34. Poor Fanya

2.6K 204 37
                                    

maaf di part ini mungkin bakal bikin kalian jiji karna drama bgt emang :)

=====

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam tetapi para tamu makin bertambah, acara pun terasa makin meriah ditambah alunan lagu perfect dari Ed Sheran yang terdengar indah di tengah acara tersebut.

Tak jarang para tamu saling tertawa, bahkan ada yang dansa dengan pasangannya masing-masing. Namun kedamaian itu tidak berlangsung lama, pasalnya alunan lagu perfect tiba-tiba terganti dengan suara rekaman seorang perempuan.

Lo fikir gue jadian sama Renzo karena cinta? YA KALI HAHAHA !

Renzo ganteng, sih, tapi sayang abangnya Aura. Gak tau kenapa, ya, Bel, gue tuh benci banget sama si Aura.

Kayak semua orang tuh cuma berpihak ke dia. Terus apa yang gue mau selalu aja didapetin sama Aura. Gue iri, kenapa gue gak bisa kayak dia.

Mungkin dengan cara gue pacarin abangnya, gue bisa ngehancurin kebahagiaan tuh cewek.

Oh iya, btw keluarga mereka termasuk keluarga terpandang bahkan kata om gue kekayaan mereka bisalah buat kebutuhan sampe tujuh turunan.

Bantuin gue dong, Bel, buat ngehancurin Aura. Bahkan kalo bisa bikin dia sampe depresi, enek gue liat muka dia.

Setelah suara rekaman tersebut mati, respon para tamu hanya diam dan tidak berani ada yang membuka suara. Dan tahukah kalian bagaimana eskpresi Fanya sekarang? Matanya memerah, tangannya gemetar bahkan bibirnya tidak kuasa untuk membantah. Ia sangat bingung harus berkata apa, karena direkaman itu memang sudah jelas suara dia saat curhat dengan Abel, sepupunya.

Tiba-tiba Abel menghampiri Fanya sambil menatap cewek itu dengan kasihan. "Sorry Fan, tapi tindakan lo makin kesini makin keterlaluan."

Belum sempat menyahuti perkataan Abel, Renzo datang sambil bertepuk tangan dan sesekali tertawa sinis.

"Wah, kagum gue sama drama lo, Fan. Hebat, lho, gue aja sampe ketipu."

"Ren, gak gitu!" bantah Fanya takut-takut.

"Gak gitu gimana, sayang?" tanya Renzo sambil mengelus pipi Fanya dengan sangat lembut.

"Ren, kamu percaya kan sama aku?"

"Sehat? Ya kali gue percaya sama pacar gue yang jago drama. Eh bukan pacar lagi, mantan mungkin? Gak deh, gue gak sudi punya mantan modelan begini. Mending punya mantan jalang aja sekalian, daripada punya mantan kayak lo, Fan!"

"BRENGSEK!" umpat fanya emosi.

"Lo mau gue brengsek-in, hm?" Fanya tau maksud kata brengsek yang Renzo katakan, tapi ia bersikap seolah tidak tau menau tentang maksud itu.

"Apaan, sih, Ren!" elaknya.

"Jangan drama mulu bang*at! Dibayar berapa buat drama? Apa perlu gue bayar drama lo sebagai apreasi? Ck," 

"Gimana nj*ng, sadar kaga lo udah mihak orang yang salah?" sindir Rozel yang tiba-tiba mendekat ke tempat di mana Renzo dan Fanya berada.

Yang ditanya hanya diam, tetapi matanya menatap ke arah Aura yang berada tepat di sisi ayah Rafa. "Sadar,"

"Bagus dah. Buat lo, jalang, gue cu—"

"Gue bukan jalang, brengsek!" bantah Fanya tidak suka disebut jalang seperti itu.

"Gue brengsek? Bahkan deket atau pun nyentuh lo aja engga. Ck, apa kabar sama lo yang udah ngerusak keluarga gue? Ngaca dong Fanya,"

"Gue muak di sini, ayo balik!" ajak Renzo sambil menarik kasar tangan kembarannya.

Sebelum benar-benar meninggalkan kediaman Fanya, ia menyempatkan diri untuk mengacungkan jari tengahnya ke arah Fanya sebagai luapan rasa kekesalan pada cewek tersebut.

*****

"Mamah gak kaget?" tanya Aura penasaran. Pasalnya ekspresi Ashilla tidak menunjukkan apa-apa, seolah dia sangat tenang dan tidak ada masalah.

"Ayah udah ngasih tau semuanya sebelum kalian pulang ke rumah ini,"

"Jadi mamah udah tau semuanya?" tanya Aura polos.

Ashilla tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. "Maafin mamah, Ra, dulu mamah salah nilai kamu. Banyak orang jahat yang iri sama kamu, sampe-sampe kamu disakitin kayak gini." 

"Gapapa mah, asal mamah udah tau kebenarannya, Aura ikhlasin rasa sakit yang kemarin. Anggep aja itu pelajaran berharga buat kita,"

Aura menarik senyum hangatnya kala sang mamah mengusap rambutnya dengan sayang. Ayah Raffa juga hanya bisa tersenyum melihat interaksi anak dan ibu tersebut. Walau pun Ashilla sudah terbukti bukan ibu kandung Aura, tapi interaksi mereka seolah menunjukkan bahwa aura adalah darah daging Ashilla.

"Ra, maaf." ucap Renzo dengan rasa bersalah.

Aura menoleh, "Makasih abang!" 

Renzo yang bingung dengan sahutan Aura pun memberikan ekspresi wajah seolah bertanya kenapa balasan Aura malah seperti itu? Untungnya cewek tersebut paham.

"Makasih karena abang udah percaya sama rekaman yang disetel ayah tadi. Kalo abang gak percaya, mungkin sampe saat ini Aura masih bingung mikirin cara berdamai sama bang Renzo."

Renzo tersenyum, "Sini peluk!"

Yang diperintahkan langsung dengan sigap memeluk erat Renzo. Mereka berdua meluapkan kerinduan yang selama ini berusaha ditahan mati-matian. 

"Oh iya, Ra, kita udah tau kok tentang kamu sama Virgo. Dan kita berdua mau kalo Virgo serumah bareng kita. Lumayan kan ada target korban buat dijailin," 

Aura melotot menatap Rozel, bisa-bisanya cowok itu ingin menjadikan kembarannya sebagai korban kejahilan. Merasa tidak terima, Aura lari mengejar Rozel yang tampaknya tahu bahwa Aura akan murka.

"Tapi Virgo gak mau tinggal di sini,"

Suara berat ayah mereka membuat suasana kembali hening. "Dia bilang bakal sempetin diri buat main ke rumah ini. Jadi kalian jangan khawatir."

"Alhamdulillah, target gak jadi lolos karena masih mau main di sini," ucap Rozel tanpa dosa.

"ABANG!"

*****

A/N : kayaknya sekarang rozel lagi dijadiin risol sama aura xixixi

Happy Reading All !

.

.

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang