Chapter 17

41.8K 767 12
                                    

Untuk melancarkan aksiku aku harus meminta bantuan seseorang . Ara ? kurasa kurang. Oke aku akan minta bantuan Affa. Kalau memang Affa sahabatku pasti dia mau bantu aku. Ku tulis sebuah pesan ke Affa.

To : Affa

Fa, bisa bantu gak ? butuh bantuan , darurat nih aku tunggu di Cafe Dxd.

Butuh waktu 15 menit menunggu balasan dari Affa, hampir saja aku mati bosan.

From : Affa

Sorry ya Nad, aku lagi sibuk. jalan sama Erick nih :( Maaf ya.

Ahh Erick lagi Erick lagi, semenjak ada dia kenapa sih Affa menjauh dariku? Hubungan kita semakin menjauh. Aku berjalan pulang berpisah dengan kakakku . Dia menginap dirumah temannya. Saatnya aku minta bantuan Ara.

To : Ara bebeb

Bebeb aku tunggu di Resto J bisa gak ;;) butuh bantuan ({})

Alay ya ? biarin lah yang penting aku sama dia happy happy aja. Secepat kilat Ara membalas pesanku.

From : Ara bebeb

Yap bebeb, tunggu ya 15 menit ;;)

Benar-benar sahabat plus-plusku, Ah seneng banget punya sahabat dan partner macam Ara. Sungguh aku ingin waktu berhenti, ya berhenti saat - saat aku bersama Ara. Karena seiring waktu berjalan aku sadar , aku akan semakin susah bersama Ara. Karena pasti aku dituntut untuk memiliki masa depaan yang cerah. Bukankah Ara masa depanku yang cerah ? Ya itu hanya bagiku. Andai ayah tau perasaanku saat ini mungkin aku sudah di gantung di pohon toge. Hidup adalah pilihan, tapi apa aku bisa memilih ? Andai aku bisa memilih aku ingin terlahir sebagai laki-laki, atau setidaknya bisa hidup bahagia dengan Ara. Katakanlah aku tidak bersyukur, karena aku ingin menjadi laki-laki disaat para banci diluar sana ingin menjadi perempuan. Apa enaknya sih perempuan ? Terlalu banyak aturan. Sayang takdir berkata aku ini perempuan. Aku harap keputusanku saat ini benar, memilih menjadi perawan tua demi bisa menjalani waktu dengan Ara lebih lama. Aku bberusaha membentengi diriku , tapi sungguh sangat sulit jika diriku harus berubah total menjadi Flat Face tak berekspresi . Biasanya wajahku ini susah senang tetep tersenyum akankah aku bisa ? apakah usahaku tidak sia - sia ?

Aku merasa tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, saat sebuah tangan menutup kedua bola mataku. Aku meraba tekstur tangan itu, lembut dan ada cincin melingkar di jari manis. Hem siapa lagi kalau bukan Ara ? Aku memegang telapak tangannya melepasnya dari mataku dan kucium punggung tangannya. Ara nampak shock dengan perlakuanku. Oh seru juga kalau menggodanya.

"Hem kenapa kurang ? mau dicium lagi? " Aku mengangkat alisku .

"Itu mau kamu ah.. Ngapain sih nad nyuruh kesini ? "

"Yaudah kalo ga iklas mah balik sono"

"Hmm.. Marah gitu aja, PMS ya?" Aku masih diam

"Ih Ara maafin dong" Dia mulai merajuk.

"Yaudah aku pulang aja" Aku mencekal pergelangan tangannya , dia benar-benar mau pergi.

"Iya aku maafin tapi cium dulu " Aku menunjuk ke arah pipiku dan dihadiahi timpukan tas kecil yang ada di lengannya pemirsa.

"Bercanda Ara ishh... Aku harap kamu mau bantu aku, kakakku dalam masalah sekarang. Dia terkena jebakan Amanda itu.." Aku menceritakan dari awal sampai akhir.

"Ah jalang banget tuh cewek, urat malunya udah putus kali Nad. Oke aku harus gimana biar bantu kamu?"

"Kamu bisa kan menguntit amanda ? Aku akan atur jebakannya , aku gamau ya punya ipar kayak dia . Aneh kan hamilnya sama ngelakuin dengan kakakku duluan hamil"

Forbidden Love (Lesbian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang