Mama Aca dan Mama Mira juga dekat layaknya sahabat. Jika ada makanan berlebih, pasti mereka memberi satu sama lain. Bahkan, Mama Mira seringkali berkunjung ke rumah Aca. Wajar saja, rumah Aca itu sepi karena Papa Aca sering pergi ke luar kota untuk mengurus pekerjaannya. Jadi Mama Aca selalu meminta Mama Mira untuk menemaninya di rumah.

"Oke, Bos!"

Setelah masakan matang, mereka berdua akhirnya menyantap makanan tersebut. Tumis kangkung dengan tahu dan tempe, serta ditambah sambal terasi. Merupakan makanan yang pas untuk mengatasi kelaparan.

Aca melamun sambil memainkan sendoknya.

Bener kan nomor gue cuman jadi pajangan. Lagian ngapain sih pake di save?!

Sekejap kemudian, Aca langsung tersadar.

Heh, ngapain mikirin Surya? Peduli amat mau dia ngechat atau enggak!

Aca masih bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Ca, makan! Malah dimainin!" pekik Mamanya setelah melihat Aca mendentingkan sendok ke pinggiran piringnya. Aca langsung berhenti dan menyuap makanan ke mulutnya.

"Ma, Mama pernah gak mikirin orang yang gak pengen Mama pikirin?"

"Kamu nih nanya apa sih? Mikirin gak pikirin?"

Aca berdecak, "Ah, masa Mama gak ngerti sihh."

Mamanya terkekeh, "Emangnya kamu mikirin siapa toh? Cowok ya?"

"Bukan mikirin cowok kok, Ma," wajah Aca langsung memerah.

"Anak Mama udah punya pacar, ya? Kenalin ke Mama dong!" goda Mamanya, jahil.

"Ih, Mama apa sihh,"

Ruang makan itu dipenuhi dengan canda tawa Aca dan Mamanya.

Aca telah menyelesaikan tugasnya untuk mencuci piring dan gelas bekas makan tadi. Ia segera naik ke lantai dua menuju kamarnya.

"Ca, nih ada paket buat kamu," Mamanya memberikan sebuah paket yang dilapisi plastik tebal. "Baru nyampe kemarin, gak tau siapa yang ngirim."

Aca langsung sumringah, "Hihi, kayaknya ini belanjaan aku, Ma."

"Belanja mulu kamu nih. Udah sana ke kamar, buka paketnya."

"Siap! Makasih ya, Ma!"

*****

Bunyi gemersik plastik itu terdengar dari dalam kamar Aca. Ia sontak terheran pada saat membuka isi dari paket tersebut. Pasalnya, Aca tak pernah membeli snack box dan totebag ini.

AFRAID || [SUNGJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang