18

1K 263 47
                                    

Winter pusing. Yah, siapa yang nggak pusing kalau rumahnya kedatangan tiga manusia yang bahkan nggak membuat janji sebelumnya? Di samping kanannya ada Jaehyuk, di samping kirinya ada Samuel, dan di hadapannya ada Sungchan. Winter rasanya mau pindah rumah aja.

"Gue udah pernah bilang kalau rumah gue bukan penampungan atau belum, sih?" sungut Winter kesal.

Samuel menjawab, "Mungkin udah, Kak. Tapi, gue belum pernah denger."

"Ya udah, sekarang kalian bertiga buka kuping lebar-lebar ya. RUMAH GUE BUKAN PENAMPUNGAN! PERGI AJA SANA GUE MAU TIDUR!" kata Winter seraya bangkit hendak pergi, tapi tangan kanannya ditahan Jaehyuk dan tangan kirinya ditahan Samuel.

Mau tak mau, akhirnya Winter kembali duduk. Menatap ketiga orang itu secara bergantian dengan tatapan jengah.

"Winter, gue mau diskusiin masalah laporannya-"

"Ya ampun, Chan. Gue aja belum diskusi sama Minju. Sebenernya yang ngerjain laporan itu gue sama Minju atau siapa?" sahut Winter menyela ucapan Sungchan.

"Win, ajarin gua logaritma."

"Itu si Hyunsuk, kan, pinter Matematika. Bahkan nilai Matematika dia di rapor lebih tinggi daripada gue. Kenapa lo malah minta tolong ke gue?" Winter kemudian menoleh ke arah Samuel, "kalo lo? Mau ngapain lo ke rumah gue?"

"Gapapa, sih, Kak. Gabut aja. Di tongkrongan temen-temen gue pada belajar buat ulangan Fisika besok. Ya udah gue mampir aja ke rumah Kak Winter. Untung gak nyas-"

"Nggak tau kenapa, tapi gue lebih berharap lo nyasar aja sampe capek habis itu lo pulang daripada nemu rumah gue terus mampir."

Winter sebenarnya orangnya nggak pernah sensi. Bahkan selalu berusaha bersikap baik di depan orang, selalu tersenyum dan kelihatan ramah. Tapi, ada satu hal yang paling Winter nggak suka. Yaitu mengganggu Winter di jam tidurnya. Menurut Winter, orang-orang itu termasuk orang-orang yang nggak tahu diri.

Dan kini orang-orang nggak tahu diri itu berada di rumahnya. Ada tiga sekaligus. Siapa yang tak kesal?

"Sungchan, diskusi masalah laporan kan bisa besok di sekolah. Jaehyuk, sana minta ajarin si Hyunsuk aja. Dan Samuel, lo kalau gabut mending bantu tukang sampah mungutin sampah atau bantuin Satpol PP nyiduk orang nggak waras."

Winter berdiri, kemudian menarik tangan Jaehyuk agar pemuda itu berdiri. Hal yang sama ia lakukan pada Sungchan dan Samuel secara bergantian. Winter kemudian mendorong ketiganya hingga sampai di teras rumahnya.

"Sana pulang. Gue mau lanjut mimpiin Louis Partridge. Hus hus~"

Ketiga manusia itu menatap Winter yang menutup pintu dan menguncinya begitu saja. Kemudian ketiganya saling menatap satu sama lain. Mereka menyadari kalau mereka diusir berjamaah.

Keesokan harinya, Jaehyuk sudah siap berada di depan rumah Winter. Akan tetapi, ternyata bukan hanya pemuda itu yang ada di sana. Ada Sungchan dan juga Samuel. Jaehyuk dengan motor Supranya, Sungchan dengan mobil mewahnya dan Samuel dengan motor super gagahnya.

Kalau dilihat dari penampilan, jelas kendaraan yang dibawa Jaehyuk kalah telak. Tapi, kalau dilihat dari selera Winter, kendaraan yang dibawa Jaehyuk pasti menang. Jaehyuk yang sudah sangat percaya diri kalau Winter pasti memilih untuk berangkat bersamanya, mendadak dijatuhkan kenyataan. Nyatanya, Winter lebih memilih berangkat naik mobil Sungchan.

Pahit memang.

Tapi, Jaehyuk masih pantang menyerah. Mungkin begini rasanya saat Winter dulu menyukainya. Karena saat itu, Jaehyuk benar-benar nggak peka terhadap perasaan Winter. Sama seperti Winter yang saat ini nggak peka terhadap perasaannya.

