13

2.1K 403 31
                                    

"Dek Adel udah makan belum?"

"Hiks, Chaca nggak bisa ibuuuu"

"Wa ja'alnā naumakum subātsā. Kok subātsā sih Marka, subātā astagfirullah. Lo kira kapten Subasa."

Begitulah kira-kira kegiatan ketiga orang remaja dalam kediaman bapak Jaya itu. Hayden yang sibuk telfonan dengan Adel, Mark yang sibuk menghafal surah An-Naba, serta Chaca yang sudah menyerah dengan tugas matematikanya.

Semakin lama, semakin keras isakan Chaca. Membuat Hayden yang ada di ruang tamu mulai mendengar isakan-isakan kecil. Sejujurnya dia sedikit takut, tapi ia gengsi ingin mengakuinya, apalagi dengan posisi sedang berbicara dengan Adel.

Karena Aden takut, akhirnya ia mengeraskan suaranya hingga Adel yang ada di seberang sana terheran.

"Mas Aden kenapa ngomongnya keras banget sih? Kuping aku normal loh mas" Protes Adel.

"Eh? Iya kah? Ya maaf terlalu excited, tadi sampai mana?"

"Ya gitu mas, dia tu kaya nggak ngasih aku kepastian, padahal kita deket udah hampir setahun. Dia kadang peduli banget sama aku, tapi kadang dia juga jalan sama cewek lain. Mau cemburu juga nggak bisa, kepastian aja nggak ada"

"Ya gimana ya dek, nggak ada yang tau juga isi hati dari cowok kamu itu" Aduhh cowok kamu, nyesek ya?

Baru saja Aden ingin memberi saran, namun teriakan keras terdengar dari kamar Chaca.

"MATEMATIKA JELEK, JELEK BANGET HUHUU"

Aden menepuk jidatnya, rupanya sedari tadi itu suara isakan adiknya sendiri.

"Kenapa mas? Kok nggak jadi ngomong?"

"Udah dulu ya dek. Bayi beruang nangis itu di kamarnya, aku mau nyamperin dia dulu ya. Inget kalo cowok kamu nggak ngasih kamu kepastian, tinggalin aja. Cari aja yang udah pasti ya? Kamu juga cepet tidur udah jam sembilan. Besok sambung lagi, wassalamualaikum adek"

"Waalikumussalam mas"

Setelah menutup sesi mendengarkan sang gebetan curhat tentang cowoknya, Hayden segera berlari ke kamar Chaca.

"Loh kok nangis sih dek?" Tanya Aden saat ia melihat Chaca menelungkupkan badannya di atas meja belajar.

"Mas Aden" Rengeknya kecil.

"Iya, kenapa?"

"Nggak bisa ngerjain mtk"

Aden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pasalnya Aden dan Matematika juga bukan perpaduan yang baik.

"Emang tugasnya apa?"

"Disuruh bikin soal+jawabannya tentang limit"

Aden tambah bingung. Materi limit saja dia remed, bagaimana bisa membatu Chaca?

"Marka" Ucap Aden pelan kemudian meninggalan Chaca yang kini terbengong karena kelakuan absurd kakaknya.

"Loh kok Chaca malah ditinggal sih huwaaa!!"

🐻🐻🐻

"Marka! Mark!!"

Mark berdecak. Ia baru bisa menghafal subātā, tapi sudah di ganggu oleh Hayden.

"Kenapa sih anj-"

"Ehh jangan cursing" Potong Hayden.

"Chaca nangis Mark"

"Hah? Lo apain anjir?"

Mark segara meninggalkan kamarnya.

"Loh Cha? Kenapa kok nangis?" Refleks Mark ingin memeluk Chaca, tapi Hayden lebih cepat menghadang hingga Mark salah sasaran. Ya, Mark memeluk Aden.

insyaallah lebih baik ; markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang