17

1K 285 30
                                    

°°°

Jaehyuk tak bisa membiarkan masalah tadi pagi berlalu begitu saja. Namun, sebelum membuat kesimpulan sendiri, Jaehyuk lebih ingin mengetahui cerita yang sebenarnya dari mulut Winter sendiri. Jaehyuk tahu Winter berbohong padanya. Dan pemuda itu mengizinkan Winter untuk membohonginya. Winter pasti punya alasannya sendiri untuk tidak memberitahu Jaehyuk.

Mungkin suatu saat nanti, Winter akan menceritakan semuanya pada Jaehyuk.

Pemuda itu melangkah kembali menuju ke kelas. Kemudian menyerahkan susu rasa karamel dan biskuat pesanan Winter. Setelah mendapat senyuman dan ucapan terimakasih yang tulus dari Winter, pemuda itu kembali duduk di bangkunya.

Sementara itu, di dalam kelas, semua anak kelas sedang menatap Winter dengan ragu. Masih menimang-nimang, apakah ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya? Atau Winter masih terguncang karena perkara barusan? Kalaupun Samuel benar-benar berbuat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik pada Winter, mereka sudah siap memasang badan untuk memberi pelajaran pada Samuel.

"Winter," panggil Soojin.

"Iya?"

"Lo gapapa?" Kali ini Chaeryeong yang bertanya.

Winter melirik ke arah Jaehyuk, kemudian kembali menatap teman-temannya. "Nggak papa kok. Dia nggak ngapa-ngapain gue. Tiba-tiba kepikiran hal sedih aja, makanya jadi hampir nangis," balas gadis itu.

"Kalo ada apa-apa bisa cerita sama kita, Win. Yah, walaupun kita baru kenal setahun lebih beberapa bulan doang, tapi siapa tau kita bisa bantu masalah lo. Kita ini kan the non-judge club," balas Somi.

"Makasih ya. Jadi makin sayang deh sama kalian," ujar Winter mendadak berubah melankolis.

Chenle menanggapi, "Abis pulang sekolah mau main ke mall bokap gue gak? Yah, buat refreshing aja. Sekalian kalau lo mau ngilangin rasa penat lo, Win."

"Gue mau main game, dong! Tapi, gratis nggak, nih? Kalau bayar mah sama aja, makin pusing gue yang ada gara-gara nggak ada duit." Winter bertanya seraya tertawa pelan.

"Kan ada Jaehyuk, Win. Minta orangnya bayarin aja, pasti langsung dikasih," balas Denise.

"Lu pikir gua tambang duit apa?" sahut Jaehyuk melayangkan tatapan tajamnya.

"Udah udah, malah jadi ribut. Main game doang mah gratis, selebihnya bayar sendiri. Kalo gratis semua ntar rugi dong bokap gue."

Winter mengacungkan jempolnya ke arah Chenle. "Emang nggak sia-sia gue berdoa siang-malam. Akhirnya dapet juga temen kayak Chenle."

"Gue sampe sekarang masih gak percaya kalo gue temenan sama anak orang kaya. Rasanya kayak temenan sama orang biasa, mungkin gara-gara si Chenle keep low-profile kali ya," kata Beomgyu.

Tak lama kemudian, Minkyu masuk ke dalam kelas, tangan kanannya membawa laptop dan tangan kirinya membawa beberapa buku. Pemuda itu meletakkan laptop dan buku-buku itu di atas meja guru.

"Guys, Bu Tiffany lagi ngurus sesuatu di kantor dinas pendidikan. Kita disuruh nyatet materi text explanation. Kalau nanti jam kedua Bu Tiffany belum kembali, kita disuruh ngerjain uji kompetensi romawi satu sama dua," kata Minkyu mengumumkan.

Ryujin bertanya, "Dikumpulin gak?"

"Bu Tiffany nggak bilang apa-apa. Tapi, mending kerjain sekarang aja jadi nanti kalau mendadak ditumpuk hari ini, kalian udah pada siap," kata Minkyu.

"Oke. Makasih, Minkyu," ujar Soojin.

"Makasih, Minkyu!" sahut sekelas serempak.

"Sama-sama." Minkyu langsung berjalan kembali ke mejanya.

Sebelum bel jam ketiga berbunyi, murid kelas XII MIPA 4 sudah pada berhamburan keluar kelas menuju ke kamar mandi untuk berganti baju. Pelajaran selanjutnya adalah Olahraga, jadi mereka harus mengganti pakaian jadi kaos olahraga.

"Ngantuk banget gue. Mau bolos pelajaran Olahraga aja boleh nggak, sih?" rengek Winter sambil merapikan seragamnya, kemudian memasukkannya ke dalam totebag.