Pulang sekolah, Jaehyuk sudah bersiap ingin mengajak Winter pulang bersama. Rumah mereka searah, daripada merepotkan orang lain, lebih baik pulang bersama. Kira-kira begitulah alasan yang akan Jaehyuk pakai untuk merayu Winter supaya pulang dengannya.

Tapi, sebelum itu...

"Jaehyuk, lo ada waktu nggak?"

Jaehyuk menoleh, mendapati Chaeryeong sedang menarik pelan ujung seragamnya. "Kenapa, Chaer?"

"Ini tentang mantan gue. Semingguan ini dia gangguin gue terus. Hari ini kita mau ketemuan dan gue mau bilang ke dia face to face kalau gue gak akan nerima dia lagi. Tapi, kayaknya gue belum siap. Menurut lo gimana?"

Jaehyuk mengernyit. "Belum siap dari sisi mananya? Belum siap ngerelain mantan lu sama cewek lain? Atau belum siap ngomong ke dia karena lu takut rasa itu bakal ada lagi?"

"Yang kedua," cicit Chaeryeong, "tapi, gue udah niat buat ngelupain dia kok! Cuma saat ini, buat ngomong ke dia secara langsung rasanya masih susah aja. Hati gue masih belum sekeras batu, masih bisa melunak kapan aja."

"Mau gua temenin? Maksudnya, gua temenin lu ngomong ke dia face to face. Tapi, kalau lu ngerasa masalah lu terlalu pribadi buat dibagiin ke gua, ya kaga papa. Gua juga kaga mau ikut campur sama masalah percintaan lu," sahut Jaehyuk.

"Gue sih gapapa. Malah berterimakasih sama lo karena udah mau bantu gue. Tapi, gue gak mau lo terlalu ikut campur karena mantan gue bukan sembarang cowok. Dia ketua geng yang suka berantem dan main keroyokan, gue gak mau lo kenapa-napa."

"Gua mah aman. Selama lu juga kaga kenapa-napa," kata Jaehyuk.

"Ah iya, biar gue aja yang ngomong ke Winter. Dia pasti bisa ngerti masalah gue, 'kan?" Chaeryeong bertanya seraya melihat ke sekeliling. Anak-anak yang lain sedang merapikan buku-buku mereka, tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran Winter di kelas.

"Lain kali aja lu ngomongnya. Yang penting masalah lu kelar dulu. Lagian mau Winter ngerti atau enggak juga bukan masalah buat gua," sahut Jaehyuk. Pemuda itu sebenarnya tak ingin bicara seperti itu, tapi otaknya terus berpikir kalau Winter pasti pulang duluan dengan Sungchan.

Marah? Sedikit. Lebih banyak rasa cemburunya. Lagipula, cemburu dengan orang yang kita suka itu wajar. Yang nggak wajar itu cemburu berlebihan sampai mengekangnya. Bahkan, walau statusnya sudah pacar pun nggak boleh mengekang hak orang lain.

"Oke, deh."

Chaeryeong akhirnya pergi ke parkiran tempat motor Jaehyuk terparkir. Karena akhir-akhir ini Chaeryeong terbiasa berangkat dan pulang naik ojol, jadi helm milik gadis itu yang ditinggal di sekolah pun masih ada. Chaeryeong memakai helmnya dan naik ke motor Jaehyuk.

"Lu janjiannya di mana?"

"Di belakang SMA Angkasa."

"Oke," sahut Jaehyuk. Pemuda itu melajukan motornya.

Tepat saat motor itu hendak sampai di gerbang, keduanya melihat sosok Winter di pos satpam sedang berdiri, seperti sedang menunggu sesuatu.

Pasti lagi nungguin si Sungchan, batin Jaehyuk.

"Eh, itu ada Winter. Mau gue omongin sekarang aja deh mumpung ada anaknya," kata Chaeryeong.

Tapi, dicegah oleh Jaehyuk dengan cepat. "Kaga usah. Lain kali aja. Kan gua udah bilang, masalah lu harus dikelarin dulu. Urusan Winter mah belakangan aja."

Motor Jaehyuk melaju melewati Winter. Jaehyuk menekan klakson motornya, membuat Winter menoleh dan hampir terkejut melihat ada sosok lain yang mengisi jok belakang motor Jaehyuk.

"Oi, Win. Gua duluan!" teriak Jaehyuk, kemudian mempercepat laju motornya.

°°°

selamat 10k pembacaaaa!!!! aku pikir bakal sepi gara-gara gaada yang ngeship jaehyuk-winter taunya lumayan rame hnggg tengkyu yeorobun ♡

adore you | jaehyuk winterWhere stories live. Discover now