19. Gue Suka Lo!

4.1K 250 50
                                    

Aura menatap sekeliling kelasnya yang terlihat sepi pada jam istirahat seperti ini. Ia sangat malas keluar kelas, suasana hatinya sangat buruk. Beruntung kelas ini tidak ada penghuninya, jadi Aura bisa menenangkan fikiran tanpa harus mendengar ocehan teman kelasnya.

Ponsel berwarna merah dikantung seragamnya bergetar, dengan gerakan malas Aura mengambil benda berbentuk persegi panjang itu, lalu melihat pesan yang masuk.

Reyvanraga : Pulang brg sm gue, nnti tunggu diparkiran.

Aura hanya bisa menatap pesan tersebut dengan wajah yang bertanya-tanya. Aura mengumpat kesal dengan cowok yang satu ini. Kenapa tingkahnya berubah-ubah disetiap kondisi? Andai saja Raga tau, bahwa Aura sangat tidak suka dipermainkan.

Reyvanraga : Jgn lupa mkn dikntin, nnti sakit.

Bangsat! Umpat Aura tidak terima. Hey, bayangkan saja jika kalian diposisi Aura, bagaimana? Sebenci-bencinya aura dengan Raga tetap saja ia mempunyai perasaan. Bohong kalau ditanya ia tidak baper.

Fikiran Aura menjadi kacau hanya karena cowok bernama Raga. Cowok brengsek yang ia tandai sebagai musuh terlaknatnya itu rupanya ingin mencoba menerobos dinding hatinya. Entah itu karena memang Raga mulai memiliki perasaan padanya atau ingin menjadikan Aura sebagai mainan.

Aura mengumpat kasar karena hatinya yang mudah sekali luluh hanya dengan perhatian kecil seperti ini. Di mana Aura yang bodo-amatan? Ingin rasanya ia kembali menjadi dirinya yang dulu.

Shereenaura.k : gsh diingetin, gue bukan anak kecil!

Beberapa menit kemudian pesannya terbalas. Se-fast respon itu kah?

Reyvanraga : Keras kepala!

Bukannya membalas pesan Raga, Aura malah memukul kepala dengan tangannya berkali-kali. Jika seperti ini Aura terlihat sedang salah tingkah akibat ulah Raga. Memang terkadang cowok bisa membuat cewek menjadi gila hanya dengan sebuah ketikan.

"AURA, SADAR! LO BENCI RAGA! RAGA MUSUH LO! JANGAN BAPER, GOBLOK!!! AH RAGA SIALAN!"

"Coba ulangin sekali lagi, gue mau denger!" ucap cowok yang menampakkan mukanya dijendela.

Aura tidak sadar jika ada orang yang mengintipnya. Cewek itu terlalu terbawa suasana, sehingga terus saja mengoceh dan mengumpat kasar.

"GUE BENCI RAGA! GUE NGGAK AKAN BAPER SAMA LO! LO MUSUH GUE!"

Umpatan Aura semakin keras dan semakin terdengar jelas ditelinga cowok tersebut. Namun sepertinya Aura mulai menyadari jika tadi ada yang meminta dirinya mengulang umpatan-umpatan kasar itu.

Benar saja, Aura menoleh ke arah jendela tepat di mana ada Raga sedang menatap datar padanya. Mampus gue! Batin Aura.

"Yakin benci sama gue?" tanya Raga terdengar menyindir.

Aura menggigit bibirnya pelan, merutuki ucapan bodohnya tadi. Kenapa ia bisa lepas kendali. Bodoh. Aura bodoh. Ya Tuhan, ingin sekali rasanya Aura terbang agar Raga tidak dapat melihat wajahnya yang panik. Sungguh memalukan.

"Ngapain lo di sini? Kayak nggak ada kerjaan lain aja, sana pergi!" usir Aura.

"Nggak usah galak-galak, nanti pada takut sama lo,"

Aura mendelik tak suka, "Perduli apa lo? Ini masalah gue, lo nggak berhak ikut campur!"

Bukannya pergi, Raga malah masuk ke dalam kelas yang isinya hanya ada Aura dengan dirinya sekarang. Cowok itu maju mendekati Aura sambil memperlihatkan smirk-nya dengan jelas. Raga menatap dalam mata Aura, berniat untuk membuat cewek itu salah tingkah.

"Lo marah?" tanya Raga dengan lembut.

Aura mendorong Raga agar cowok itu sedikit menjauh dari hadapannya. Memang dasarnya brengsek, Aura harus menahan kegugupan yang melanda dirinya saat ini.

"Nggak usah deket-deket juga kali!" omel Aura.

"Kenapa? Takut gue cium?" Raga merengkuh pinggang Aura untuk merapatkan tubuh mereka berdua.

"RAGA!!! LEPAS!"

"Gue nggak bakal lepas apa yang gue suka, Aura."

Raga tersenyum lembut. "Lo sadar nggak, sih, kalo selama ini gue ada rasa sama lo, Ra?"

Aura diam. Aura tahu, Raga mengatakannya dengan raut wajah yang serius. Aura menatap mata Raga dalam-dalam untuk melihat kebohongan di mata cowok tersebut. Namun hasilnya nihil, ia tidak bisa mengartikan tatapan Raga. Cowok itu penuh misteri.

"Gue lagi nggak mood bercanda! Mending pergi, sana!" usir Aura untuk yang ke-dua kalinya.

"Ra, tatap mata gue!"

Ingin rasanya Aura menatap mata Raga, tapi gengsinya lebih besar dari pada keinginannya. Aura hanya menatap papan tulis, enggan menatap Raga.

Raga merasa jengah dengan Aura yang selalu saja keras kepala. Ia berinisiatif untuk menarik dagu Aura agar cewek tersebut mau menatap matanya. Dan cara itu pun berhasil. Mereka saling tatap-menatap.

"Kalo gue bilang, gue suka sama lo, gimana?"

Satu kalimat itu berhasil membuat jantung Aura berdegub kencang seakan ingin meledak di tempatnya. Kenapa jantungnya berdetak seperti ini? Aura tidak pernah merasakan detakan jantung dengan ritme yang sangat cepat, sehingga membuat dirinya benar-benar panik dan khawatir.

"Nggak mungkin, gue tau lo benci gue, begitu pun sebaliknya. Jadi nggak usah drama, Ga!" bantah Aura.

"Nggak gitu, gue beneran suka sama lo, Aura."

Cewek itu mendorong bahu Raga agar tubuh mereka tidak saling bersentuhan. Aura benci itu. Ia benci mendengar semua ungkapan Raga. Menurutnya itu semua hanya kebohongan!

"Apa yang harus gue lakuin supaya lo percaya?" tanya Raga dengan suara yang terdengar sedikit putus asa.

"Gue butuh bukti,"

"Gue bakal buktiin kalo gue bener-bener suka sama lo!"

Aura menimbang-nimbang ucapan Raga barusan. Apakah benar kalau Raga menyukainya? Ini terasa sangat aneh dan sedikit tidak masuk akal. Aura berhenti berfikir saat Raga mendorongnya ke tembok dengan sedikit kasar. Kenapa wajah Raga terlihat menyeramkan saat seperti ini?

Cowok dengan seragam yang cukup berantakan itu berhasil mengurung pergerakan Aura, Raga mengakui jika ada sesuatu yang sangat sulit ia tahan. Sampai akhirnya tangan Raga menarik tengkuk Aura dengan sedikit kasar dan merapatkan tubuh mereka sampai bersentuhan.

"RAGA, LO MAU NGAPA-MPPHHH"

---
A/N: eh itu Aura kenapa? Kok berenti ngomongnya?

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang