05. Teletabis

3.5K 573 37
                                    

"Lepasin gue!" berontak Naura lagi setelah sang ayah pergi meninggalkan mereka.

"Cium dulu," manja Arkan mendekatkan pipinya.

"Lo beneran bikin gue marah tau nggak!" omel Naura kesal.

"Loh, berarti sebelumnya elo nggak beneran marah sama gue? Cuma akting? Astaga! Gue jadi makin sayang!" cerocos Arkan tersenyum lebar.

"Arkan!!!" gerutu Naura makin dibuat kesal. "Lepasin gue! Nggak nyaman tau nggak!" ucap Naura hingga Arkan melonggarkan kukungannya pada gadis itu.

"Terus yang nyaman kayak gimana?" tanya Arkan sepolos kertas HVS, Naura bergerak megangkat tangannya lalu menampar pelan pipi mulus pemuda itu.

"Makan tuh tamparan!" ucap Naura setelah berhasil melepaskan diri sepenuhnya dari Arkan.

Drt... Drt... Drt...

Arkan meraih ponselnya hingga menjeda ucapan Naura yang bersiap memaki dirinya.

"Napa?" tanya Arkan pada panggilan tersebut yang lebih tepatnya berasal dari Gilang.

"Eh! Badak bercula! Lo dimana sih? Bu Rik bentar lagi masuk, mau lo kena hukum? Dilaporin lagi ke Pak Haji, disita lagi motor sama ATM lo?"

Gilang nyerocos dari seberang sana hingga membuat Arkan memejamkan matanya kesal.

"Gue lagi ngurusin masa depan nih, berisik lo pada. Salam ya buat Bu Rik, muah!" Arkan mematikan panggilannya kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada Naura.

"Sampai mana tadi?" tanya Arkan santai.

"Sampai gue ngusir lo! Pergi sana!" usir Naura.

"Gue nggak bakal pergi, kalo gue pergi lo bakalan sendiri terus lo nangis lagi, bener nggak? Ya pasti bener 'lah! Udah ah, gue mau minum kopi. Buatin dong, tamu adalah raja." Arkan menaik turunkan alisnya hingga Naura terpaksa mengiyakan permintaan pemuda gila itu untuk membuatkan kopi.

Beberapa menit kemudian, Naura kembali dengan segelas kopi dibawanya lalu ia taruh dihadapan Arkan.

"Tuh minum! Sama gelas-gelasnya sekalian! Telen!" cibir Naura bersiap pergi namun Arkan menahan tangan gadis itu kemudian menariknya agar duduk disebelahnya.

"Sensi amat, lagi PMS lo?" tanya Arkan santai.

Satu tabokan melayang pada lengan pemuda itu. Naura bangkit kemudian pergi begitu saja, ia berharap Arkan akan segera pergi setelah menelan gelas kopi seperti permintaannya tadi.

Hampir setengah jam, gelas kopi tersebut sudah tandas dilanjutkan dengan serene mobil Arkan yang tiba-tiba berbunyi, eh maksudnya mobil Pak Haji. Arkan menengok dari jendela dan ternyata beberapa anak bermain didekat mobilnya.

Arkan tidak mempermasalahkan itu, tapi tunggu dulu. Otaknya yang lebih dominan dengan permen karet itu tiba-tiba mempunyai sebuah ide.

"Adek-adek! Mau permen nggak? Yuk masuk!" teriak Arkan tak terlalu kencang namun berhasil membuat enam orang anak laki-laki itu menoleh kearahnya. Mereka beramai-ramai memasuki kediaman Naura yang langsung disambut oleh senyuman sumringah Arkan.

Sementara itu keadaan seorang gadis di dalam kamarnya sendiri sangatlah memprihatinkan, ia terus menangis dengan posisi memeluk satu boneka beruang pemberian ayahnya saat ia ulang tahun beberapa waktu lalu.

Drt... Drt...

Naura menatap ponselnya yang bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk.

(Selvi)

Arkan X NauraDove le storie prendono vita. Scoprilo ora