"Jangan dulu deh, soalnya materinya senam. Ibaratnya ini tuh materi yang paling gampang di pelajaran Olahraga. Daripada voli, basket, sama tennis kan lebih gampangan senam," ujar Somi menyahuti.

Winter mengangguk lesu. "Iya juga, sih. Ya udah, lain kali aja deh gue bolosnya."

"Nah, gitu. Kalau hari ini lo bolos nanti gak dapet kelompok senam. Emang lo mau penilaian senam sendirian? Udah bikin gerakan sendirian, senamnya sendirianpula di tengah lapangan indoor." Denise memberitahu.

"Bener juga. Untung pada ngingetin gue huhu," ujar Winter kemudian berjalan menuju ke kelas bersama dengan teman-temannya yang lain.

Jam ketiga itu diisi dengan pembentukan kelompok dan pemberian waktu bagi kelompok agar membuat gerakan senam masing-masing. Sedang asyik mendiskusikan gerakan, kedua netra Winter menangkap sosok Sungchan sedang berdiri tak jauh darinya sambil memegang kertas.

Winter mengedarkan pandangannya, mencari sosok Soojin yang mungkin saja sedang dicari Sungchan. Tapi, Soojin tak ada di lapangan. Mungkin saja Soojin dan kelompoknya mencari tempat lain untuk mendiskusikan gerakan. Karena di lapangan indoor sudah bising, diisi dengan berbagai macam lagu-lagu senam yang diputar bersamaan.

Terlalu sibuk mencari Soojin, Winter sampai tak sadar kalau Sungchan sekarang sudah berada di sampingnya. Gadis itu terperanjat kecil saat tangan Sungchan menepuk bahunya.

"Astaga! Eh, hai. Sungchan nyari Soojin ya?"

Sungchan terkekeh pelan. "Maaf maaf. Gue bikin lo kaget ya? Padahal kayaknya tadi gue gak terlalu keras nepuknya. By the way, gue nyari lo, Win. Gue mau lo sama Minju bikin laporan buat acara Hari Guru Nasional. Bisa kan?"

"Hah? Kok gue? Bukannya gimana-gimana, gue nggak tau isi laporannya apa aja. Pernah nyentuh aja enggak," balas Winter seraya menggeleng.

"Waduh! Jae, monitor, Jae!" Hyunsuk yang ada di pinggir lapangan mendadak berteriak dengan suara nyaringnya. Biasa, kompor.

Jaehyuk yang sedang duduk santai di bangku pun menoleh ke arah Winter. Matanya bertemu dengan mata Sungchan. "Aman," ujarnya santai.

"Itu cowok lo? Siapa namanya, ah Yoon Jaehyuk ya? Udah sejak kapan kalian pacarannya?" tanya Sungchan tiba-tiba.

"Hah? Jaehyuk cowok gue? Nggak kok, bukan. Udah kayak abang gue, dia mah." Winter berusaha tersenyum senetral mungkin untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Wah, abang lo posesif juga. Daritadi gue diliatin terus haha," balas Sungchan seraya tertawa canggung.

"Dia emang orangnya gitu. Apalagi orang yang di sebelahnya itu, tambah kompor. Udah lanjut aja."

"Sebenernya di awal posisi sekretarisnya udah fix Minju sama Minkyu, tapi Minkyu tiba-tiba ditunjuk ikut OSK Matematika dan gak diperbolehin ikut acara-acara OSIS dulu sebelum lomba. Gue jadi nyari pengganti Minkyu dan gue rasa lo cocok jadi sekretaris," jelas Sungchan.

Pemuda itu kembali melanjutkan ucapannya, "Kalau lo keberatan nanti gue juga ikut bantu kok. Mumpung waktunya masih banyak, jadi gue masih bisa bantu dikit-dikit."

"Hm, oke deh. Nanti gue bicarain lagi sama Minju."

"Sip. Kalau gitu gue duluan ya," ujar Sungchan.

Winter mengangguk, lalu kedua ujung bibirnya mulai tertarik membentuk senyuman menggoda. "Mau gue salamin buat Soojin nggak?"

Tak sesuai dugaan Winter, Sungchan malah menggeleng sambil tersenyum tipis. Ucapan Sungchan selanjutnya sukses membuat Winter kaget bukan main.

"Gak usah. Gue sama Soojin sekarang cuma temen, kalau gue minta salamin ke dia takutnya dia keganggu."

Oh, udah putus.

Winter tersentak sendiri dengan responnya di dalam hati. Bukannya seharusnya dia senang? Meskipun Soojin adalah teman sekelasnya, tapi ketika orang yang ia sukai putus dari pacarnya, seharusnya Winter merasakan setidaknya sedikit kesenangan. Tapi, anehnya, Winter tak merasakan apapun. Biasa saja.

°°°

adore you | jaehyuk winterحيث تعيش القصص. اكتشف الآن