8

3.4K 570 14
                                    

Setelah turun dari mobil, Chaca langsung berlari ke dalam rumah meninggalkan Hayden dan Mark yang masih menurunkan barang. Walaupun itu hanya tas-tas yang berisi baju untuk mereka beberapa hari kedepan, tentunya dengan baju ganti orang tuanya.

"Ibuuu." Chaca langsung berhambur ke pelukan sang ibu.

"Hiks, kakek pergi kenapa nggak nungguin Chaca dateng?? M-maafin Chacha, be -hiks- belum bisa jadi cucu kakek yang baik." Chaca beralih ke jenazah kakeknya.

Tenia menarin mundur anaknya, ia bawa anaknya ke pelukannya yang hangat.

"Tenang sayang, kasian kakek kalo nungguin kamu dateng, tau nggak? Kakek semalem meninggal di pelukan nenek lho," ucap Tenia dengan senyum di wajahnya. Ikhlas, dirinya sudah ikhlas ditinggalkan oleh sang ayah untuk selamanya.

Chaca mengangkat wajahnya, ia melihat kedua mata ibunya yang membengkak, namun sudah tidak lagi meneteskan air mata. Chaca mengusap air matanya, harusnya ia yang menenangkan ibunya, bukan ia yang di tenangkan oleh sang ibu.

"Ibuu, Chaca sayang ibuuu." Chaca memeluk ibunya erat. Mendapat perlakuan seperti itu, Tenia meneteskan air matanya kembali.

🐻🐻🐻

Chaca duduk diam di sofa panjang, ia sendirian sekarang. Keluarganya dan yang lain sedang berada di pemakaman sang kakek, sedangkan ia masih dalam masa haid sehingga tidak bisa ikut ke pemakaman.

Ia merasakan seseorang duduk di sampingnya. Itu Mark. Mark dengan tampang bodohnya memandang lekat wajah Chaca.

"Mas jangan zina mata," peringat Chaca.

Mark hanya tersenyum namun tidak juga mengalihkan pandangannya. Tiba-tiba Hayden datang dan menyenderkan punggungnya di bahu Mark. Mark yang tak siap pun sedikit tersungkur.

Cup

Mata Mark membulat, barusan, ia tak sengaja mencium pipi Chaca. Tentu saja Chaca langsung mendorong Mark hingga Hayden terjepit di sisi sofa karena terhimpit badan Mark. Chaca menatap Mark sengit, tanpa kata-kata Chaca pergi dengan menghentakkan kakinya.

"Sonoan napa Mark." Hayden mendorong tubuh Mark. Sementar Mark masih membeku.

"Woy! Lo kesurupan hantu mbah?" tanya Hayden.

"Aden bicaranya kok gitu?!" tegur Jaya yang sudah berada di ambang pintu. Mark dan Hayden memang pulang lebih dulu karena mengkhawatirkan Chaca yang sendirian di rumah nenek.

"Astagfirullah, ini mulut emang susah di kontrol." Hayden menampar mulutnya sendiri.

"Adeknya kemana mas?" Tanya Tenia yang tidak melihat keberadaan putrinya.

"Nggak tau, tadi tiba-tiba ngedorong Mark terus pergi, padahal Aden sama Mark nggak ngapa-ngapain," balas Hayden dengan wajah polosnya yang terlihat menyebalkan.

"Lagi leren nek kamar paling nduk (baru istirahat di kamar paling nduk)" Nenek menyambung obrolan mereka.

🐻🐻🐻

"Assalamualaikum, Chaca." Mark mengetok pintu kamar Chaca.

"Cha lo marah?" tanya Mark pelan saat Chaca membuka pintu kamarnya.

"Itu pipi lo kenapa merah kaya gitu??" tanya Mark saat melihat pipi kanan Chaca memerah.

"Chaca gosok air wudhu biar bekasnya ilang. Tapi sayangnya dosa Chaca nggak ilang!"

"Yaampun Cha, cewek lain aja seneng gua cium, banyak yang cuma-cuma ngasih diri mereka buat gua cium." Mark berucap dengan bangganya.

"Itu cewek lain. Bukan Chaca."

insyaallah lebih baik ; markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang