29. Terlalu Baik

93 13 0
                                    

Happy reading.....

.
.
.

Chenle membuka matanya, kepalanya pusing rupanya tadi dia pingsan. Dan ketika sadar dia melihat seorang gadis imut yang di ikat dua rambutnya.

Chenle merasa tidak asing dengan gadis itu. Ah ya Chenle ingat gadis itu adalah gadis yang memanggilnya ketika bersama Jaemin, waktu itu dia memakai kacamata tapi kenapa sekarang tidak.

"Em udah bangun ya? Maaf tadi kamu pingsan" gadis itu membantu Chenle membenarkan posisinya menjadi duduk.

"Kamu kan-"

"Ah iya, aku cewek yang waktu kemarin panggil kamu sama temen kamu waktu kita masih ngungsi"potong gadis itu.

"Kenalin aku Jung Nada, panggil Nada aja"ucapnya menjulurkan tangannya.

Chenle menerimanya "Chenle"jawabnya singkat.

Chenle masih bingung kenapa cewek yang Ternyata namanya Nada itu ada disini jadi dia bertanya. "Kok bisa disini?"

"Sebenarnya ayah aku yang punya rumah sakit ini" Chenle membulatkan matanya.

Kenapa banyak sekali orang orang kaya yang pindah ke desanya? Waktu itu Jaemin sekarang gadis ini? Nada?.

Nada terkekeh "waktu itu aku cuma mau liburan aja di Desa kamu katanya disana tempatnya indah tapi kebetulan malah musibah datang ketika aku baru satu hari disana"

Chenle hanya mengangguk nganggukan kepalanya.

"Oh ya tadi ibu kamu udah dipindah keruangan sebelah"kata Nada lagi.

Chenle mengangguk lalu kakinya turun sebelum dia melangkah Chenle tersenyum ke arah Nada "makasih ya"ucapnya.

Nada hanya bisa membalasnya dengan anggukan, jujur sebenarnya dia sudah menyukai Chenle sejak lama, tapi musibah itu menghalanginya untuk dekat dengan Chenle.

Tapi kali ini dia akan memanfaatkan kesempatan dengan baik, karena Nada pindah ke sekolahan Chenle.

"Selamat bertemu lagi Chenle"gumamnya.

*************

Chenle sedang menyuapi ibunya, ibunya sudah sadar, Chenle menceritakan semua kepada ibunya tentang dia yang mulai bekerja sebagai model.

Zhia Lin ingin marah karena Chenle masih terlalu muda dan belum lulus sekolah tapi mengingat Chenle yang membiayai semua niatnya dia urungkan, sebagai seorang ibu dia ingin menghargai Chenle.

"Maafin mamah sayang, mamah jadi ngrepotin kamu" Zhia Lin membelai lembut kepala Chenle.

Chenle tersenyum "karena lihat mamah sakit bikin Chenle jadi sedih, dan Chenle ingin mamah cepat sadar, syukurlah sekarang mamah udah membaik"ucapnya.

Chenle selalu saja begitu, dia tidak mau memperlihatkan beban berat yang dia pikul sendiri, dia selalu tersenyum dan tersenyum senyuman tulus yang seindah bulan.

Zhia Lin menatap wajah Chenle lama, anaknya selalu membuat orang lain bahagia hingga dia lupa bagaimana membuat dirinya sendiri bahagia.

"Chenle"panggil Zhia.

Chenle yang sedang menunduk menatap makanan pun mendongak "iya mah?"

Zhia Lin menggenggam tangan Chenle "udah cukup kamu buat orang lain tersenyum nak, sekarang kamu harus buat diri kamu sendiri bahagia, bahagia untuk diri sendiri juga penting loh"

Chenle meletakkan piringnya lalu jari jari tanganya terulur untuk menarik bibirnya agar melengkung membentuk sebuah senyuman.

"Lihat Chenle udah bahagia kok"setelahnya Chenle tertawa.

Zhia Lin juga ikut tersenyum melihat tingkah putranya. Menatap mata Zhia Lin dalam lalu memperlihatkan raut cerianya "mah kebahagiaan Chenle sederhana, lihat orang yang Chenle sayang bahagia Chenle juga bahagia, lihat mamah senyum Chenle juga seneng"

Runtuh lah pertahanan Zhia Lin, wanita itu menangis. Putranya sangat baik, terbuat dari apa hati putranya itu?.

Chenle menghapus air mata ibunya "kalau mamah nangis nanti Chenle ikut nangis"ucapnya.

Zhia Lin membelai lagi kepala Chenle "kamu terlalu baik sayang"

Chenle hanya bisa tersenyum melihat ibunya, dia tidak ingin orang lain melihat dirinya yang sebenarnya sangat lemah.

Ya, begitulah sosok Zhong Chenle, dia ingin orang lain tersenyum hingga lupa bagaimana membuat dirinya sendiri bahagia.

*************

"Hallo Tante, Jeno yang ganteng datang lagi"

Jeno yang berucap, Renjun yang menghela nafas kasar. Ya mereka berdua menjenguk Zhia Lin karena Chenle curhat dengan mereka.

Zhia Lin terkekeh melihat Jeno. "Maaf ya Tante, Jeno emang unik orangnya"ucap Renjun.

Zhia Lin juga terkekeh dengan jawaban Renjun, "maaf repotin kalian sampai mau jengukin Tante"

Pintu ruangan terbuka menampilkan Chenle yang membawa obat untuk Zhia Lin.

"Mah minum obat dulu gih"ucapnya lalu duduk di kursi samping ranjang.

Jeno dan Renjun duduk disofa panjang yang ada disana memerhatikan interaksi Chenle dan mamahnya.

"Njun"Jeno menyenggol lengan Renjun membuat Renjun menoleh "hm?"

"Chenle selalu kelihatan bahagia padahal gue tau pasti dia nanggung beban banyak banget"ucap Jeno tiba tiba.

Renjun melotot "Jen Lo kesurupan apa? Kok waras?!"

Jeno dengan baiknya menoyor kepala Renjun "kesurupan Lo!"ucapnya kesal.

Zhia Lin sudah meminum obat dan tertidur. Setelahnya mereka bertiga pulang ke rumah Jeno hanya untuk bermain game, ya biasa namanya juga bujang.

"Jadi Youra mutusin hubungan sama kamu tanpa alasan yang jelas?"tanya Renjun disela sela mereka bermain game online pada handphone mereka masing masing.

Chenle hanya mengangguk.

"Apa jangan jangan ucapan Mark kemarin bener? Youra mau dijodohin sama Jisung? Gue kasih tau mereka nggak ya?" Batin Jeno.

Jeno sudah tau lebih duluan dari pada mereka karena kemarin Jeno sempat menguping Mark dan Youra, dan Ternyata hal itu yang disampaikan Mark ke Youra.

"Enggak usah deh, biar Chenle tau sendiri dari Youra langsung"gumam Jeno lirih.

Renjun yang memergoki Jeno bergumam sesuatu menatap Jeno curiga. "Kamu Ngomong apa Jen?"

Jeno menatap Renjun bingung, sedangkan Chenle juga ikut menatapnya dia terpojok dan bingung harus menjawab apa.

**********






FIREFLIES (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora